ODETTA [TAMAT]

By FreelancerAuthor

377K 73.8K 3.8K

(repost) TERSEDIA EBOOK DI PLAYBOOK, DAN BAB SATUAN SERTA PAKET DI KARYAKARSA. Odetta memang memiliki nama ya... More

Prakata
ODETTA
1. ODETTA
2. ODETTA
3. ODETTA
4. ODETTA
5. ODETTA
6. ODETTA
7. ODETTA
8. ODETTA
10. ODETTA
11. ODETTA
12. ODETTA
13. ODETTA
14. ODETTA
15. ODETTA
16. ODETTA
17. ODETTA
18. ODETTA
19. ODETTA
20. ODETTA
21. ODETTA
22. ODETTA
23. ODETTA
24. ODETTA
25. ODETTA
26. ODETTA
27. ODETTA
28. ODETTA
29. ODETTA
30. ODETTA
31. ODETTA
32. ODETTA
33. ODETTA
34. ODETTA
35. ODETTA
VOUCHER ATTACK!!
36. ODETTA
37. ODETTA
38. ODETTA
39. ODETTA
40. ODETTA
41. ODETTA
42. ODETTA
43. ODETTA
44. ODETTA
45. ODETTA
46. ODETTA
47. ODETTA
48. ODETTA
49. ODETTA
50. ODETTA
51. ODETTA
52. ODETTA
53. ODETTA
KABAR BAPAKNYA ODET
54. ODETTA
55. ODETTA
56. ODETTA
57. ODETTA
58. ODETTA
59. ODETTA

9. ODETTA

7.4K 1.7K 69
By FreelancerAuthor

Tidak membutuhkan banyak waktu untuk Odet mengenali siapa yang sedang menunggunya di rumah. Bima tidak pernah kesulitan untuk mengambil hati keluarganya, ditambah dengan usia persahabatan mereka yang tidak hanya dalam hitungan dua atau tiga tahun saja. Odessa sudah terbiasa dengan kehadiran Bima, Seda sudah menyebut Bima sebagai pangeran Daniel, yang dalam film animasi Barbie pangeran itu berpasangan dengan karakter utama bernama Odette, ya nama yang sama seperti yang dirinya miliki.

Apa ayahnya sudah memberikan restu sampai memberikan sebutan itu untuk Bima? Harusnya panggilan itu hanya akan disandang oleh suami Odet kelak. Meski Odet memang mengharapkan hal itu terjadi, tetap saja dia sudah mulai belajar untuk menjaga jarak dengan Bima.

"Oh, yang lagi diomongin udah pulang!" Odessa selalu saja mengatakan demikian. Kemarin ketika Bima juga berada di sana, ibunya akan menyapa dengan demikian.

"Hai, Bim!" sapa Odet seraya mencium pipi ibunya yang segera sibuk berlari ke dapur entah untuk menyiapkan apa.

"Kamu itu nggak kerja atau gimana jadi sering ke sini? Bahkan kamu ada di sini sebelum aku pulang kerja."

Bima mengerutkan keningnya karena merasa ada nada tak suka yang Odet berikan. "Kayaknya kamu nggak suka aku ke sini. Lagian, kamu selalu tahu kerjaanku nggak pernah aku bawa lembur. Kamu yang pulang lebih lama dari aku. Baru dua hari ini kamu pulang lebih lambat dariku, Det. Tapi kayaknya kamu menganggap aku nggak punya kerjaan sampe dateng kesini terus menerus."

Odet menghela napasnya. "Tuh, kan, kamu capek pulang kerja sampe pertanyaan aku aja kamu bawa baper. Sensitif banget, sih, Bim? Aku cuma nanya, bukan ngusir kamu."

"Tapi nada bicara kamu nggak kayak sekedar nanya. Kamu nggak suka lihat aku di sini. Kenapa rasanya kamu nggak pengen aku ada di sini, ya, Det? Apa ini gara-gara pengakuan aku semalam?"

Kini berganti Odet yang mengerutkan keningnya. "Pengakuan apa?"

"Soal aku yang diem-diem punya pacar," balas Bima.

"Loh? Aku, kan, udah bilang kalo itu bukan urusanku. Nggak akan ada yang berpengaruh buatku mau kamu sama siapa aja. Lagian ngapain bahas soal itu? Nggak penting banget."

Sekarang suasana malah menjadi tegang dan tidak menyenangkan. Perkiraan Bima yang akan bicara dan bisa mengajak jalan Odet sebentar nyatanya tidak akan berhasil. Mereka malah menjadi tersinggung satu sama lain seperti ini.

"Nggak penting? Kamu bilang nggak penting, Det? Kita harusnya memperbaiki komunikasi kita, aku mau mulai bicara dengan baik sama kamu, tapi ternyata kamu malah begini. Aku nggak akan pernah tahu kalo bagimu, hal yang berhubungan dengan masa depanku nggak penting."

Odet memalingkan wajahnya. Tak ingin meminta maaf karena saat ini dia merasa tidak bersalah sama sekali. Odet yang terluka, maka Odet tidak akan mengemis maaf.

"Aku udah bilang, mau kamu pacaran sama siapa, atau bagaimana perempuan yang kamu pilih itu bukan masalah buatku. Lagian, kalo kamu ngomongin soal masa depan, coba kamu pikirkan lagi, Bim. Kita itu bukan apa-apa, hanya sahabat, dan masa depanku atau kamu nggak akan berpengaruh apa–apa satu sama lain. Berhenti bersikap kita masih sangat muda untuk nggak memikirkan langkah selanjutnya. Apa kamu paham maksudku? Silakan cari pasangan kamu dan begitu pula aku. Jadi, persahabatan ini nggak akan mengganggu siapa pun diantara kita yang memiliki pasangan!"

Odessa yang semula ingin melihat apa yang membuat putrinya berteriak segera mengundurkan langkah. Odessa tak mau ikut campur dengan apa yang terjadi pada Odet dan Bima.

"Odet?" lirih Bima. "Ini ... kamu serius bilang ini?"

"Iya! Aku bosen karena jadi hambatan kamu bisa senang-senang dengan bebas sama pacarmu! Berhenti mikirin aku dan cari masa depanmu sendiri! Begitu juga aku. Berhenti menghambat masa depanku karena orang-orang ngira kamu yang akan nikahin aku!!!"

Odet bosan. Benar-benar bosan karena memang banyak orang yang mengira bahwa dia dan Bima akan menikah pada akhirnya. Ayah Odet, ibunya, dan bahkan mama Bima yang mengira hal tersebut akan terjadi. Sudah saatnya Odet memiliki kehidupannya sendiri tanpa mengharapkan Bima. Pria itu bahkan bersikap seolah tidak mengerti kedekatan mereka yang selayaknya pasangan kekasih.

"Sekarang kamu denger, kan? Pergi dari sini dan jangan bersikap seolah kita ini lebih dari sekedar sahabat, Bim."

Odet memilih berjalan menuju kamarnya. Tidak memutar kepala untuk memastikan Bima apakah sudah pergi atau masih berada di sana. Muak dengan keadaan mereka yang mulai mendesak Odet bisa seperti perempuan kebanyakan.

"Nak Bima," panggil Odessa dengan pelan.

"Tante."

"Maaf, ya. Tapi memang Odet sudah seharusnya berhenti bermain-main dengan kamu. Usianya akan menginjak kepala tiga, begitu juga kamu. Kendalanya bukan hanya usia, tapi juga bentuk tubuhnya yang pasti membuat kebanyakan laki-laki menatap Odet dengan sebelah mata.

"Meski jodoh memang sudah digariskan oleh Tuhan, tapi sebagai manusia jelas harus berusaha untuk menemukannya, kan? Nggak tiba-tiba datang. Kalo banyak orang melihat kamu selalu ada untuk Odetta, semakin banyak pria yang merasa tidak perlu mendekati Odet. Lebih baik kamu fokus dengan kehidupanmu, Bima. Tante yakin, saat kalian sudah memiliki keluarga dan sudah berdamai, persahabatan kalian akan kembali seperti semula."

Bohong. Odessa hanya sedang berusaha membantu putrinya agar tidak merasa sakit hati semakin lama dengan terus bersama Bima yang tidak mengambil tindakan apa pun pada hubungannya dan Odet. Ini adalah langkah egois yang seorang ibu lakukan untuk anaknya.

"Tapi, Tante ..."

"Tante yakin, kalo sudah jalannya kalian bisa balik seperti semula."

Maafin tante, Bim. Mendengar Odet frustrasi seperti itu bikin tante nggak sanggup mendengarnya. Odessa akan menjaga putrinya dan jika Bima memang membuat Odet kecewa, maka menjauhkan mereka tidak akan menjadi masalah bagi Odessa. Meski dia tak mau ikut campur, tetap saja seorang ibu akan ikut campur dengan rasa egois tinggi. 



[Gimana? Yg udah baca special chapter pasti makin bingung😆. Oh, ya. Yg mau baca duluan bab 11 & 12 Odetta sudah tersedia di Karyakarsa kataromchick, ya. Inget, bagi yang mau. Toh, nanti di sini ttp di-upload. Bedanya special chapter gak di sini + bisa baca duluan. Udh. Jangan dibuat pusing, ya. Yang baca di sini silakan menunggu, yang dukung aku di KK terima kasih banyak💜💜💜 apresiasi kalian membuatku semakin semangat nulis. Makasih reader cayanggggg🤗]

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 150K 50
Faktanya, pria lebih menyukai kecantikan dibandingkan kebaikan hati wanita. Erika Syudar sudah mengalaminya sendiri. Terlahir dengan wajah pas-pasan...
1.2M 74.3K 74
Ternyata memang benar, garis antara cinta dan benci itu nyaris tak ada. Dari yang bukan siapa-siapa bisa menjadi teman hidup.
612K 73.9K 40
[family-romance] Bagi Sheila, kehadiran Rama kembali di hidupnya membawa bencana. Setelah lima tahun mengakhiri hubungan, Sheila tidak tahu jika tiba...
1M 59.8K 54
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...