SADBOI

By shasacaci

250K 44.7K 31.2K

Kahidupan itu seperti roda, terus berputar. Semua perbuatan, mau baik atau buruk pasti ada balasannya. Karma... More

Prolog
01 : Awal yang sebenarnya
02 : Dia tidak baik-baik saja
03 : Jantungan nih bisa bisa
04 : kehidupan mereka masing-masing
05 : kejutannya
6 : 17 tahun
07 : dia yang selalu punya cara
08 : kelab
9 : rooftop
10 : mantan masih gagal move on
11 : Sweet Lie
12 : Perihal Kejujuran
13 : pengen jualan seblak di depan gang
14 : i love you but i'm letting go
15 : Ace gak mau jadi sadboi
16 : Playlist
17 : jangan dicariin soalnya bukan maling
18 : Barcelona
19 : block n unblock
20 : murid baru
21 : ambis
22 : Confess
24 : Kembalinya Perusuh Thanuwijaya
25 : ketika dia kembali ke sekolah
26 : kamu di cariin mama papa
27 : kode dari calon mertua
28 : Missing Laughter
29 : The Sunset is Beautiful, isn't it?
30 : Galau brutal
31 : Waiting 4 u
32 : Bimbel
33 : Makasih udah hadir di hidup papa & aku
34 : Telat & Hukuman
35 : Pelawak juga bisa marah
36. Tidak selalu sama
37. Si paling words of affirmation

23 : Juli dan Hari Kepulangannya

6.2K 1.2K 1.3K
By shasacaci

Tidak terasa, sudah memasuki bulan Juli lagi. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh laki-laki yang sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Tak terasa, esok hari adalah hari keberangkatannya. Di bulan ke tujuh ini ia kembali, sebagai murid kelas 12. 

Ia bisa kembali karena perjuangannya mendapatkan nilai sempurna. Ia belajar tanpa mengenal lelah, siang dan malam ia belajar mati-matian. Hingga akhirnya, usahanya tidak mengkhianati hasil. Semua nilainya hampir A.

Di sisi kasur, ada sang ibunda yang sedang melipat pakaian yang akan dibawanya itu. Tidak banyak pakaian yang dibawa karena barang-barangnya hampir semua di Indonesia. Jadi ketika pulang, dia tidak perlu membawa banyak barang.

"Kamu beneran mau tinggal di apart?" Elikka bertanya untuk memastikan, karena tadi pagi anaknya itu berkata ingin tinggal di apartemen yang dekat dengan sekolahnya saja. Karena jarak sekolah dari rumahnya cukup jauh.

"Iya Bun, biar hemat bensin," jawabnya.

"Yaudah, nanti mami bilangin ke Desono buat nyewain kamu apartemen ya." Desono adalah orang yang akan mengurus segala keperluannya di sana.

"Iyaa, mam ini oleh-oleh buat temen-temen kurang gak?" Ace menunjuk dua koper yang berisi oleh-oleh untuk teman-temannya.

"Cukup kayaknya, tapi temen kamu kan banyak, bisa ditambahin apalagi gitu, jaga-jaga aja takut kurang," sahut Elikka.

"Iya yaudah nanti aku beli di airport aja sisanya," kata Ace sambil menutup koper terakhirnya. Dia hanya membawa tiga koper, satu koper khusus barang-barangnya dan koper oleh-oleh untuk teman-temannya.

"Kamu bisa kan tinggal sendiri?" Tanya wanita itu yang sebenarnya masih ragu untuk melepaskan anaknya sendirian.

"Bisa atuh Ma, asal uang mengalir dengan lancar," jawab Ace. Karena di zaman sekarang ini, semuanya bisa dilakukan dengan uang.

"Yaudah nanti mami transfer."

"Oke."

"Kalo ada apa-apa langsung telpon mami ya, kalo mau apa-apa bilang ke Desono." Elikka mengingatkan.

"He'em mom."

"Belajar yang bener, belajar yang rajin. Kamu mau masuk kampus mana juga mami papi pasti dukung kok," ujar Elikka. Karena ia dan suami selalu mengsupport apapun cita-cita dan keinginan anaknya, asal itu baik.

Ace duduk disamping ibunya dan mengangguk. Elikka lalu menatap anak laki-lakinya lalu mengusap rambut hitam itu. "Jaga kesehatan ya yang pasti, jangan lupa makan. Harus sarapan, makan tiga kali sehari, tetep kurangin rokoknya."

Mau tidak mau pun Elikka harus merelakan anaknya yang akan pergi dari sisinya untuk sementara waktu. Pekerjaannya masih menumpuk disini.

0o0

Bukan hanya Ace yang kembali, tapi Laura juga. Perempuan itu kembali ke tempat asalnya yaitu Rusia. Karena alasan ia bersekolah di Spanyol adalah karena di suruh menemani Ace. Laura ingin bersekolah bersama Ace di Indonesia, namun ia ada kendala bahasa.

Bahasa nya belum terlalu lancar.

Hampir semua dari semua keluarganya mengantarkan ke bandara. Mereka lalu melakukan perpisahan dengan berat hati. Terutama Elikka dan Joe.

Laura memeluk sepupunya itu, "pokoknya kita harus bertemu once every three months! Mau aku yang ke indo or kamu yang ke Spain," kata gadis itu sambil bercucuran air mata. Ia sangat sedih karena harus jauh dari Ace, dari semua sepupunya Laura paling dekat dengan laki-laki itu.

"Iya iya atuh sayang jangan nangis, aku jadi pengen ikut kamu ke Rusia," sahut Ace sambil membalas pelukan itu. Berat rasanya berpisah dengan Laura karena akhir-akhir ini Laura yang selalu menemaninya.

Laura akan berangkat ke negaranya keesokan paginya.

"In any case, we still have to give each other a message!"

"Iya-iya, nanti nyampe di sana aku telpon ya," kata Ace lalu ia merapihkan helaian rambut sepupunya yang berjatuhan sambil melepaskan pelukan.

Kemudian Ace beralih pada kedua orangtuanya. Ia menarik kedua sudut bibirnya ketika melihat mata ibunya yang memerah karena menangis. Dan di sampingnya ada sang ayah yang berkaca-kaca. Sedikit informasi bahwa Joe sudah bisa berjalan, kesembuhannya sudah mencapai 90%.

Ace kemudian terkekeh, "gak usah lebay. Aku mau pamit pulang ke rumah bukan ke Rahmatullah."

Elikka berdecak sembari memukul lengan anaknya. "Ih kalo ngomong jangan sembarang!" Anak laki-laki itu kembali terkekeh ketika melihat wajah kesal sang ibunda.

"My boy, yang tenang ya disana," pesan Joe sambil memeluk Ace.

"Kamu kok gitu sih, kamu pikir anak kita meninggal?!" Elikka protes karena Joe seperti berkata kepada orang meninggal.

"Kan kata tenang bukan buat orang meninggal aja sayang," sahut Joe sambil melepaskan pelukan dengan anaknya.

Wanita itu memutarkan bola matanya lalu kembali menatap anaknya dengan isakkan yang tidak bisa di tahan. Ace merentangkan kedua tangannya lalu Elikka berjalan untuk memeluk Ace.

"Pokoknya kamu harus jaga kesehatan, baik-baik disana. Maaf ya mami gak bisa temenin kamu." Elikka terisak di pelukan anak laki-lakinya.

"Issoke mami, jangan sedih udah." Ace mengusap punggung mamanya untuk menenangkan.

"Janji ya, mami pulang ke sana kamu harus baik-baik aja?"

"Iyaaa, tapi gak janji. Kalo misalnya aku di jemput malaikat sebelum mami pulang gimana?"

"Gak usah ngaco!" Ace tertawa kecil lalu kembali memeluk Elikka erat. Keduanya pun melepas pelukan setelah puas.

"Pokoknya, kamu harus sama Shanetta, Dehaan dan Yogas terus ya? Cuman mereka yang mami percaya selain Desono," kata Elikka. Ace mengangguk.

"Nanti kamu ajak ngedate Shanetta, soalnya kalian udah lama LDR," suruh Elikka.

Gimana mau ngedate, orang udah putus.

"Iyaaaaa...." lalu Ace beralih pada Abuela dan Abuelo yang menatapnya dalam.

"Kenapa? Mau peluk juga?"

"Of course my grandson," Niguel merentangkan tangan. "Saya sayang kamu banyak," katanya sambil mengusap kepala Ace.

"Alah sayang-sayang, gue depresot gara-gara lu," sahut Ace sambil memeluk balik kakeknya.

"Ace!" Elikka langsung menegur. Walaupun Niguel tidak mengerti perkataan cucunya, tetap saja kata-kata Ace itu tidak sopan.

"Enggak, bohong, bercanda," tawa Ace.

0o0

Tidak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Baru saja rasanya kemarin menjadi anak kelas sepuluh, sekarang sudah kelas dua belas lagi. Tidak terasa juga waktunya tinggal satu tahun lagi di Thanuwijaya sebelum akhirnya keluar dengan gelar alumni.

Sekarang adalah hari Kamis, hari ke empat MPLS bagi anak-anak kelas 10.

Selama anak kelas 10 MPLS, kelas 11 dan 12 sangat santai karena tidak ada pelajaran sama sekali. Mungkin ada guru satu dua yang masuk, tapi tidak membahas mata pelajaran.

Kebanyakan anak kelas 11 dan 12 nongkrong di depan kelas mereka dan di kantin.

"Lo berempat cocok jadi kakek hits," ujar Dehaan tiba-tiba.

"Bener tuh, Lilie kakel jutek, Shanetta kakel savage, Rhea kakel ramah, kalo ini," Tian menatap Cessie, "kakel cantik."

"Modus monyet...!" Yogas hendak melemparkan mangkok yang tinggal tersisa kuahnya.

Tak terasa hubungan mereka berdelapan semakin erat. Dan Tian pun ternyata tidak sedingin itu.

"Kakel hits matamu!" Ujar Lilie.

"Bener sih Lilie kayaknya cocok jadi kakel hits tukang labrak." Yaksa bersuara, menyetujui perkataan Tian.

"Asal lo tau ya Yak, bibit cinta antara Yogas dan Lilie itu sebenernya timbul gara-gara mereka berdua tukang gas. Yang satu tukang ngegas, yang satu lagi emang juragan gas," ujar Dehaan diiringi tawa kecilnya. Ia jadi mengingat perkataan Ace beberapa bulan yang lalu.

Mereka semua lalu tertawa, tawa mereka terdengar hingga ujung kantin. Tak lama, Yogas melihat Hilmara dan Arana yang berjalan memasuki kantin. Dan itu langsung menjadi pusat perhatiannya. Kemudian laki-laki itu menoleh kepada teman-temannya.

"Gue mau nambah siomay." Yogas berdiri dan pamit lalu berjalan ke arah gerobak siomay. Tempat dimana Hilmara dan Arana mengantri.

"Mang, siomay satu!" Pintanya langsung padahal masih banyak orang yang mengantri di depannya.

"Siap jang!" Penjual siomay yang sedang melayani pembeli yang lain mengacungkan jempolnya.

"Eh, aku kira siapa," sahut Hilmara. Yogas terkekeh sebagai tanggapan.

"Jangan nyodok lo Gas!" Ketus Arana, pasalnya ia dan Hilmara yang mengantri duluan.

Laki-laki itu mendengus, "iya kalem atuh." Yogas menegakkan tubuhnya dan meluruskan pandangannya. "Aing selalu inget kata-kata maneh kok bund," ujar Yogas tiba-tiba. Membuat Hilmara maupun Arana menoleh.

"Kata-kata maneh 6 bulan yang lalu, aing gak bakal ngelupain si Acey. Walaupun ada orang yang nanti temenan sama gue, terus sifat atau fisiknya mirip dia pun tetep aja gak bakal bisa ngegantiin dia karena itu bukan si Acey. Gak bakal pernah ada yang gantiin posisinya dia," lanjutnya.

"Ehh kalimat itu gak perlu diinget, lagian ikut campur banget tiba-tiba ngechat gitu," kata Hilmara diiringi tawanya. Karena gadis itu sadar, mau berteman dengan siapapun Yogas, itu hak laki-laki itu.

"Bakal selalu gue inget, thank you Mara," katanya dia senyum lebar lalu meninggalkan dua teman kelasnya.

"Siomay nya gak jadi?" Tanya Arana.

"Jadi kalo di bayarin," sahut Yogas sambil berjalan menjauh.

"Dih! Beli sendiri!"

0o0

Laki-laki yang menutupi kepalanya dengan topi hitam itu mendorong tiga koper lalu sembari mengedarkan pandangannya mencari Desono. Yang datang hanya pria itu saja.

Karena Ace sengaja tidak memberitahu teman-temannya, biar menjadi kejutan nanti. Karena selama dua Minggu ke belakangan, Ace sudah menyiapkan hadiah untuk mereka.

Sampai pandangannya terjatuh pada sesosok pria yang membawa benner bertuliskan, WELCOME BACK TUAN MUDA ACE ASIK-ASIK JOSS!

Laki-laki itu langsung berlari ke arah pria berkacamata hitam itu.

"OY DESONO!"

"Selamat datang kembali di Indonesia, A," ujar Desono setelah menurunkan tangannya yang memegang benner sambil membungkuk.

"Oy mang bro, gimana kabarnya?" Tanya Ace sambil mengajak ber high five.

"Alhamdulillah, baik A."

"Ini kenapa harus ada asik-asik joss nya?" Ace menunjuk benner itu.

"Disuruh A Agashatya," jawab Desono. Setelah itu Ace hanya ber oh ria. "Temen-temen Aa gak ada yang ngejemput kah?"

"Gak ada, emang sengaja gak di kasih tau. Biar surprise," katanya dengan kekehan khasnya.

"Oke, baik A. Mau pulang sekarang?" Tanya Desono.

"Yoi dong, udah kangen Bandung nih ngab," ucapnya.

"Ini biar saya yang bawa." Desono mengambil alih trolly yang berisi koper-koper anak majikannya itu.

0o0

Setelah perjalanan dari Jakarta ke Bandung, akhirnya Ace sampai di rumahnya pukul 7 malam. Para pekerja di rumahnya langsung menyambut kedatangannya. Ace memeluk mereka satu persatu sebagai temu kangen. Setelah melepaskan rasa rindu dengan mereka, Ace naik ke lantai dua, ke kamarnya.

Ia akan tidur sebentar untuk istirahat, tapi sebelum itu ia ingin menjenguk ikan-ikannya.

Ace membuka pintu ruangan khusus ikan cupang itu.

"HAI LADIES, WELCOME BACK! BAPAK COMEBACK NIH!" Katanya sambil merentangkan tangan di depan pintu ruangan itu.

"Woy, T-rex apa kabar?" Tanyanya pada salah satu cupang itu. Lalu dia beralih pada ikan yang lain. "Ini lampunya keterangan ya?" Tanya Ace sambil mematikan salah satu lampu.

"Kalian makan dengan baik kan?" Tanya Ace bertanya pada seluruh ikan cupangnya. "Kalo gue sih engga," sambungnya.

Setelah puas melepas rasa rindu dengan ikan-ikannya, Ace berjalan keluar dan menutup pintu. Barulah dia akan mengistirahatkan tubuhnya setelah perjalanan yang memakan waktu. Ia akan bangun besok pagi untuk persiapan pindah ke apartemen barunya.

0o0

Untuk menyegarkan tubuhnya, tadi pagi Ace berlari di lapangan Gasibu. Di pukul 10 pagi, Ace kembali bersiap untuk pergi berkeliling daerahnya. Ace memanasi motornya sebelum pergi.

Tanpa menunggu waktu lama, Ace langsung mengendarai motornya. Motor itu melaju dengan kecepatan yang lumayan kencang, karena Ace rindu ngebut-ngebutan seperti ini.

Karena merasa bensinnya tersisa sedikit, Ace berhenti di salah satu pom bensin. Tidak banyak orang yang mengantri di pom bensin itu.

Selama orang pom itu mengisi bensinnya, Ace turun untuk mengambil uang. Laki-laki itu refleks menepuk jidatnya karena ingat, ia tidak punya uang rupiah cash.

Ace membuka dompetnya untuk mencari ATM, tapi entah kenapa kartu itu tidak ada di dompetnya. Bukannya panik lagi ketika tau kartu ATM nya tidak ada, Ace berusaha mencarinya baik-baik di dompet. Tapi, tidak ada.

Dia berusaha mengingat-ingat, ATM nya di simpan dimana. Setelah ingat, Ace kembali menepuk jidatnya. ATM nya tertinggal di kamar, bukan kamarnya yang disini, tapi kamarnya yang di Madrid. Karena ketika packing kemarin, Ace merapihkan isi dompetnya.

Uang yang ada di dompetnya pun hanya euro.

"Mba, bayar pake euro bisa gak?" Tanya Ace sambil menyodorkan uang bernilai 5 euro itu.

"Maaf mas, tidak bisa," tolak pegawai itu dengan lembut.

"Beneran gak bisa? Gak perlu kembali deh mba, beneran. Ambil semuanya aja gak papa," kata Ace.

"Maaf mas gak bisa."

"Ayo dong mba, 5 euro kalo di rupiahin bisa sampe 80 ribu. Empat kali lipatnya saya beli bensin loh mba." Ace berusaha membujuk mba-mba itu.

"Kok mas nya maksa sih? Ini Indonesia ya bayarnya pake rupiah lah!"

"Kok mba nya sewot?!"

"Ya abisnya mas nya ngeselin, tuh mas ATM ada di sebelah sana kalo gak tau," kata perempuan itu.

Ace berdecak lalu mendorong motornya dan menyisi, agar orang-orang di belakangnya tidak mengantri lama. "Yaudah mba tunggu bentar," sahut Ace sembari berjalan ke arah gerobak yang berada tak jauh dari sana.

"Mang, mau uang dari Spanyol gak?" Tanya Ace pada penjual gorengan.

"Hah?"

"Mau uang Spanyol gak?" Tawarnya lagi.

"Hah? Oh, mau."

"Yaudah tukerin sama rupiah," Ace menyodorkan uang 5 euro itu.

"Berapa? Palsu gak ini?"

"Asli mang, saya baru aja pulang dari sana. Saya mau beli bensin tapi lupa bawa rupiah," jelas Ace.

"Berapa ini? 5 ribu?"

"Weleh, weleh, weleh, 80 ribu mang."

"Ah gak jadi, mahal," tolak penjual gorengan itu sambil mengembalikan uang Ace.

"Ya kan emang segitu."

"Kemahalan, 80 ribu mending saya beli baju."

"Yaudah deh 20 ribu aja, saya mau bayar bensin."

"Yaudah boleh, asal saya foto dulu sama kamu. Saya mau pamer ke anak istri saya kalo saya ketemu bule," kata penjual gorengan itu sambil mengeluarkan handphonenya.

"Y-yaudah deh," Ace pasrah walaupun rugi. Sudah rugi 60 ribu, dia ajak foto pula lagi.

0o0

"

Kenapa pengen tinggal di apartemen, A?" Tanya Desono sambil merapihkan barang-barang milik Ace di apartemen yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.

Bukan hanya Desono yang merapihkan barang-barang Ace, tapi ada dua pembantunya yang lain.

"Biar hemat bensin," jawabnya sambil merapihkan buku-buku di meja. Buku-buku yang ia bawa jauh-jauh dari Spanyol, Ace benar-benar kembali dengan versi terbaiknya sekarang.

Sekarang, Ace tidak menyentuh alkohol sama sekali, ia tidak merokok lagi. Yang menemaninya sekarang hanyalah buku-buku tebal.

"Bensin sama bayar sewa apartemen mahalan bayar apartemen atuh A," kata Desono. Karena jika ia menjadi Ace, ia akan lebih memilih tinggal di rumah daripada di apartemen. Bukan karena sewa apartemen yang mahal saja, tapi di apart itu harus masak sendiri dan melakukan segalanya sendiri.

Sedangkan di rumah ada para pekerja yang membantunya.

Membahas soal bensin, Ace jadi mengingat kejadian tadi pagi.

"Eh, ATM gue ketinggalan, nanti bikinin yang baru dong," pintanya. "Gue gak ada duit sama sekali," katanya. "Mana kartu yang itu gak ada m-banking nya," keluh laki-laki itu.

"Naha bisa ketinggalan gitu A?" Tanya salah satu asisten rumah tangannya.

"Kemaren lagi ngarapiin isi dompet, kayaknya lupa masukin kartu yang itu," jawab Ace. "Eh nanti Senin sewain odong-odong dong," pinta Ace pada Desono.

"Buat apa?"

"Ada deh, pokoknya Senin pagi odong-odongnya harus ada di depan," perintah Ace.

Sejujurnya Ace tidak sabar untuk Senin besok, ia akan memberikan kejutan pada teman-temannya, sepertinya bukan hanya kejutan untuk teman-temannya. Tapi untuk satu sekolah juga.

Ace menarik kedua sudut bibirnya, rasanya tidak sabar untuk bertemu teman-temannya, terutama Shanetta. Apakah ada yang berubah dari mereka?

To be continued...



.
.
.


OKEY SORI KARENA UPDATENYA TELAT LAGI, SOALNYA MAU UPDATE LUSA MALAH KELUPAAN

ADA YANG PENASARAN GAK GIMANA ACE NANTI DISEKOLAH?

KALO PENASARAN, SPAM KOMEN DISINI DULU YUK BUAT LANJUT!!

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
404K 21.9K 71
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.6M 217K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
843K 44.2K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...