SADBOI

By shasacaci

250K 44.7K 31.2K

Kahidupan itu seperti roda, terus berputar. Semua perbuatan, mau baik atau buruk pasti ada balasannya. Karma... More

Prolog
01 : Awal yang sebenarnya
02 : Dia tidak baik-baik saja
03 : Jantungan nih bisa bisa
04 : kehidupan mereka masing-masing
05 : kejutannya
6 : 17 tahun
07 : dia yang selalu punya cara
08 : kelab
9 : rooftop
10 : mantan masih gagal move on
11 : Sweet Lie
12 : Perihal Kejujuran
13 : pengen jualan seblak di depan gang
14 : i love you but i'm letting go
15 : Ace gak mau jadi sadboi
16 : Playlist
17 : jangan dicariin soalnya bukan maling
19 : block n unblock
20 : murid baru
21 : ambis
22 : Confess
23 : Juli dan Hari Kepulangannya
24 : Kembalinya Perusuh Thanuwijaya
25 : ketika dia kembali ke sekolah
26 : kamu di cariin mama papa
27 : kode dari calon mertua
28 : Missing Laughter
29 : The Sunset is Beautiful, isn't it?
30 : Galau brutal
31 : Waiting 4 u
32 : Bimbel
33 : Makasih udah hadir di hidup papa & aku
34 : Telat & Hukuman
35 : Pelawak juga bisa marah
36. Tidak selalu sama
37. Si paling words of affirmation

18 : Barcelona

4.6K 1.1K 729
By shasacaci


Elikka memegang sticky note tulisan tangan anaknya itu.

"Ace kemana bang?" Tanya Elikka mulai panik.

"Aku juga gak tau," Agashatya ikut bingung. Dia membuka laci-laci yang ada dikamar adiknya itu. Sampai akhirnya dia menemukan dompet, ponsel dan kunci mobilnya.

"Ace gak bawa hape sama dompet??" Pria itu mengangkat barang-barang Ace untuk menunjukkan kepada mereka.

"Gak mungkin dia pergi tanpa bawa dompet, gila kali ya?!" Allisya buru-buru merebut dompet yang ada ditangan Shatya untuk mengecek isinya. Tapi isi dompet itu lengkap, kartu identitas dan kartu ATM pun ada. Di dalamnya pun ada uang cash senilai 500 euro.

Allisya mengeluarkan kartu beserta uang dari dompet. "Dia gak mungkin pergi tanpa uang kan??" Allisya setengah bertanya untuk memastikan.

"Selama disini, Ace jarang punya uang cash," ujar Elikka.

"Tapi ini kartunya ATM nya ada? Bahkan KTP, kartu pelajarnya pun ada," sahut Allisya.

"Yang lebih pentingnya, dia gak bawa hape. Dia gak mungkin pergi tanpa handphone kan?" Shatya ikut bertanya.

"Ada notes buat lo," Allisya memberikan notes yang tertempel di dompet Ace pada Shatya.

Gue ga dendam sama lo kok ngab, tenang. Cuman kesel aja, rasanya lo pengen gue tabrak pake tronton.
-ace

"Monyet," guman Shatya dengan suara yang sangat pelan ambil meremas kertas itu. Emang kadang adik nya itu minta di cincang ususnya.

"Terus ini Ace nya kemana?" Tanya Elikka yang mulai resah.

0o0

Setelah malam tahun baru yang ia habiskan bersama keluarganya dirumah. Shanetta bisa tertidur pukul setengah tiga pagi. Tapi tiba-tiba saja, saat ia hendak tertidur. Gadis itu mendapat panggilan telepon dari Elikka, Shanetta yang hendak membaringkan tubuhnya pun mengurungkan niat.

"Halo Netta, maaf bunda ganggu malem-malem. Semoga kabar kamu baik ya, bunda cuman mau nanya."

Dari suaranya, Shanetta bisa mendengar suara wanita itu yang cemas, panik dan bergetar.

"Ah iya bunda, semoga kabar bunda juga baik. Emang mau nanya apa bunda?"

"Ace ada ngabarin kamu gak? Kamu terakhir chattan sama Ace kapan? Ace gak ada di rumah, dia pergi gak tau kemana. Jadi sebenarnya, malem kemaren Ace ribut sama abangnya. Terus besok paginya Ace gak keluar kamar sama sekali, pas tadi di cek lagi ternyata Ace udah gak ada di kamarnya."

"Dia gak bawa handphone sama sekali, bunda gak tau dia kabur kemana. Dia cuman ngasih notes yang bilang jangan nyariin dia. Tapi bunda juga gak mungkin diem aja Netta. Mungkin karena kamu pacarnya, dia ngabarin dulu mau pergi kemana gitu?"

Bunda belum tau kah bahwa ia dan Ace sudah putus?

"Ace gak ngabarin apa-apa bunda," jawab Shanetta. Ya untuk apa juga mengabarinya? Orang sudah mantan. Terlebih lagi, semua kontak Ace sudah Shanetta blokir. "Ace gak bawa hape?"

"Iya enggak bawa, kamu tolong bantu hubungin Ace lewat sosial medianya yang lain ya? Takutnya dia bawa handphone yang lain. Bunda gak bisa lacak dia, soalnya dia ninggalin semua barangnya. Dari kartu kredit, kartu identitasnya, hape, kunci mobil, jam tangan yang sering dia pake juga di tinggal di kamar."

"Bundaaa aku masih bingung, ini maksudnya Ace kabur dari rumah gitu?"

"Bisa dikatakan begitu, Netta. Dia gak bawa apa-apa, bunda cuman takut Ace kenapa-kenapa. Bunda takut dia gak bisa makan dan tidur di luar."

"Aku bakal bantu hubungin Ace bunda, maaf ya bunda aku gak bisa bantu apa-apa selain coba ngehubungin Ace."

"Ih gak papa geulis, bunda malah yang minta maaf karena udah ngerepotin malem-malem. Semoga aja Ace bales chat kamu ya, dia gak marah ke kamu pasti dibales kalo dia beneran pegang hape."

"Iya iya bunda, semoga aja di bales. Aku chat dulu Ace nya ya bunn..."

"Iya oke makasih ya nettaa, maaf bunda ngerusuh malem-malem."

"Santai aja Bun, aku juga belum tidur kok."

"Yaudah, selamat malam ya geulis. Kalo ngantuk gak perlu di chat sekarang juga gak papa, nanti aja besok. Sekarang tidur aja udah malem, jangan sering gadang ya, jaga kesehatan."

"Belum ngantuk bunda, bunda juga jaga kesehatan ya. Jangan capek-capek," pesan balik Shanetta.

"Iya makasih sayang, bunda izin tutup teleponnya ya?"

"Iya bunda, selamat malam."

Ttutt...

Sambungan telepon pun terputus. Sekarang, mana bisa Shanetta tidur jika tau mantan pacarnya kabur dari rumah?

Cepat-cepat Shanetta membuka blokiran salah satu sosial media laki-laki itu. Ia langsung mengirimkan beberapa pesan untuk Ace, yang semoga saja besok pagi di baca.

0o0

Laki-laki itu sampai di Barcelona pagi-pagi. Ia sempat membeli sarapan di minimarket. Sekarang Ace sedang berjalan di trotoar sambil menikmati minuman kaleng di tangannya.

"Gue kira gue menginjak tanah, ternyata gue menginjak dewasa. Pantes rasanya capek, cemas, stress, lemah, letih, lesu, nyeri urat, nyeri sendi, encok." Ace mengoceh sendiri lalu meremas kaleng minuman yang sudah kosong itu.

Kemudian kaleng minuman itu ia lempar ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Setelah kaleng minuman itu masuk dengan sempurna ke dalam tempat sampah, ia bersorak gembira.

Tapi kembali mengoceh dan melanjutkan perjalanannya.

"Kangen nobar nussa dan Rara deh, tapi lebih kangen lagi my luv lope-lope Shanetta. Sekarang kabarnya gimana ya? Semoga kabar Shanetta baik, tapi jangan dapat pengganti yang lebih baik dong. Tunggu aku saja wkwkwkkw." Ace menyengir bebas, dia berjalan dipinggir jalan sambil sesekali menendang batu-batu kecil.

Hampir 10 menit Ace berjalan, cowok itu akhirnya menghentikan langkahnya ketika melihat seekor kucing di depan toko yang masih tutup. Ia berjongkok lalu mengelus kucing jalanan itu dengan lembut. Tak lupa senyum tulusnya diberikan pada kucing berwarna abu tua itu.

"Oi, laper ya?" Tanya Ace ketika kucing itu celingak-celinguk mencari makanan sepertinya.

"Mau makan?" Tanyanya lagi. "Beli sendiri lah, gak usah manja," sambungnya lagi hendak berdiri dan pergi dari tempat itu.

Tapi kucing itu malah semakin mendekat. "Dih, bukan muhrim jangan deket-deket!" Larangnya langsung melangkah mundur satu langkah.

Tapi memang semestinya kucing tidak mengetahui apa-apa, ia malah semakin mendekatkan tubuhnya kepada Ace. Melihat itu, Ace menghela nafas dan kembali mengusap punggung kucing itu.

"Lo ngingetin gue sama kocheng galak di Setra Duta. Dia udah damai sama cupang-cupang gak ya?" Tanyanya dengan raut wajahnya yang gelisah. "Lo beneran mirip sama kucing gue yang di Setra Duta asli, gendutnya sama. Bukan kucing shamming ya!"

"Mau ketemuan sama kucing gue yang di Madrid gak? Bukan kucing gue sih, tapi akuin aja lah. Gue dulu gak suka kucing, akhirnya melihara setelah ngadopsi kucingnya Skylan. Tapi tetep aja tuh kocheng harus gue tinggal, padahal udah bestian banget sama dia walaupun dia mandinya pake sabun cuci piring. Tapi rasanya tuh kayak— eh ini gue ngapain curhat sama lo sih?!" Laki-laki itu berdecak setelah menyadari kebodohannya. Mungkin yang melihatnya akan menyangka orang gila karena curhat dengan seekor kucing di pinggir jalan.

Ia pun berdiri sambil menggendong kucing itu. "Yaudah yok bro, cari makan dulu buat lo! Gak papa dah aing ikhlas, kalo siang nanti gak makan," kata Ace.

0o0

"OY! SHANETTA MAIN YUK!"

Di siang hari yang cerah ini, bahkan sang mentari menaik tinggi, semakin berada di atas kepala. Tiba-tiba Dehaan dan Yogas sudah ada di depan rumah Shanetta.

"SHANETTA MAU MAIN ENGGAK?" Keduanya berteriak seperti anak kecil yang sedang mengajak temannya bermain.

"SHANETTA—"

"Kalian apaansih berisik!" Shanetta membuka pintu rumahnya dengan decakan kecil. "Ngapain lo berdua kesini?!"

"Lo udah tau belum berita si Acey kabur dari rumahnya??" Tanya Dehaan.

Gadis itu menghela napas lalu menarik kursi yang ada di teras untuk duduk, "tau."

"Lo udah coba ngehubungin dia belum?" Tanya Yogas.

"Udah, cuman dia gak aktif sama sekali," jawabnya agak lesu.

"Sama, kita juga gak ada balesan sama sekali," ujar Dehaan.

"Cuman kita ada satu cara An," tambah Yogas. "Ini nomor dia, Ace gak mungkin gak bawa handphonenya sih kalo kata gue. Soalnya dia hape nya gak cuman satu, dia pasti pake nomer yang ini," Yogas memberikan sepotong kertas yang sudah tertulis nomor Ace.

"Ini nomor apaan?"

"Nomer iseng-isengan sebenernya, yang tau cuman kita berdua ya Gas?" Dehaan bertanya pada Yogas. Yogas mengangguk, "iya cuman kita karena ini nomor khusus buat main game doang."

"Terus kenapa gak kalian telepon langsung?" Tanya Shanetta.

"Masalahnya disini An, kita gak punya pulsa buat neleponnya hehe," Yogas menyengir sambil menepuk-nepuk pundak Dehaan.

"Gue juga sama gak punya," imbuh Dehaan.

"Gak punya pulsa kenapa larinya ke rumah gue?"

"Konternya tutup," sahut Yogas.

"Emang konter disini cuman ada satu?"

"Lebih tepatnya lagi bokek, An," jelas Dehaan.

"Yaudah deh, bentar." Shanetta memasukkan nomor itu dan langsung menghubunginya. Berdering cukup lama hingga akhirnya telepon itu di angkat.

"Oi! Apaan? Mau nipu ya? Sorry gak punya pulsa, gak punya duit, gak punya harta, gak ada motor mobil, gak ada anak. Udah ya? Nipu nya lain kali aja."

"Ih siapa yang mau nipu!"

"Eh?"

"Kok kayak kenal suaranya?"

"Bener-bener ya!"

"An? Ini lo kan? Kok bisa tau nomor gue yang ini."

"Dari gue," sahut Yogas.

"Halo ayang, kamu kabur ya?" Dehaan ikut bersuara.

"Kalian lagi ada dimana?"

"Rumah Shanetta," jawab Yogas.

"WOY! KALIAN BERDUA KENAPA NGAPELIN PAC—EH MANTAN GUA?"

"Lo kemana nyet? Pake kabur segala??" Tanya Yogas.

"Ini lo bertiga tau??" Tanya balik Ace.

"Tau lah edan, emak lo nelepon nyariin anjir kasian," sahut Dehaan.

"Udah dibilangin jangan nyariin."

"Ya bunda pasti nyariin lah kalo anaknya ilang! Lo pikir aja, lo pergi gak bawa apa-apa, gak bilang ke siapa-siapa, ibu mana coba yang gak khawatir kalo anaknya kayak gitu? Bunda cuman khawatir lu gak bisa makan dan tidur dengan baik di luar. Lagian kalo kemana-mana bilang kek ke siapa, jangan malah buat khawatir!" Akhirnya, Ace diceramahi Shanetta.

"Lo juga khawatir?"

"Ya pikir aja sendiri!" Gadis itu mendengus.

"Posisi dimana ngab?" Tanya Dehaan.

"Barcelona."

"Lagi ngapain sia disana?" Tanya Yogas.

"Gak tau bingung."

"Pulang Ace, bunda nyariin," pinta Shanetta.

"Iya iya sayang."

"Alah sayang-sayang pala lo botak sebelah," ledek Dehaan membuat Ace disebrang sana tergelak.

Ace meredakan tawanya, "kalian gak perlu bilang gue ada dimana ke bunda. Secepatnya juga dia pasti tau, soalnya ini daerah Abuelo."

"Gak kaleng-kaleng emang si Abuelo itu, kerenn....!" ujar Yogas terkagum.

"Nyet, tapi dia yang bikin gue gak bisa balik ke Indo."

"Hah?" Yogas mengernyitkan keningnya.

"Gak papa, kalian bertiga jangan lupa tengokin cupang gue."

"HAHAHAHANJ cupang selalu number one kan?" Tanya Yogas.

"Salah, ke satu seblak, kedua cupang, ketiga Shanetta," ralat Dehaan.

"Kalah lo An sama cupang," ledek Yogas pada Shanetta. Gadis itu hanya mendengus malas sebagai tanggapan.

"Enggaklah! Kalo pacaran sama Shanetta, Shanetta nomer 1. Dia atas nomer satu ada bunda tapi."

"Ya yaudah ya, gue mau ngasih makan kucing dulu."

"Tapi lo oke kan?" Tanya Dehaan yang masih tersisa sedikit rasa khawatir.

"Oke kok, gue tutup ya."

"Iya."

Ttutt...

Panggilan pun terputus.

"Jadi kita gak perlu ngasih tau bunda?" Tanya Shanetta pada kedua laki-laki itu.

"Gak perlu, kakek neneknya kan tinggal di Barcelona. Mereka pasti punya koneksi buat nyariin cucunya," ucap Dehaan.

"Eh btw, gue laper, mau makan dong!" Pinta Yogas sambil mengusap-usap perutnya.

"Sama gue juga, spaghetti ada gak An?" Tanya Dehaan.

"Emang ya kalian bertiga gak ada bedanya! Sama-sama gak tau diri."

Yogas dan Dehaan terkekeh menanggapi ucapan Shanetta. Tapi pada akhirnya, Shanetta tetap membawa kedua laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya untuk makan.

0o0

"Abuelo bilang, Ace ada di Barcelona." Shatya dan Jessie memasuki kamar ibunya, ia lalu menunjukkan foto Ace yang diambil dari jauh oleh seseorang. Elikka memandangi foto tersebut, Ace yang sedang berjongkok sembari mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia tersenyum tulus pada kucing itu.

Info dengan secepat kilat sampai di tangan Elikka. Tapi lebih tepatnya, itu semua karena mertuanya. Niguel yang berkuasa.

"Katanya biarin aja, biar Ace nyari ketenangan dulu," sambungnya.

Elikka menarik napas panjang, "ini anak emang paling bisa buat bundanya panik."

"Yang penting sekarang udah tau keadaan Ace gimana," ujar Jessie sambil mengusap pundak Elikka yang terduduk di sisi ranjang.

"Iya bener, yang penting Ace baik-baik aja."

"Keadaan Daddy sekarang udah jauh lebih baik ya mom?" Shatya mengalihkan pembicaraan. Itu cukup menenangkan hatinya, karena semakin hari ayahnya semakin membaik.

Wanita itu mengangguk. "Iya, doain daddy semoga sembuh secepetnya."

Ponsel Elikka yang berdering menjadi pusat perhatian. Ketika melihat nama yang tertera di ponselnya Elikka segera mengangkat panggilan telepon itu.

"Halo? What happened?"

"..."

"Okay wait for me, I'll be there in a moment." Setelah mengatakan itu, Elikka segera menutup teleponnya. Dengan cepat ia bangkit dan berjalan ke arah lemari.

"Kenapa mom?" Tanya Shatya bingung karena mamanya terlihat terburu-buru.

"Daddy," sahut Elikka sambil mengambil asal bajunya.

"Kenapa?" Shatya ikut panik.

"Ayo kita pergi ke rumah sakit," Ajak Elikka pada anak dan menantunya.

0o0

Yang ditunggu-tunggu akhirnya membuka mata.

Joe sadar dari komanya setelah penantian Elikka berbulan-bulan. Selama perjalanan ke rumah sakit, Elikka tidak henti-hentinya menangis. Di satu sisi dia bahagia suaminya sadar dari komanya, tapi di satu sisi ia sedih karena Ace belum ada disampingnya.

Setelah berjam-jam menemani suaminya yang sudah sadar di rumah sakit, Elikka akhirnya pergi ke Barcelona untuk menjemput anak bungsunya.

Ace tentu harus tau kabar ini, karena kabar ini yang dinanti oleh semua keluarganya.

0o0

Dia duduk di kursi jalanan bersama kucing yang ditemuinya tadi pagi. Kucingnya duduk di pangkuannya sambil mendengarkan ocehannya.

"Menurut lu lur, sekarang kita mendingan tidur di hotel atau ngampar di pinggir jalan?" Ace meminta pendapat kucing itu sambil mengusap-usap punggungnya.

"Disini gratis, tapi kedinginan. Di hotel anget, tapi mahal. Mendingan dimana ya?"

"Bingung euy," Ace menghela napasnya. "Eh sebenernya lo ngerti bahasa gue gak sih?" Ace mengerutkan kening bingung.

"Lo biasa makan berapa kali cing? Kalo gue sih sekali cukup, tapi kalo tiga kali alhamdulilah juga. Sebagai bangsa kucing, lo punya makanan favorit juga gak sih?"

"Lo pernah ngerasain sambel ulek gak sih? Enak banget tau, apalagi pake ikan asin. Lo doyan ikan asin gak? Biasanya sih kucing gak suka ikan asin." Ace bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya.

"Menurut lo—" ia menghentikan ucapannya ketika sebuah mobil berhenti didepannya. Sang pemilik mobil keluar lalu menghampiri Ace. Itu mama dan abangnya.

Dengan air mata bercucuran, Elikka berjalan menghampiri anaknya lalu memeluk anaknya itu dengan erat. Ace mematung sejenak, sampai akhirnya menyadari bahwa yang memeluk ini adalah ibunya.

Masih dengan mata yang basah, Elikka menciumi wajah anaknya. Kemudian memeluknya lagi dengan tangisan.

Melihat ibunya menangis, hatinya agak tercubit.

"Ace," panggil Elikka. "Ayah udah bangun Ace," sambungnya.

Ngebug dulu sampe akhirnya Ace mengerti ucapan ibunya. Matanya berkaca-kaca, dengan raut wajahnya yang sangat terkejut.

"Mum, beneran kan?" Ace bertanya untuk memastikan kebenarannya. Air matanya tidak terasa ikut jatuh membasahi pipinya.

"Beneran sayang."

Anak laki-laki itu langsung membalas pelukan ibunya tak kalah erat. "Mumma, ayo pulang."

Elikka mencium puncak kepala anaknya sekali lagi, "ayo sayang, kita pulang. Ayah udah nunggu."

0o0


Kaki Ace rasanya sangat lemas, tubuhnya rasanya sudah tidak punya tulang. Bahagianya malam ini tidak terkira. Setelah penantiannya selama berbulan-bulan akhirnya sang pahlawan terbangun dari tidur panjangnya.

"Bapakeee, kangennn," Ace membuka pintu ruang rawat Joe dengan pipi yang basah. Dia merentangkan tangannya sambil seseggukan.

"Jangan berisik, Ace," tegur Allisya.

"Aduh bapakkk." Ace berjingkrak-jingkrak. Bahagianya bukan kepalang melihat ayahnya yang sudah membuka mata dengan senyum manisnya, walaupun wajahnya masih terlihat pucat.  "Poy, tau ini siapa?" Tanya Ace sambil menunjuk dirinya.

Joe mengangguk pelan.

"Siapa namanya?"

"Acer," jawab Joe masih dengan suara parau.

"Namamu siapa? Papoy lahir tanggal berapa? Umur berapa tahun? Pekerjaan apa? Anak ada berapa? Anak pertama namanya siapa? Punya istri cantik namanya siapa?" Ace memberikan pertanyaan bertubi-tubi.

"Apaansih Ace, ayah baru aja sadar udah ditanya-tanya!" Sahut Allisya.

"Memastikan kak, si Papoy takut amnesia."

"Daddy masih inget semuanya," sahut Joe.

"Coba jawab, sungai terpanjang di dunia apa? Jika 𝑥6 − 3𝑥4 − 𝑥2 + 2𝑥 + 4 = (𝑥 + 1)𝑄(𝑥) + 𝑘 maka nilai—"

"Lo gila ya! Orang baru sadar lo kasih pertanyaan matematika???" Tanya Allisya sambil menggelengkan kepalanya.






To be continued...




.
.
.





okeii lusa beneran update kaaannnnn

Ada yang kangen bapak Joe gak??? Akhirnya ya.

Yaudah buat next nya 500 komen kalo mau update besok yaa!!

See u besok kalo misalnya komennya sampe 500 <3

Continue Reading

You'll Also Like

485K 24.6K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
378K 37.9K 18
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.1M 287K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
197K 11.9K 30
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...