When You Lost It

By Delzy1

3.3K 1.9K 1.7K

Berawal dari mimpi buruk. Hari-hari yang seharusnya terdengar wajar bagi gadis itu mulai berubah sejak beber... More

Pengantar
Character List!
Opening
Malam tanpa Ketenangan
Hari yang Indah
Teman
Pertanda Pertama
Kenapa harus meminta maaf?
Pelukan Seorang Dewi
Sekali lagi, Hari yang Indah
Pertanda Kedua
Tak lagi bersama
Penyesalan dan Tuan berwajah teduh
Kartu Nama
Pergi untuk Sementara
Khayalan atau Penglihatan?
Mulai menginap
Hampir saja!
Pertanda Ketiga
Kupu-kupu Hitam
Akhirnya, mereka tahu
Apa aku tidak pantas untuk tau?
Tidak ada Keberuntungan (1)
Tidak ada Keberuntungan (2)
Tidak ada Keberuntungan (3)
Tidak ada Keberuntungan (4)
Dunia baru untukmu
Malam Perekrutan
Tekad dan Rencana
Pelatihan Pertama
Suara yang memanggil
Bertemu
Ucapan yang berguna
Bersaing!
Berkumpul
Di tengah kekacauan
Memperluas relasi
Dua golongan
Season 2 : The Beginning (1)
Season 2 : The Beginning (2)
Season 2 : The Beginning (3)
Season 2 : Awal yang buruk
Season 2 : Di Masa yang mana?
Season 2 : Sebuah Foto
Season 2 : Pesta Malam
Season 2 : Kucing dan Kupu-kupu yang berwarna hitam
Season 2 : Foto itu Menghilang!
Season 2 : Pembuat Onar
Season 2 : Seseorang yang tak terduga
Season 2 : Dia yang tidak pernah disangka
Season 2 : Asap hitam
Season 2 : Di suatu malam sehabis kekacauan
Season 2 : Kedatangan pelanggar

Sosok kedua

49 46 54
By Delzy1

Gadis itu sedikit mengerjapkan mata, sambil menggeliat di kasurnya.

Kemudian Hazel melihat adiknya yang masih tertidur lelap di pelukannya. Sembari tersenyum kecil, gadis itu mengusap pucuk kepala Liam.

"Liam...bangun dong, sudah pagi loh" Ucap Hazel pelan tidak ingin mengagetkan Liam yang masih setengah sadar dalam tidurnya.

Liam kemudian mengerjapkan matanya dan melihat wajah teduh kakaknya. Dia membalas tersenyum lalu membenamkan wajahnya di pelukan kakaknya dan memeluknya dengan erat.

"Aduduh...sakit, Liam." Rintih Hazel pelan.

"Sebentar lagi kak." Balas Liam di dalam pelukan kakaknya.

Hazel kemudian tertegun melihat tingkah adiknya. Dia berfikir Liam pasti sangat lelah karena terus menangis, ditinggal oleh ibu pada usia sedini ini. Gadis ini pun kini juga menyadari bahwa mereka menginap sementara di rumah tantenya yang begitu rapi dan indah.

Gadis itu benar-benar ingin menjaga adiknya sekuat yang dia bisa. Dia hanya ingin adiknya tau bahwa dia bisa bergantung pada gadis itu.

"Oke..." Balas Hazel lalu membalas pelukan erat Liam.

Ketika ditengah momen manis tersebut terdengar suara langkah kaki dari tangga. Langkah tersebut semakin dekat dan dengan cepat membuka pintu kamar Hazel dan Liam. Menampilkan sesosok wanita di usia pertengahan 40 tahun yang segar dan cerah.

"Ada yang mau sarapan dengan sandwich daging khas dari Tante?" Ucap wanita tersebut tersenyum manis di bibir pintu tanpa melepas ganggangnya.

Hazel kemudian mengangguk dan memberi tanda jari sekitar "5 menit lagi" dan menunjuk adiknya yang masih tidur.

Wanita tersebut lalu mengangguk mengerti dan berbicara pelan dari pintu kamar.

"Oh oke, take your time, Tante tunggu di dapur." Ucap Tante pelan dan mengacungkan jempolnya lalu menutup pintu kamar Hazel dan Liam secara perlahan.

Setelah seperginya Tante dari kamar mereka berdua, Hazel sedikit menghadap ke langit-langit rumah dan menghela nafas pelan.

Dia masih mengingat bagaimana wajah frustasi Tantenya itu tadi malam. Tangisannya benar-benar membuat hatinya terenyuh sedikit nyeri. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa tantenya dengan nekat membunuh dirinya sendiri dengan meminum alkohol berkadar tinggi seperti itu?

Juga kejadian sewaktu Hazel di mobil itu masih bisa membuat bulu kuduk Gadis tersebut berdiri. Bagaimana bisa berubah secepat itu? Dia yakin sekali yang dia lihat tadi itu pasar malam. Apa karena gadis itu sudah lama tidak pergi ke pasar malam sehingga keinginan tersebut membuat imajinasinya meliar sewaktu di perjalanan itu.

"Ah...gamungkin separah itu sih..." Pikir Hazel sedikit tersenyum, Lucu.

"Kak...." Lirih Liam.

"Hmm?"

"Sekarang kalau mau sarapan sudah ngga dibuatin sama ibu lagi." Ucap Liam tetap memejamkan matanya.

Hazel tidak membalas.

"Sedangkan yang bunuh ibu masih bisa berkeliaran dimana-dimana. Bukannya itu berbahaya?" Ucap Liam lalu menatap kakaknya.

Hazel menatap dalam manik mata adiknya tersebut.
Awalnya Hazel menatapnya tanpa ekspresi, sedetik kemudian gadis itu tersenyum dan memejamkan matanya sambil mengelus kepala Liam lembut.

"Kakak ngga akan biarin pelakunya lari, Liam."

Adiknya mengangguk, kemudian gadis itu melepas pelukannya dan menyibak selimutnya dengan cepat.

"Kalau gitu ayo cepat bangun dan bersiap. Hari ini kita harus pergi sekolah, kalau Liam tidur terus, gimana kalau kakak yang mandi duluan?" Ucap kakaknya lalu merapikan kasur Liam.

Liam kemudian dengan cepat turun dari kasur dan membuka lemari baju. Lalu menemukan beberapa potong handuk badan. Liam segera mengambil satu potong dan berlari ke kamar mandi.

Brak!

Hazel menatap ke arah kamar mandi, Pintunya telah tertutup.

"Liam?!!" Saut Hazel sedikit keras.

"Maaf kak. Aku baik-baik saja!" Saut Liam sedikit keras dari dalam lalu terkekeh kecil.

Hazel kemudian melanjutkan merapikan kasur dan menyiapkan seragam yang akan dipakainya untuk hari ini.
.
.
.
Ayah Hazel duduk di meja makan sambil menggenggam sandwich daging di tangannya. Setelah mengunyah seperempat bagian sandwich tersebut, ayah Hazel menoleh ke arah Kakaknya yang mencuci peralatan makan di wastafel.

Ayah Hazel sedikit gugup menanyakan hal tersebut, takut kakaknya akan merasa risih. Tapi, beliau juga ingin tau dan membantu masalah yang terjadi kepadanya.

Dengan segala keberanian yang dimiliki, akhirnya ayah Hazel meletakkan sandwich sisa di piring dan membuka obrolan sambil menunggu kedua anaknya turun.

"Mbak-"
"Jangan sekarang, Broto." Ucap Tante menoleh ke arah Ayah Hazel tersenyum, senyum yang memancarkan kesedihan di wajahnya.

Ayah Hazel sedikit mengernyitkan dahi bingung.

"Tapi kenapa, mbak?"

Tante melanjutkan meletakkan piring terakhir yang telah dicuci ke mesin pengering lalu menutupnya, setelah itu Tante melepas celemek dan menggantungnya di dinding dekat lemari es.

"Mbak, kalau-"
"Broto! Jangan sekarang." Ucap Tante kini dengan nada yang sedikit tinggi.

Ayah Hazel mulai tidak sabar,
"Tapi kenapa mbak? Broto juga ingin tau, adiknya mbak ini ingin membantu. Broto gabisa diem aja liat Mbak seperti i-"

"Karena Mbak malu! Mbak malu mau cerita ke kamu!" Ucap kakaknya menghadap ke arah Ayah Hazel kini dengan pandangan yang sama seperti saat malam kemarin. Begitu frustasi, seperti kosong dan tidak ada yang bisa dilakukan.

Perlahan Tante berjalan menuju kursi dekat dengan adiknya dan duduk lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Ayah Hazel yang melihat kakaknya seperti ini semakin khawatir,

Setelah lama tidak berjumpa, kenapa keluarga Hazel harus bertemu dengan Tante dikondisinya yang seperti ini.

Merumitkan, Ayah Hazel bahkan tidak tau kenapa kakaknya bisa hidup seperti ini. Bukankah seharusnya wanita di umur empat puluh tahunan bisa menikmati masa-masa nya yang tenang bersama suami dan anak-anaknya?

Ah....dan lagi, memang benar sudah menikah, namun tidak punya anak, lelucon itu telah disimpan di hati Ayah Hazel dengan segala kekesalan yang dipendam olehnya. Berharap bahwa walaupun kakaknya tidak memiliki anak, setidaknya suami yang penyayang sudah cukup untuk membuatnya hidup bahagia sampai akhir hayat.

Namun, apalagi yang beliau temukan, percobaan bunuh diri? Hah! Yang benar saja, mengapa kakaknya melakukan hal tersebut. Suami dari kakaknya itu juga sudah lama tidak memberi kabar, apa dia meninggalkan wanita ini menikah lagi atau bagaimana?

"Broto..." Ucap Kakaknya lirih membuyarkan lamunan Ayah Hazel.

"Iya mbak.." Ucap Ayah Hazel sedikit terkejut namun segera memberikan perhatian kembali untuk setiap kata yang diucapkan oleh kakaknya itu.

"Aku takut bahwa kematian istrimu, berhubungan dengan kepergian dari sebagian keturunan Wicaksono terhadap perkumpulan ilmu hitam yang pernah kita anut beberapa tahun silam..."

Tatapan ayah Hazel yang semula begitu prihatin dan perhatian tiba-tiba berubah menjadi sedikit lebih serius, bahkan ayah Hazel terlihat sedikit mengernyitkan dahinya, tampak seperti kesal.

Bibir beliau begitu kelu untuk membahas perkumpulan itu kembali, hanya satu yang ada di fikiran pria tersebut.

"Menyebalkan."
.
.
.
Hazel memperbaiki posisi dasinya dan melihat dirinya sendiri di depan cermin.

"Ah...sembab sekali mataku. Apa tidak ada cara untuk segera mengempiskannya?" Pikir Hazel sambil menekan lembut kulit bagian bawah matanya.

Liam keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkapnya. Hazel menoleh ke arah adiknya tersebut yang merapikan seragamnya.

"Ash...ini sudah jam berapa, Liam, sepertinya kita tidak bisa sekolah hari ini." Ucap Hazel memasang muka panik.

"Kakak jangan begitu...perutku sakit sekali tadi." Liam sedikit panik lalu berlari menuju tasnya yang ada di kursi dekat meja belajar dipojok kamar.

"Ini sudah jam 9 pagi! Kita tidak bisa berangkat, tidur sajalah kalau begitu, ini semua karena Liam terlalu lama di kamar mandi." Goda Hazel lagi semakin memperdalam keahliannya dalam berakting.

Liam yang berdiri membelakangi Hazel kemudian berbalik badan dan menatap Hazel dalam.

Hazel pun kaget ditatap seperti itu oleh Liam.

Liam sedikit mengeluarkan air mata karena panik.

Hazel dengan segera berlari menghampiri Liam dan memeluknya.

"Ya ampun, Liam, kakak hanya bercanda. Sudah, sudah tenanglah." Ucap Hazel menenangkan dan merasa bersalah.

"Tapi ini sudah terlambat kan kak? Maafkan Liam kak..." Lirih Liam di pelukan kakaknya.

"Ngga, beneran deh, ga telat kok" Hazel kemudian melepaskan pelukannya dan menunjukkan jam tangannya ke arah Liam sambil mengajari.

"Tuh lihat. Jarum panjangnya di angka enam, jarum pendeknya juga diangka enam. Berarti menurut Liam jam segini terlambat tidak?" Tanya Hazel tersenyum menoleh ke arah Liam.

Liam sedikit mengernyitkan dahi fokus.

"Jam...setengah 7, kakak dan Liam masuk jam 7, jadi masih ada waktu 30 menit." Ucap Liam meneliti.

"Berarti?" Tanya Hazel lagi.

"Belum terlambat!" Seru Liam.

"Yapp bener, aduh pinter banget Liam." Ucap Hazel lalu mencubit pelan pipi Liam, gemas.

Hazel kemudian mengambil tasnya yang ada di kasur lalu mengaitkan tangannya bersama Liam keluar dari kamar.

Ketika sampai di anak tangga terbawah. Hazel mendengar samar-samar pembicaraan dari arah dapur.

"Sepertinya serius..." Pikir Hazel.

Liam yang berjalan lalu ditahan untuk tetap berada disana oleh Hazel. Liam pun mendongakkan kepala menghadap Hazel dan mengangkat alisnya bingung.

Hazel menggelengkan kepalanya. Lalu menarik tubuh Liam untuk tetap bersembunyi sambil menguping pembicaraan ayah Hazel dan tantenya tersebut.

"Aku tau ini tidak sopan, namun jika aku pergi ke sana, maka pembicaraan ini akan terhenti dan aku tidak akan pernah tau apa yang sebenarnya terjadi pada ibu." Pikir Hazel.

"Bagaimana bisa mbak?! Kita sudah pergi untuk menghindari kutukan itu. Namun, kenapa? Kenapa harus terjadi lagi?" Suara pria yang sepertinya panik, nadanya sedikit meninggi diakhir kalimat.

Hazel berfikir bahwa suara tersebut adalah ayahnya yang berbicara.

"Aku tidak tau, Broto! Karena ini aku tidak ingin membahasnya denganmu, aku hanya ingin mengatakan aku melakukan hal kemarin karena suamiku telah kembali bergabung ke perkumpulan tersebut! Dan itulah salah satu idenya untuk menghancurkan hidup keturunan keluarga besar kita yang hidup diluar sana!" Suara yang lebih tinggi, Hazel berfikir ini Tantenya.

"Apa yang mbak barusan bilang?" Ucap pria tersebut kini dengan nada yang sedikit rendah dari perkataan pertama.

"Aku sudah memohon kepadanya, aku sudah melakukannya Broto....aku juga tidak tau bahwa targetnya adalah istrimu!"

Seketika Hazel terpaku di tempat tersebut. Pikirannya benar-benar kacau. Tangan yang menahan tubuh Liam untuk terus bergabung ke meja makan disana sedikit mengendur, Liam mengira kakaknya sudah mengizinkannya untuk pergi ke dapur.

Dengan cepat adiknya berlari ke dapur lalu menyapa kedua orang dewasa yang baru saja menaikkan amarah masing-masing sebelum akhirnya terkejut oleh kedatangannya.

"Selamat pagi ayah! Selamat pagi Tante!"
Ucap Liam tersenyum manis.

"Liam?" Ucap Tante lalu mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di kursi meja makan.

Melihat putranya telah bergabung, Ayah Hazel sangat canggung, bagaimana jika..ah terlalu mengerikan untuk dipikirkan. Ayah Hazel segera menoleh ke arah luar dapur untuk melihat apakah putrinya telah berjalan menuju ruangan ini.

"Kakak kemana Liam?" Ucap Ayah Hazel gugup.

Kemudian sesosok gadis dengan wajah ceria berjalan santai menuju ke salah satu kursi kosong di meja tersebut.

Ayah Hazel dan Tante sedikit tertegun dan menatap lekat-lekat gadis tersebut sampai Hazel telah duduk di kursinya.

Sedangkan Liam menatap kakaknya dengan senang hati sambil mengunyah Sandwich yang ada di tangannya.

Merasa ditatap secara berlebihan. Hazel menoleh ke tantenya lalu ke Ayah Hazel.

"Ayah cari Hazel?" Ucap gadis tersebut ringan, lalu mengambil sepotong sandwichnya.

"Ah iya...Hazel...-"Ucap Ayah Hazel sedikit tersenyum canggung.

Kemudian gadis tersebut meletakkan sandwich yang baru dia gigit seperempatnya di atas piring. Dalam keadaan masih mengunyah, Hazel dengan cepat menopang dagu lalu menatap manik mata tantenya dengan dalam.

Tante bingung ditatap seperti itu oleh keponakannya. Lalu beliau melirikkan matanya ke arah Ayah Hazel dan dengan cepat kembali ke manik mata Hazel. Merasa tidak nyaman.

Setelah itu Hazel tersenyum kecil.

"Emm...Hazel sepertinya masih tidur."

Ucap Hazel santai lalu kembali mengambil sandwichnya sambil menikmati tanpa merasa risih dengan tatapan bingung dari dua orang dewasa yang ada di depannya itu.
------------------------------------------------------

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 525 53
(BL Terjemahan) Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Matur...
9.1K 1.2K 24
Renjun tau, bahwa ada diantara sahabatnya yang di karuniai sebuah hal istimewa tentang bagaimana mereka bisa melihat dunia yang tidak bisa di jelaska...
4.1K 472 40
Cewek centil itu cocoknya dapet cowok yg badboy dan galak
4.4K 565 43
Up : Setiap hari Penderitaan besar apa yang sedang kalian alami... kehilangan keluarga? perundungan? kekerasan? pelecehan? atau wabah zombie yang sek...