Lovetivation

By hapsari1989

70.3K 15.2K 1.2K

Melani Indria harus menyelesaikan skripsinya semester ini juga atau terancam drop out. Buntu karena judul skr... More

Prolog
1.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23

16

2.1K 555 32
By hapsari1989

            Flash disk sudah siap, laptop sudah, kemeja putih, jas hitam, juga rok sepan dan pantofel. Hari ini Melani akan menjalani sidang akhir. Jadwalnya sore hari, antrian paling akhir di hari ini. Sejak tiga hari lalu ia mengajukan cuti, tak menerima pengambilan gambar, demi mempersiapkan momen ini.

"Mbak Mel, apa lagi yang harus Laksmi siapin?" Laksmi meletakkan tas endorse baru di atas ranjang Melani. "Kaus kaki, butuh? Mau make up di mana, biar Laksmi cek mana yang kosong untuk siang nanti."

Melani menggeleng santai. "Aku mau sidang akhir, bukan wisuda, gak perlu make up artist." Melani mengambil skripsinya, lalu memasukkan ke dalam tas bersama laptop dan barang kebutuhan lainnya. "Aku dandan sendiri aja. Tolong ambilin alat kriting rambut. Aku mau bikin curly di ujung rambut."

Laksmi mengangguk. "Makan siang, mau dipesenin apa?"

"Apa aja. Asal jangan yang berkuah. Aku takut bajuku kotor."

"Oke. Bebek goreng Senyum Pantura, ya. Dia mau endorse ke kita. Aku minta sample untuk kita coba." Laksmi lantas beranjak sambil memainkan ponselnya. "Karena mereka minta Mbak review rasa, jadi sebelum dealing, aku minta sampling."

Usai makan siang dan bersiap, Melani sudah cantik dengan stelan jas dan sepan hitam. Ia lebih tampak seperti eksekutif muda alih-alih mahasiswa. Riasannya sederhana, tetapi pancaran kecantikannya tak bisa ditutupi. Melani melangkah tegap keluar apartemen dengan tas berisi laptop dan skripsinya.

Sesampainya di kampus, jantung Melani berdegup kencang. Ia gugup, takut jika presentasinya gagal. Ia memang terbiasa bicara panjang lebar, tetapi bukan tentang penelitian. Bicaranya hanya seputar testimoni produk dan iklan. Meski sama-sama bicara, rasanya tetap beda. Ada tekanan tersendiri jika harus bicara tentang skripsi.

Melani turun mobil, mengambil perlengkapannya, lalu berjalan menuju ruang sidang. Di sana, ada beberapa mahasiswa yang berpakaian seperti dirinya, bersama mahasiwa lain yang bersorak sorai. Sidang mereka pasti berhasil dan teman-temannya ikut merayakan.

Nyali Melani perlahan turun. Ia seorang diri, tak ada yang dikenali. Teman seangkatannya sudah habis dan ia tak memiliki pendamping seperti mahasiswa lain. Ia sendiri, tanpa pendukung dan teman. Ia takut gagal dan tak mendapatkan sambutan yang sama.

Melani duduk di kursi tunggu sambil meremas remas kedua tangannya. Tubuhnya panas dingin dengan gugup yang semakin merajai. Ia menyadari berbagai macam tatapan yang menyorot kepadanya dari para mahasiswa yang berkumpul di depan ruang sidang. Semua itu semakin membuatnya tremor. Ia bukannya tak ingin berbaur, tetapi bincang dengan orang tak dikenal bukanlah gayanya.

Satu jam menunggu sambil memperlajari bahan presentasi, nama Melani dipanggil. Mahasiswa sebelum dirinya sudah keluar dengan sambutan meriah. Setelahnya, area ruang sidang seketika sepi karena hanya tinggal Melani sendiri. Ia baru tahu, semengenaskan ini menjadi mahasiswa abadi. Tak ada teman dekat dan pendukung di sidang akhir. Ia benar-benar seorang diri dengan segala kegugupan dan keraguan akan kemampuannya sendiri.

Di dalam ruang sidang ada empat dosen. Tiga diantaranya penguji, termasuk Haidar, lalu satu menjadi moderator. Melani membuka presentasinya, lalu dilanjut sidang skripsi. Rasanya menegangkan, meski para dosen itu tidak semenakutkan yang ia bayangkan. Gurat lelah tampak di wajah para penguji, tetapi kharisma dan aura intimidasi tetap saja melekat pada mereka.

Lima belas menit Melani presentasi, dilanjut pertanyaan demi pertanyaan yang harus dia jawab. Melani sedikit kalut karena Haidar hanya terdiam tanpa menyuarakan apapun. Entah pertanyaan atau pembelaan atas sanggahan yang dosen penguji utarakan. Semua Melani hadapi seorang diri dengan hati yang berguncang dan tubuh gemetar. Namun, ia berusaha menutupi itu dengan senyum dan gestur penuh keyakinan.

Nyaris satu jam lamanya ia berdiri di depan dan sidang selesai. Dosen penguji menyatakan Melani lulus dan hatinya lega luar biasa.

"Terima kasih, Bapak, Ibu." Air matanya menetes penuh haru. Melani mengusap wajahnya cepat, lalu kembali tersenyum dan menjabat tangan para dosen itu.

Saat ia menjabat tangan Haidar, tatapan mereka bertemu selama beberapa saat dan Melani menangkap ada kehilangan pada sorot pria itu. Melani tak yakin apa yang membuat mata Haidar tampak sendu dan jabat tangan mereka lebih lama dari yang seharusnya.

"Terima kasih, Pak Haidar." Melani berucap tulus dengan wajah bahagia.

Haidar mengangguk, tersenyum, lalu menarik tangannya dan membereskan segala berkas dan buku yang ada di meja pria itu. "Segera selesaikan revisi, paling lambat satu minggu. Catatan dari dosen penguji tidak banyak dan saya rasa bisa selesai dalam beberapa hari."

Melani hanya mengangguk patuh saat Haidar tersenyum dan pamit. Para dosen itu keluar ruang sidang, meninggalkan Melani yang harus membereskan perlengkapan presentasinya tadi.

Saat semua sudah selesai dirapikan, Melani bersiap pulang. Rasanya melelahkan tapi melegakan. Ia melangkah santai, cenderung lunglai. Ada rasa kehilangan yang perlahan merambati batinnya, tetapi ia tak tahu itu apa.

Melani tersentak saat ia keluar ruang sidang dan mendapati Dicky berteriak bersama Andina. "Congratulation, Sarjana!" Pria itu memberikan buket bunga dan boneka beruang.

"Selamat!!" Andina memeluk Melani, dilanjut Laksmi yang mengambil tas Melani dan mengangsurkan botol susu almond rasa coklat."Biar hati lo tenang setelah peperangan panjang," lanjut Andina dengan gestur meminta Melani meninumnya.

Melani yang masih terkejut, tersenyum bahagia. Ia Membuka tutup botol susu almond, lalu meneguknya. Dicky mengambil gambar Melani dengan kameranya yang membuat Melani mengernyit penuh tanya setelah beberapa kali jepret.

"Lo ngapain moto gue, Nyet?"

"Konten, lah, Mbak. Yang ini minta cepat diposting, karena mau bikin promo buy three get one, untuk yang like postingan kita ini." Laksmi menjelaskan dengan santai.

Melani membelalak dengan wajah tak percaya. "Dengan konsep gue pake baju gini dan riasan amburadul habis dihajar dosen penguji?"

"Justru itu eksklusifnya." Dicky menyimpan kameranya ke dalam tas. "Susu almond dia, diminum langsung sama Melani setelah sidang skripsi yang melelahkan."

"Habis ini kita balik ke apartemen lo, lo mandi dan dandan rapi dengan weardrobe kasual rumahan, foto nonton Tv sambil minum itu lagi. Sama vidio lo siap-siap revisi skripsi sambil minum susu almond itu." Andina menjelaskan dengan santai sambil tersenyum profesional.

Melani menganga dengan wajah tak habis pikir. "Gue amazing sama kalian yang jadiin apapun hidup gue buat konten ngiklan."

"Karena itu sumber kehidupan kita, Mel." Dicky menepuk pundak Melani, lalu merengkuh dan mengajak Melani melangkah meninggalkan ruang sidang. "Jadi, mau party apa kita?"

"Makan pecel lele aja. Senyum Pantura kirim sepuluh porsi produk nasi kotakan mereka. Sayang kalau gak dihabiskan. Sambalnya enak." Laksmi bersuara sambil mengangkat semua berang-barang Melani.

Beberapa jarak dari mereka, di koridor arah parkiran, Haidar mematung dengan senyum sendu yang terukir tipis. Pria itu menatap Melani yang dirangkul oleh pria tampan dan muda. Gadis itu bersama dunianya yang berbeda jauh dengan milik Haidar. Waktu mereka kurang dari satu bulan dan Haidar harus bersiap merelakan hatinya patah.

"Mas Haidar!" Tiwi berjalan cepat menghampiri Haidar. Perempuan itu tersenyum seraya mencangklong tas kerjanya. "Kita jalan bareng, kan? Mas Haidar bawa mobilnya, kan?"

Haidar mengangguk. "Kalau cocok sama harganya, aku langsung lepas mobil ini, Mbak Tiwi."

Tiwi mengacungkan ibu jari. "Oke, Mas. Semoga sepupuku cocok sama mobil Mas Haidar."

Mereka berjalan menuju mobil Haidar yang terparkir cukup jauh dari mobil milik Melani.

****** 

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 106K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.2M 18K 37
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
5.4M 289K 56
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
403K 16.1K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...