unexpected sin ; lee heeseung

By heenoott

560K 34.3K 12.8K

[END] "kita pacaran diem-diem aja ya." - heeseung lee. ⛔️disclaimer⛔️ : ✔NON BAKU ✔️mature content ✔️18+ 🚫NO... More

cast
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29*
30*
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
47
48
49
50
51
52
53
cookies 01
cookies 02
cookies 03
bincang
other works
unexpected sin dump

46

6.6K 498 403
By heenoott

heeseung berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit dan akhirnya sampai dikamar papahnya. ia melihat papah sudah terbangun dan sedang mengobrol dengan mamah. hati heeseung lega setengah mati, dan tak kuasa menahan harunya. heeseung langsung berhambur dan memeluk papahnya. entah mungkin bisa dihitung pakai jari kalau heeseung memeluk papahnya.

"papah!!"

"heeseung....! kirain papah ga bisa ketemu heeseung lagi.."

"hussh! ngomong apaan sih pah?"

heeseung melepas pelukannya dan menghapus air matanya karena gengsi.

"cengeng banget anak papah."

mamah tergelitik melihat interaksi papah dengan heeseung.

"udah ada heeseung, mamah balik dulu ke rumah ya? sekalian masih ada urusan kerjaan." pamit mamah.

"oke mah, mau heeseung anter?"

"gausah hee, kamu disini aja." jawab mamah sambil mengelus rambut heeseung.

"yaudah, hati-hati mah."

sepeninggalan mamah, kini tinggal heeseung berdua dengan papahnya. sebenernya kondisi papah masih dibilang cukup lemah.

"papah, gimana ceritanya?" tanya heeseung penasaran.

"ga gimana-gimana.."

"jujur ih pah! kan heeseung udah larang papah buat pergi anterin laura! apa dia yang maksa?"

"udah, gausah bahas lagi. ini salah papah."

heesung menghela nafasnya kasar.

"hee?"

"kenapa pah?"

"pas papah lagi nyetir mobil, tiba-tiba rasanya kayak di hantam. dan terakhir yang papah inget itu cuman kamu hee. papah mikir langsung, 'apa papah ga bisa ketemu heeseung lagi habis ini?'"

"apaan sih pah mikirnya gitu! nih sekarang udah ketemu heeseung."

papah hanya mengangguk lemah sambil tersenyum tipis. tak lama, ada suara ketukan pintu dan ada seorang dokter dan beberapa perawat datang. mereka pun langsung membawa papah untuk melakukan check up rutin hariannya. heeseung ngikutin aja karena gamau nunggu di kamar, dan berakhir dengan menunggu di lorong.

sambil duduk heeseung menunduk dan berdoa agar papahnya bisa cepat pulih dan bisa segera pulang. karena belum ada tanda-tanda papahnya sudah bisa pulang ke rumah, yang artinya kondisinya masih serius.

"permisi, apa anda keluarga dari tuan lee?" tanya dokter yang tiba-tiba sudah berdiri di depan heeseung.

"ah iya, saya anaknya." heeseung mendongakan kepalanya dengan cepat.

"boleh ikut ke ruangan saya sebentar."

heeseung pun mengikuti dokter tersebut sampai diruangannya. dokter tersebut mempersilahkan heeseung duduk. kemudian menunjukan hasil rontgen yang ga heeseung ngerti.

"begini, seperti yang kita tahu bahwa tuan lee mengalami trauma kepala yang menyebabkan pendarah di otaknya cukup serius. dan dari keadaan tersebut, terdapat tumor otak yang muncul. jadi, tuan lee harus segera menjalani operasi pengangkatan tumor. agar tidak terjadi komplikasi lagi yang tidak diinginkan. karena dapat menyebabkan kejang ataupun stroke."

badan heeseung langsung lemas dan badannya mengeluarkan keringat dingin. rasanya heeseung pengen semua yang sedang dia alami itu hanyalah mimpi.

"dok, saya ga paham. tapi, tolong kasih perawatan yang terbaik buat papah saya..."

"tentu kami akan berusaha yang terbaik.."

"tolong dok, berikan yang terbaik! saya bakal bayar berapapun untuk semua pengobatan papah saya, asal beneran papah saya bisa pulih...." suara heeseung udah bergetar.

"iya tentu.."

setelah percakapan singkat tersebut, heeseung keluar dari ruangan dan berjalan dengan langkah gontai. dia beneran frustasi banget dan pikirannya sudah yang tidak jernih. heeseung berusaha membuang jauh-jauh worst case yang ada di benaknya.

***

"heeseung?! akhirnya kamu jenguk aku juga.."

laura memasang wajah gembira meskipun terbaring lemah di kasur. laura sudah bisa pulang dari rumah sakit meskipun masih harus menjalani perawatan yang intensif.

"lo ngerti apa yang gue bilang ga sih?"

"maksudnya hee?"

"lo, kenapa lo minta papah gue buat anterin lo check up..." heeseung masih menahan suaraya.

"heeseung, maaf. aku pikir dokternya ga dateng, jadi aku telpon papah kamu. papah juga sempet nawarin-"

"YA LO SABAR SEDIKIT DONG! DOKTER LO JUGA TETEP DATENG KAN MESKIPUN TELAT DIKIT?! JANGAN KIRA GUE GATAU!"

"heeseung! jangan bentak! aku juga gatau bakal kejadian kayak gini, disini aku juga luka parah hee, aku nyaris gegar otak-"

"ASAL LO TAU, PAPAH GUE NYARIS MENINGGAL!"

laura langsung membisu ketika mendengar kalimat terakhir heeseung. mata heeseung sudah berair dan merah.

"ra lo ngotak dong, gue aja nganterin lo check up bisa capek karena saking jauhnya tu rumah sakit sialan. apalagi papah gue ra, papah gue udah berumur.... masa.. lo gabisa pake logika sih?"

"hee, kenapa seakan aku yang paling bersalah atas insiden ini?" laura udah nangis.

"LO MAU RENGGUT APALAGI DARI HIDUP GUE RA? SEMUANYA UDAH LO RAMPAS!"

"heeseung!!!"

mendengar keributan dari kamar laura, tante nila pun langsung masuk kemudian menatap ke arah heeseung dengan terkejut.

"heeseung! tolong tenangin diri kamu. laura disini juga korban-"

"korban?!"

heeseung menepis kasar tangan tante nila yang sempat memegang pundaknya.

"sampe papah gue kenapa-kenapa, gue yakinin hidup lo ga akan pernah tenang ra."

heeseung menarik nafasnya dalam-dalam mencoba mengontrol emosinya.

"oh satu lagi, batalin perjodohan yang ga pernah gue inginkan sedikit pun ini. urusan kita semua udah selesai."

heeseung beralih menatap ke tante nila yang rautnya tampak memelas seperti biasa.

"tante, heeseung harap tante bisa mengerti. heeseung ga akan pernah mau nikahin laura. laura ga akan pernah dapet respect sedikit pun dari heeseung."

"heeseung, ayo kita bicarain baik-baik."

"ini kita udah bicara baik-baik kok. permisi." heeseung melepaskan genggaman tante nila.

belum genap keluar dari kamar laura, heeseung membalikan badannya dan menatap ke arah tante nila.

"tante, heeseung udah megang dua galeri EO papah. jadi, heeseung udah tau semua masalah internal disana. dan menurut heeseung ga ada masalah yang krusial sama sekali, buktinya heeseung bisa handle semuanya sampai detik ini."

heeseung menarik nafasnya sejenak.

"tante nila, tanpa mengurangi rasa hormat sebut aja hutang di perusahaan keluarga tante ada berapa. heeseung cuman bisa bantu setengahnya, heeseung bikinin ceknya sekarang juga, gausah pake acara pernikahan segala. maaf tante, heeseung harus bilang gini di depan laura."

heeseung melirik sekilas ke arah laura yang sudah menganga tidak percaya denga matanya yang membendng air mata. tante nila sendiri masih membisu dan menggelengkan kepalanya.

karena tidak ada respon, heeseung langsung membanting pintu dan meninggalkan rumah laura. ia berharap ini adalah terakhir kalinya heeseung menginjakan kaki di teritorial laura, dan berharap juga tadi adalah terakhir kalinya heeseung bertemu, dan melakukan percakapan singkat dengan laura, maupun tante nila.

***

heeseung sampai di rumah sakit dan kembali ke kamar inap papah. disana sudah ada mamah dan gadis yang tengah mengobrol ringan dengan papah.

"hee, darimana?" tanya mamah.

"tadi keluar bentar."

"kamu pulang dulu aja gih gapapa, biar mamah disini."

akhirnya heeseung pun nurut dan pulang ke apartemen sebentar. tentu bersama gadis. sesampainya disana, heeseung langsung bersih-bersih karena badannya udah ga enak banget. setelah rapih, heeseung kembali turun dari kamar dan mendapati gadis lagi menyiapkan makan malam. senyum heeseung terulas tipis ketika melihat gadis.

"hey." sapa gadis sambil tersenyum.

"nih makan dulu, akhir-akhir ini kamu jarang makan kan?" gadis langsung menyiapkan grilled steak dan menyodorkannya untuk heeseung.

"kamu mau pake mashed atau french fries?"

"mashed, biar aku aja. kamu makan juga dis."

keduanya pun terdiam dan menikmati makannya masing-masing. sesekali gadis melirik ke arah heeseung yang rautnya beda dari biasanya. gadis tau pasti heeseung kepikiran terus soal kondisi papahnya. kebetulan gadis dan mamah juga sudah tau kondisi terbaru dari papah.

selepas makan malam, gadis bersih bersih sebentar sedangkan heeseung sibuk dengan ponselnya seperti sedang mencari sesuatu. gadis pun menghampiri heeseung.

"hee, everything ok?" gadis mengelus rambut heeseung.

"nope, sampe aku nemuin rumah sakit yang bagus buat papah. kali aja papah bisa di rujuk kesana." jawab heeseung tanpa menoleh ke gadis sedikit pun.

"hee tenang jangan panik. rumah sakit yang sekarang itu udah yang terbaik, mereka masih nyanggupin untuk perawatan papah. kalau mereka ga sanggup, pasti mereka bakal-"

"kamu tau apasih dis?" heeseung menatap gadis dengan sinis.

"hah?"

"dis kamu mana ngerti perasaan aku. kamu pikir aku bisa santai gitu sedangkan keadaan papah lagi di ujung tanduk gitu?"

"hee, ga gitu! aku gamau kamu juga terlalu banyak pikiran, aku gamau kamu sakit karena beban batin sama pikiran-"

"ini udah urusan aku, gadis! kamu bukan anak kandungnya mana ngerti posisi aku! kamu juga gapernah kan ngerasain kehilangan?!" suara heeseung meninggi dan membuat gadis membulatkan matanya tidak percaya.

gadis paling ga suka kalau karakter heeseung yang temperamen ini keluar. heeseung selalu melampiaskan segala beban ke dirinya.

"yaudah, terserah kamu."

"oke! aku juga pusing, pengen sendiri."

gadis ga menjawab lagi dan langsung bangkit dari duduknya. tangannya bergerak di layar ponsel untuk memesan taksi.

"mau kemana?" tanya heeseung.

"pulang."

"aku ga nyuruh kamu pulang!"

"ya aku inisiatif, nyatanya disini aku ga di terima. aku cuman bikin kamu marah."

"aku ga ada bilang kayak gitu!"

heeseung bangkit dari duduknya dan sedikit mencengkram pergelangan tangan gadis.

"ah, hee lepasin!"

"jangan childish, gampang ngambek!"

gadis mendecih sebal mendengarnya.

"siapa yang childish? siapa yang marah-marah duluan? perasaan dari awal aku ngomong baik-baik sama kamu-"

"dis tolong jangan gini, jangan bikin aku makin pusing-"

"yaudah kalau gitu aku pulang aja, biar sembuh tuh pusingnya kamu. sekarang lepasin aku!"

gadis sedikit meronta agar cengkraman heeseung lepas dari pergelangan tangannya, namun heeseung enggan melepasnya.

"hee kamu kenapasih?!"

"aku yang harusnya nanya, kamu kenapa?!"

"heeseung! aku capek tau kalau gini terus, seakan aku selalu jadi pelampiasan keselnya kamu. mentang-mentang aku ga pernah ngelawan. lama-lama kamu tuh seenaknya-"

"hah?! kok kamu jadi nganggep aku kayak gitu?!"

gadis gamau berdebat lagi dan memaksa untuk berjalan, namun heeseung masih menahannya. kini pergelangan tangan gadis benar-benar sakit dan sudah merah.

"kalau kamu udah tau aku gabisa diganggu, harusnya kamu diem aja dis. gausah banyak omong!"

"oh jadi aku banyak omong padahal itu cara aku nenangin kamu? ngomong pelan dan baik-baik. oke fine! aku ga kan kayak gitu lagi. tandanya kita emang ga cocok! sekarang lepasin!"

"GADIS!"

heeseung nyaris melayangkan tamparannya dan membuat gadis memekik dan memejamkan matanya. kali aja heeseung beneran nampar dirinya. gadis membuka matanya dan menatap heeseung melepaskan cengkramannya kemudian menurunkan tangan yang hendak digunakan untuk menamparnya.

heeseung memalingkan wajahnya kemudian memejamkan matanya frustasi. berkali-kali heeseung mencoba mengatur nafasnya.

"kenapa ga dilanjutin?! nih tampar aja!"

"dis, masuk ke kamar sekarang." pinta heeseung.

gadis menggelengkan kepala sambil menahan tangisnya.

"MASUK KE KAMAR SEKARANG!" bentak heeseung.

"ENGGA!"

gadis menjerit karena ga kuat lagi menahan emosinya. gadis langsung berlari keluar apartemen dan meninggalkan heeseung. gadis ketakutan sendiri. dirinya pun ga nyangka bakal sering bertengkar hebat dengan heeseung akhir-akhir ini.

si paling pusing.

Continue Reading

You'll Also Like

66.9K 4.8K 37
[🔞] "Jika kamu kembali bersama Jake, maka aku tidak akan mematuhi norma lagi." - Park Sunghoon
38.2K 2.5K 26
[🔞] Hubungan cinta terlarang, yang berakhir dengan penyesalan.
59.8K 4.3K 43
[🔞] apa artinya sebuah perjuangan, Jika akhirnya perjuangan mu itu berakhir sia-sia oleh kesalahan dirimu sendiri?. . . . . ⚠: harsh words, typo dim...
57.5K 6.6K 16
"She's not the same girl." - Disarankan untuk membaca season 1 nya terlebih dahulu, agar mengerti alur yang tercipta di MLS season 2