The Fate of Us | Jaerosè

By jaeandje

256K 22.5K 3.9K

Bagaimana jadinya apabila seorang Ketua Dewan Rumah Sakit secara tiba-tiba 'melamar' salah satu dokter reside... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

PROLOGUE

21.8K 1.3K 92
By jaeandje


Jakarta Hadvent Medical Center, rumah sakit besar ini termasuk salah satu yang terbaik di Indonesia. Tak hanya karena sponsorshipnya yang merupakan perusahaan besar dan juga terkenal, atau fasilitas yang cukup unggul serta lengkap dibanding rumah sakit lain. Juga para dokter, suster dan staff lainnya yang selalu mementingkan pasien apapun situasinya misal, pasien tersebut tidak memiliki cukup biaya untuk tagihan rumah sakit maka dokter dan suster akan membantu tanpa perlu menagih biaya.

Hal itu yang menjadikan rumah sakit ini dipandang sangat baik oleh masyarakat.

BRAK!

"Pasien kecelakaan!!" teriak salah satu dari dua paramedis yang sedang mendorong tandu pasien dengan tergesa-gesa.

Membuat dua dokter jaga dari semua yang ada yaitu, 4 dokter magang, 2 dokter residen serta 1 spesialis IGD, berlari menghampiri paramedis yang membawa pasien gawat darurat yang datang untuk langsung mendapatkan penanganan.

"Kecelakaan?"

Pasangan paramedis itu mengangguk. "Sebuah truk dengan pengemudi mabuk menabrak mobil, dan dia pengendara mobilnya"

"Ada identitas?"

"Dipta Pratama, usia 32 tahun. Dia karyawan salah satu restoran di area Kemang" jawab salah satu paramedis.

"Di TKP, pasien sempet mengeluh nyeri di area dadanya."

"Ada kemungkinan cedera dada--" ujar sang dokter seraya menekan-nekan area dada pasien.

"Pak Dipta, bisa dengar saya tidak?" sudah menjadi prosedur dasar bagi staff medis untuk memeriksa apakah pasien dalam keadaan sadar atau tidak.

"Pak Dipta?"

Dokter residen wanita memeriksa mulai dari mata menggunakan senter khusus kemudian turun ke area tenggorokan untuk memastikan apakah terjadi pembengkakkan atau tidak lalu dokter ini memasang stetoskopnya untuk memeriksa area dalam tubuh, lebih tepatnya degup jantung dan kelancaran proses pernafasan pasien.

"Denyut jantungnya agak lemah," gumam dokter ini seraya memejamkan mata untuk kembali memeriksa sekali lagi agar tidak ada kesalahan. "Berapa tekanan darahnya?"

"Di perjalanan tadi 79/58, tapi sekarang naik drastis menjadi 143/92"

Dokter residen wanita ini mengernyit heran lalu bergumam, "Tinggi banget--"

"Kadar oksigen?"

"Masih stabil"

"La, Rasel udah dateng belom?" tanyanya ketika menyadari sesuatu yang terjadi pada area jantung sehingga ia membutuhkan dokter khusus di bidang Kardiotoraks atau Bedah Jantung.

Dokter residen satunya lagi yang setia menemani dari tadi menganggukan kepalanya sebagai jawaban. 
"Udah kok, Jis"

"Oke. Panggil dia sekarang!" titahnya memasukkan stetoskop ke dalam saku jas dokternya. "Bawa pasien ini ke ruang Trauma 1!"

"Saya butuh dokter magang siapa aja, cepat!" teriak Dokter Residen tahun kedua bidang penanganan darurat bernama, Jisya Amefta Haranarati.

Selagi para perawat serta paramedis memindahkan pasien ke ranjang pasien, Jisya mengambil cairan penyanitasi tangan lalu memakai sarung tangan medis yang diberi salah satu perawat.

"Dok, tekanannya terus meningkat" ujar salah satu perawat.

Jisya menghampiri pasien, ini bukanlah bidangnya oleh karena itu Jisya tidak berani memberi intruksi kepada yang lain agar tidak memperburuk kondisi pasien. Namun ia tetap berusaha mencari cara agar pasien stabil. "Kita coba kasih Nicardipine" titahnya.

*Nicardipine adalah obat yang fungsinya untuk menurunkan tekanan darah.

Salah satu perawat yang bertugas untuk mengatur anestesi langsung melakukan apa yang Jisya titah. "Tekanannya turun, tapi belum stabil, Dok"

"Jis, kalo gini terus bisa-bisa paru-parunya ngga akan ada oksigen yang masuk" ujar dokter residen tahun kedua satunya lagi dengan bidang yang sama bernama, Lola Agaisha.

"Gue tau." tungkas Jisya. "Rasel dimana?"

"Disini."

Sontak Jisya, Lola serta yang lainnya menoleh ke belakang dan melihat dokter residen tahun kedua bidang kardiotoraks sedang memasang sarung tangan medis. Tak lama dokter itu pun melangkah menghampiri ranjang pasien, "Kondisi sekarang?"

"Dipta Pratama, usia 32 tahun, korban kecelakaan mobil yang ditabrak truk. Kemungkinan besarnya dada dia nabrak area stir mobil, soalnya dia sempet ngeluh sakit. Tekanan darah awalnya 79/58 tapi naik drastis jadi 143/92, kadar oksigen masih normal. Gue udah kasih Nicardipine tapi masih tekanannya masih diatas angka normal" jelas Jisya tanpa jeda.

"Kornea matanya masih ngerespon jadi gue pikir kemungkinan cedera otaknya kecil" lanjutnya.

"Tapi tetep aja buat jaga-jaga, daftarin dia buat CT scan" ucap Dokter Residen yang baru datang.

"Oke." jawab Jisya mengangguk paham.

*CT Scan atau pemindaian crania, adalah teknologi terkini sinar-X yang berfungsi untuk mengambil gambar santir dari kepala.

Dokter residen bidang jantung melihat secara seksama area tubuh pasien yang sudah terekspos karena perawat menggunting pakaiannya agar para dokter bisa memberikan penanganan dengan cepat.

Satu-satunya Dokter Residen tahun kedua bidang Kardiotoraks atau istilah umumnya adalah bedah jantung bernama, Raselia Emmera Abiyaksa.

Mata maniknya melihat memar yang cukup besar di bagian dadanya, otak pintarnya tidak perlu memakan waktu yang lama untuk memilih penanganan lebih lanjut. "Tolong ambilin USG"

*USG bukan cuma untuk cek kandungan ya.

"Oh iya, panggilin Dokter Kanara sekarang juga" ucap Rasel yang diangguki perawat yang lain.

Seolah profesional dan berpengalaman salah satu perawat ternyata sudah menyiapkan sebelum dokter memberikan perintah. Maka dari itu, alat yang Rasel pinta tidak membutuhkan waktu lama.

Rasel segera memeriksa dengan alat tersebut tepat di bagian dada yang memar, sedikit memakan waktu yang lama karena ia ingin memberi diagnosis secara pasti dan tidak ada kesalahan.

"God, ada gumpalan besar" gumamnya.

"La, lo liat ini?" Rasel menunjuk ke arah layar USG pada bagian yang paling hitam. Lola dan Jisya menyipitkan matanya sesuai arah tunjuk Rasel.

"Shit man. Itu besar banget, Sel" ujar Lola sedikit terkejut.

"Kadar oksigen menurun, Dok" celetuk perawat yang sedari tadi memperhatikan monitor pasien.

"Darah yang terkumpul di jantung terlalu banyak jadinya ngga ada oksigen yang masuk ke paru-paru." jelas Rasel yang berkewajiban memberi ilmu kepada para dokter magang.

"Intubasi, Jis" titah Rasel seraya menjauhkan diri dari ranjang pasien dan menyilahkan yang lain untuk melakukan proses yang untuk memberikan bantuan bernafas oleh alat khusus.

"Lo, anak magang!" Jisya menunjuk dokter magang yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. "Lakuin Intubasi sekarang"

Jisya merupakan tipikal senior yang galak namun tegas. Meskipun begitu niat Jisya itu baik, sebagai Residen ia harus memberi banyak bimbingan serta pelajaran kepada para pemagang. Kegalakannya ini lebih untuk melatih mental karena menjadi seorang dokter adalah hal yang sulit.

Tidak boleh melakukan kesalahan sedikit pun karena yang menjadi taruhannya adalah nyawa seseorang.

Walau kadang pemagang tidak menyukai sosok Jisya, tetapi mereka menghormati dia sebagai dokter yang kompeten serta bertanggung jawab.

Dokter magang yang ditunjuk barusan pun segera menjalankan perintah Jisya, sudah mengerjakan proses ini sering kali sehingga tidak perlu merasa gugup saat ia melakukan proses tersebut.

"Kenapa?" Rasel, Jisya, Lola dan yang lainnya memalingkan wajahnya dan melihat kehadiran Dokter Spesialis Bedah Kardiotoraks, Kanara Faye Kanagara.

Kanara menghampiri pasien dan melakukan semua prosedur dasar lalu bertanya, "Pasien ini kenapa?"

Rasel menarik napas lalu hembuskan perlahan. Cukup melelahkan bagi mereka yang harus mengulang penjelasan kondisi pasien berkali-kali kepada para atasan. "Kecelakaan mobil, ada memar di bagian dadanya jadi saya periksa pake USG dan melihat ini" Rasel menunjukkan layar monitor USG.

"Kadar oksigen sempet turun dan saya memilih untuk melakukan intubasi. Untungnya pasien sudah cukup stabil sekarang," lanjutnya.

Kanara mengangguk paham kemudian ia menatap empat dokter yang berdiri di hadapannya. Matanya terjatuh pada seseorang. "Diagnosis kamu apa, Sel?"

"Temponade jantung" ucapnya yang menjadi final diagnosa sebagai dokter kardiotoraks.

Kanara tersenyum kecil, "Good job, adik ipar"

Lola, Jisya dan staff yang lain sontak membulatkan matanya saat mendengar dua kata yang sakral di telinga mereka. Khususnya bagi Jisya dan Lola. Sebagai teman seperjuangan, mereka berdua melirik  ke arah Rasel yang sedang menggigit bibir bawahnya

Adik ipar?

"Jangan lupa pindai X-ray, kalau ada masalah lain kabarin saya dan panggil dokter yang bersangkutan. Hasil X-ray sama CT Scan langsung kirim ke saya"

"Karena kondisi sudah cukup stabil, tolong jadwalkan operasi nanti siang. Dan kamu, Rasel, jadi asisten saya." titah Kanara sambil melepaskan sarung tangan medis kemudian melangkah keluar dari ruang Trauma 1.

Rasel mengangguk dan ia memejamkan matanya, membuang sarung tangan yang sebelumnya dipakai lalu berjalan keluar untuk menghindari gunjingan orang dan serangan pertanyaan dari kedua temannya.

Jisya dan Lola secara kompak mengapit Rasel dari kedua sisinya. "Adik ipar? Maksudnya apaan?"

"Mana gua tau. Salah nyebut kali" ujar Rasel mencoba mengalihkan topik pembicaraan selagi ia mengetik sesuatu pada layar komputer.

"Salah nyebut gimana? Ngaco lo ah" Lola menoyor pelan pelipis temannya dan Rasel memberi delikan kesal.

"Kalo adik ipar berarti lo macarin adeknya mba Kanara dong?? Jehan atau Rajendra??" tanya Jisya penasaran.

Rasel risih oleh kelakukan dua temannya ini, "Apa sih siapa yang pacaran? Ngga ada ah" sangkalnya.

Tak mau diganggu, Rasel membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat ini namun sialnya ia malah bertemu dengan seorang petinggi yang akhir-akhir ini menghantui pikirannya hanya karena pertanyaan.

Jisya dan Lola segera membungkuk kecil sebagai rasa hormat terhadap orang tua dan atasan saat melihat kedatangan seorang wanita berpenampilan mewah dan elegan, serta sosok yang dihormati banyak orang karena kedermawaannya dan juga kebaikkannya sebagai Ketua Dewan.

"Selamat pagi, Bu" sapa Lola dan Jisya bersamaan.

Wanita penting yakni Ketua Dewan bernama Tania Morelanisse Kanagara itu memberikan senyuman lebarnya dan membalas, "Selamat pagi juga"

Namun ada satu pertanyaan yang muncul di benak Jisya, Lola dan semua staff yang disekitar.

Ada urusan apa orang sepenting beliau datang ke IGD seperti ini?

Seolah paham kebingung para staffnya, Tania terkekeh. "Saya kesini cuma pengen nyapa aja kok"

"Tapi tujuan utama saya sebenarnya itu Dokter Raselia" kata Tania yang menjadi tambahan, tentunya ini menjadi kejutan bagi semua orang.

Tania tersenyum manis melihat wanita yang berdiri di hadapannya, ia maju satu langkah untuk mempertipis jaraknya antara Rasel.

Hal ini membuat yang lain berdecak penasaran apa yang terjadi sehingga Ketua Dewan ingin menemui seorang dokter residen? Terutama Jisya dan Lola. Mereka berdua menatap satu sama lain, berharap ada jawaban atas kejadian saat ini yang menimbulkan kebingungan.

"H-halo, Bu" sapa Rasel terbata-bata dan membungkukkan dirinya.

"Halo, Raselia. Jadi apa jawaban untuk pertanyaan saya seminggu yang lalu?" Tania menopang dagunya dan setia menatap Rasel.

Rasel mencengkram jas dokternya, menggigit bibir bawahnya karena gugup, sedikit menunduk sejenak untuk menghela napas lalu kembali menatap wanita di depannya. "A-anu.."

"Terima aja lah, Sel. Gue kakaknya, nerima lo seratus persen jadi adik ipar gue" celetuk Kanara tiba-tiba datang dari belakang Tania.

Semua orang semakin dibuat melongo atas percakapan ini. Mereka malah bingung dan heran, tapi lebih tepatnya bertanya-tanya apa maksud dari yang mereka dengar.

Pertanyaan minggu lalu?

Terima?

Adik ipar?

Sudah banyak yang saling membisik untuk bertanya situasi apa yang sedang terjadi sekarang dan hal ini membuat Tania terkekeh. "Saya tanya sekali lagi, Sel"

"Mau jadi menantu saya ngga?"

Jisya dan Lola langsung membelalakkan matanya selepas Tania melontarkan pertanyaan yang tidak pernah diduga. Karena IGD masih sepi, akibatnya bisikkan dan kehebohan orang sekitar terdengar sangat jelas ditelinga Rasel, Kanara dan Tania.

Menantu?!

Rasel menahan napas dan mengutuk dirinya sendiri dalam hati, ia menutup wajahnya dengan rambut yang sengaja ia gerai sedangkan tangan kirinya mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Emm.."

"Saya perlu jawaban kamu sekarang, Sel. Kalo kamu ngga keberatan--" ucap Tania.

Keberatan banget anjeeeng, batinnya.

Diberi waktu seminggu untuk berpikir merupakan waktu yang cukup bagi Rosel, buktinya ia sudah memiliki jawaban untuk pertanyaan sakral itu. Namun, ia tidak menyangka akan memberikan jawaban tersebut di depan banyak orang.

"Maaf, Bu. Kalau saya boleh tanya, kenapa ibu membutuhkan jawaban saya sekarang juga?"

Tania tersenyum, matanya mengedarkan untuk melihat keadaan sekitar. "Simpel. Saya cuma ingin seluruh rumah sakit tau kalo kamu akan menjadi calon istri anak saya, Jehan."

"Sahabat lo mau dikawinin sama Bu Tania, Jis" bisik Lola masih tidak menyangka.

"Dia sahabat lo juga, bego" sentak Jisya. "Dan bukan dikawinin tapi dinikahin!" ralatnya.

"Jehan??!!!" pekik Jisya dan Lola bersama, mereka terlalu terkejut oleh apa yang mereka dengar. "Jehan, Direktur KNG's GROUP??"

"Atas dasat apa Bu Tania nikahin Rasel sama anaknya?"

"Atau jangan-jangan, si Rasel udah bunting duluan?" Lola menutup mulutnya tidak percaya oleg apa yang ia katakan sendirinya.

"Masa sih?!!" Jisya menatap Lola, entah mengapa ia malah memercayai perkataan tidak berakhlak seperti itu. "Wah gila kalo bener!"

"Jadi apa jawaban kamu?" tanya Tania memerlukan kepastian.

"Jawabannya.." Rasel menggantungkan ucapannya, ia mengitari pandangannya untuk memeriksa sekitar. Tetapi masih sama, mereka setia memandangi.

"Mungkin s-saya mau, Bu"

Di sisi lain, dua pria kakak beradik sedang menyandarkan punggungnya pada dinding dekat pintu masuk IGD. Awalnya mereka berencana datang untuk langsung menuju ke ruangan Dewan-dewan karena ada sesuatu yang perlu diselesaikan.

Namun saat ia memasuki ruang gawat darurat, mereka mendapati satu dokter yang berlari seperti mengejar sesuatu. Pemandangan yang cukup menarik bagi keduanya yang tidak memahami dunia medis sehingga keduanya memilih untuk memperhatikan apa yang terjadi.

Sampai kejadian dimana sosok wanita yang sangat mereka berdua kenali datang dan menghampiri salah satu dokter yang ada disana.

"Itu cewek yang bakal jadi calon istri gue?" tanya salah satu dari kedua pria seraya menyilangkan dua tangannya di dada.

Pria satunya lagi yakni, adiknya, terdiam sejenak, menyipitkan matanya lalu ia mengangguk. "Yap!"

"Cakep kan? Enak banget lo dapet calon berlian kaya dia,"

"Lo bakal terima perjodohan ini ngga?"

"Gue ngga suka perjodohan, norak. Mana gue ngga kenal cewek itu sama sekali, kan weird dude. Tapi, gue ngga ada alasan buat nolak."

"Karna tu cewek cakep? Cih kakak gue bangsat juga"

"Bukan--"

Pria dengan penampilan rapih serta harum hingga menjadi aspek yang disukai banyak kaum hawa ini tidak pernah melepaskan tatapannya dari wanita yang katanya menjadi calon istrinya nanti.

Ia tersenyum kecil.

Satu hal yang tidak bisa ia sangkal.

Lebih dari sekedar cantik, wanita yang akan menjadi istrinya itu sangat mempesona.

"Feeling gue bilang, dia cewek yang bakal bikin gue menemukan definisi 'rumah' yang sesungguhnya."



***************

Banyaaakk buanget yang milih ini buat dirilis duluaan, and here we goo!!

INGAT YA, cerita ini semi-baku dan ga bakal banyak istilah medisnya karena gue pribadi bukan anak kedokteran jadi gue ga mau ambil risiko utk ngasih pengetahuan yang salah.

Kalo ada anak kedokteran yang baca ini, mohon maaf bangeettt klo misalnya ada satu bahasan atau istilah atau definisi yang ga sesuai, jujur gue cuma baca-baca dari mbah google doang🙏

untuk part selanjutnya akan dirilis setelah Aquarius benar-benar tamat (2 part lg kiw)

Terima kasih atas antusiasnya, bestie aquuu🙆🏻‍♀😙❤

serius gue makasiih banget buat kalian semua.

ini baru prolog ya gais, hope you like it!😉

komeeen yg banyaak doonngg bisa kalii hihiii😆😆😆

Continue Reading

You'll Also Like

102K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
59.7K 6.2K 21
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
297K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
430K 34.5K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuhđź’«"