✨Happy reading✨
.
.
.
.
.
.
.
Angin semilir menyejukkan suasana dengan jingga mendominasi langit. Namun keramaian Taman Kota tak kunjung hilang, justru semakin ramai.
Agatha sangat senang, akhirnya hal yang ia inginkan terwujud. Ia sudah lama ingin pergi dengan sang Papa. Kini ia sedang berada di Kedai Es Krim di seberang Taman.
"Pa, mau pesen yang mana?" Tanya Agatha yang tengah memegang buku menu.
"Papa mau rasa chocomint."
"Oke, Agatha pesan ya," Agatha pun memanggil sang pelayan dan menyebutkan pesanannya.
Setelah itu pesanan mereka pun datang lalu mereka pun memakan Es krim mereka diselingi dengan tawa dan canda.
Regan dapat melihat kebahagiaan Agatha dan ia pun merasakan hal itu. Sebelumnya ia tidak pernah sebahagia ini, karena kehidupannya yang dipenuhi oleh belajar, berbisnis dan pekerjaan. Ia benar-benar beruntung memiliki putri seperti malaikat di hidupnya.
Kini ia dapat menyimpulkan bahwa bahagia tidak dapat dibeli dengan uang ataupun barang. Bahagia dapat muncul meskipun dengan hal yang sangat sederhana.
.
Langit sudah menunjukkan bintangnya, yang artinya hari sudah malam. Agatha dan Regan pun memutuskan untuk pulang.
Setelah sampai di kosan, Regan pun turut masuk ke dalam.
Caca yang melihat orang asing bersama Agatha pun memanggil Mama nya, dan bang Rino.
"Kenapa sih Ca?" Rino yang baru saja pulang dari Sekolahnya terkejut karena lengannya di tarik kasar oleh adiknya.
"Kak Agatha, tadi Caca liat ada om-om tapi om-om nya keliatan berumur tapi masih ganteng bang masuk ke kamar Kak Agatha."
"Heh selera lo om-om ya?! Wait... tadi lo bilang apa? Masuk ke kamar Agatha?! Awas-awas, gue mau ke sana!" Rino bergegas pergi ke kamar Agatha, tak lupa ia mendorong Caca yang menghalangi jalannya.
"Ihh apaan sih dorong-dorong Caca! Orang bucin gini nih, TBL TBL, Takut banget lochh ..." pekik Caca "gak usah lebay kamu Ca!" Celetuk bu Nada. Caca hanya cemberut mendengar ejekan yang terlontar dari Mamanya, lalu ia pun menyusul pergi ke kamar Agatha, di susul Bu Nada yang baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah.
"Agatha?" Panggil Rino setelah sampai di kamar Agatha dengan pintu yang setengah terbuka.
Agatha menoleh, "Rino?" Ia menghampiri Rino, "oh, iya gue lupa ngenalin Papa gue ke lo sama bu Nada."
"Papa? Itu Papa lo?"
Penasaran dengan laki-laki di balik pintu, Regan pun menghampiri Agatha. "Ada apa?"
"Pa kenalin ini Rino anak ibu yang punya kos, Rino kenalin ini Papa gue."
Regan dan Rino bersalaman "Rino om."
"Regan," Balas Regan.
Tak lama Caca dan bu Nada datang, mereka pun saling memperkenalkan diri, tak lama mereka berbincang-bincang di kamar Agatha. Rino dan Agatha memutuskan keluar dari Kamar.
"Sorry."
Agatha menoleh "for what?"
"Gue marah sama lo, karena lo bawa pacar lo, padahal gue bukan siapa-siapa lo."
Agatha merasa malu mengingat kejadian kemarin, "gue yang minta maaf, karena udah bawa cowok ke kamar gue. Lo gak salah. Udah lupain aja yang kemaren."
"Emang lo yang salah sih," balas Rino, membuat Agatha berdecih."Lo yang salah, bikin hati gue kretek-kretek," lanjutnya dalam hati
"Gue masuk ya No," Rino hanya mengangguk, sedangkan Agatha langsung masuk ke kamarnya bergabung dengan Papa, Caca, dan bu Nada.
"Oh iya lupa gak di suguhin minum. Ca ambillin min---"
"Gak apa-apa bu gak usah," ucap Regan menolak. Ia melihat arloji nya, "Oh iya Agatha, Papa ke Kantor ya? Papa masih ada klien yang harus Papa temui, kamu gak apa-apa sendiri?"
"Udah biasa pa," jawab Agatha, mereka pun berjalan keluar dari kosan menuju gerbang tempat terparkirnya mobil Regan.
"Yasudah kalo gitu Papa pamit ya. Bu, saya pamit ya, saya titip Agatha juga. Maaf kalo merepotkan."
"Nggak kok gak repot, justru Agatha seneng disini ada Caca sama Rino yang temenin," Balas Bu Nada ramah.
"Mama kayak yang gak tau aja, kak Agatha itu cuek. Caca kalo maen ke kamarnya, berasa sendiri. Padahal Caca udah banyak cerita, tapi jawabannya cuma ham heemm doang, huhuhu sedih," cerocos Caca membuat mereka bertiga terkekeh, terkecuali Agatha yang memang tidak peduli dengan ocehan Caca.
"Segitu udah didengerin Bocil," seru Rino emosi.
"Apaansih bang," Caca memutar bola matanya malas.
"Ohh gitu, yaudah Maafin anak om ya?"
"Iya om selow aja, kak Agatha mah baik, hehe."
"Yasudah saya pamit, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Regan pun pergi dengan mobil nya menuju Kantor.
"Yaudah Mama mau maskeran malam dulu, kalian kalo mau maen sama Agatha sok weh tah."
"Oke ma!"
"Oh iya Kak Agatha, om Regan kok masih ganteng sih? Kayak daddy sugar gitu padahal kan umurnya udah kepala empat ya kan?"
"Alah sok tau lo Inem, kayak yang ngerti aja dedi suger apaan," balas Rino menoyor kepala Caca.
Caca memegang kepalanya sembari menatap tajam Rino, "Ihh orang Caca tau!"
"Udah ya saya mau tidur," ucap Agatha, lalu pergi begitu saja.
"Lah... yahh bang gajadi maen."
Rino menatap adiknya malas, "Yaudah sih lagian gue nya juga capek, bye ..."
"Ihh woy tungguin!"
...
Seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang paling di takuti oleh para siswa yaitu Ujian akhir semester.
Agatha berjalan di koridor Sekolah, ia mendapati pemandangan yang langka, dimana para siswa belajar di luar kelas atau di dalam kelas dengan ambisius dan semangat . Oh tidak, bukan semangat melainkan kepepet.
Ia masuk ke dalam kelas yang sedang ramai. "Tha, jangan tiba-tiba conge an ya kalo gue panggil! Soalnya gue takut ngeblank sama pelajaran yang lo ajarin ke gue," Ucap Verra.
"Usaha Verr," balas Agatha.
Agatha duduk dan melanjutkan membaca bukunya.
Lima belas menit bel sudah berbunyi, ujian pun di mulai dengan guru pengawas mengawasi setiap meja.
Ada saat dimana guru pengawas sedang keluar kelas sejenak.
"Woy, no satu, dua, lima apaan woy, cepet. Gue kaga ngapalin fisika," pekik Azep pada seisi kelas.
Verra yang kesulitan menjawab soal pun melempar kertas ke arah Agatha yang berada di meja depan.
Agatha menoleh, "Tha, nomor lima apaan? Ini gak ada di soal yang lo kasih Tha," ucap Verra.
"Usaha Ver..." balas Agatha datar.
"Ishh... lo mah, ay----" kalimat Verra terpotong dengan masuk nya guru pengawas. "Yaudahlah, pede aja sama jawaban sendiri."
Agatha yang telah selesai pun mengumpulkan lembar ujian, membuat seisi kelas ternganga.
"What, fisika loh ini, bukan bahasa! Kok cepet sih?" Ucap Salah satu siswi.
"Sudah, biarkan temen kalian ini cepet selesai. Kita gak tau kan dia jawab nya benar atau asal-asal an," ucap Guru pengawas.
Agatha pun keluar dari kelas.
"Tha!" Arka melambaikan tangannya lalu menghampiri Agatha.
"Ihh Arka, kok gue di tinggalin sih," ucap Sarah.
"Lo udah selesai?" Tanya Arka yang dibalas anggukan.
Sarah menghampiri keduanya, "Cepet juga lo selesainya, abis nyontek ke google? Cih, atau nggak paling ngisi nya asal-asalan. Lagian orang budeg tuli----"
"Cukup Sarah! Enough! Lama-lama lo makin seenaknya ya disini. Kita buktiin aja, siapa yang berada di peringkat atas nantinya! Bisa itu lo, gue, atau bisa juga Agatha!" balas Arka dingin.
Sarah memutar bola matanya malas, "argh... you both are so annoying!" Sarah menghentakkan kaki nya lalu pergi ke Kantin.
.
"Masih sepi di sini," ucap Agatha tiba-tiba.
"Ah, i-iya," balas Arka. "Lo udah belajar Matematika?" tanya Arka.
"Udah di luar kepala," jawab Agatha.
"Wah... bagus kalo begitu---"
"Arka!" Panggil Wildan dan Reza.
"Oy, lo berdua udah beres?"
"Udah dong----"
"Kok barengan, lo berdua kerjasama ya?" Potong Arka.
Reza dan Wildan saling pandang tak lama mereka berdua tertawa, "Haha... Arka-Arka, emang lo doang yang pinter?! Kita berdua juga sama lah, ya... walaupun masih pinteran lo. Tapi otak kita gak sebodoh yang lo kira," jawab Reza sembari bertos ria dengan Wildan
"Iya-iya serah lo berdua!"
Reza menatap Agatha yang tengah memegang buku novelnya, "di kira gue, lo lagi belajar MTK buat ujian kedua, ternyata novel!"
"Lo udah belajar Tha?" Tanya Wildan.
"Udah di luar kepala katanya," Arka menjawab dengan malas.
"Dih sok tau lo Ar!" celetuk Wildan.
"Dih gue tau dari orang nya kok! Ya gak Tha?" Agatha hanya mengangguk. "Tuh anaknya ngangguk."
"Yaudah lah sekarang mending ngantin. Mumpung lagi sepi juga," ajak Reza.
Arka mengajak Agatha untuk ikut, namun Agatha menolaknya. Lalu Arka dan kedua sahabatnya pun pergi ke kantin.
...
Seorang wanita berlari di sepanjang koridor menuju ruang kepala sekolah.
Wanita itu mengetuk pintu, setelah itu ia masuk ke dalam ruangan itu dengan panik.
"Permisi pak, aduh maaf mengganggu. Tapi ini Gawat banget pak!" Seru bu Aisyah selaku Staf yang mengamankan berkas-berkas.
"Iya, coba ibu tenang... setelah itu ibu cerita apa yang terjadi," balas Raffa selaku Kepala Sekolah.
"Flashdisk berisi soal-soal dan jawaban ujian hilang pak!" Ucap bu Aisyah setelah menenangkan diri.
"APA?! bagaimana bisa itu terjadi bu?!" Pekik Raffa.
"Saya tidak tau pak, saat kami periksa sudah tidak ada, padahal sebelumnya sebelum ujian dimulai, flashdisk itu ada. Kami juga sudah mengamankan ruangan."
"Baiklah, sekarang kita periksa semua ruangan dan kelas, periksa juga tas semua siswa dan guru tanpa terkecuali. Bisa Gawat ini!"
"Baik pak," mereka berdua pun pergi, untuk mencari flashdisk itu.
Seluruh guru SMA Angkasa pun turut melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah.
Para siswa heran, karena adanya pengumuman secara tiba-tiba.
"Perhatian! Seluruh siswa di wajibkan berkumpul di aula, sekarang!" Tegas Raffa yang berbicara lewat speaker Sekolah.
Para siswa bergegas pergi ke Aula besar. Banyak yang bertanya-tanya dengan apa yang terjadi sampai mereka harus menunda jam ujian.
Kepala Sekolah pun datang beserta para guru pengawas.
Raffa selaku Kepala Sekolah menaiki tribune,"Perhatian semua, kami pihak sekolah memberitahu kabar buruk pada kalian semua, bahwa flashdisk sekolah yang berisi soal-soal dan jawaban ujian telah hilang! Maka dari itu kami akan memeriksa seluruh ruangan sekolah, dan tas kalian untuk mencari benda tersebut. Mohon kerja sama nya! Dan biarkan para guru dan Staf sekolah untuk memeriksa tas kalian. Mohon para siswa tetap berdiam di sini," ucap nya dengan mic.
Para guru dan Staf sekolah pun keluar dari aula dan berpencar ke ruangan-ruangan.
Seketika Aula pun menjadi ramai. Banyak yang membicarakan siapakah yang mencuri benda itu, dan hukuman apa yang akan didapatkan.
"Gila... berani banget yang ngambil, tapi gak mungkin juga kalau yang ngambil itu anak kalangan bawah, ya mungkin sih kalo mereka tau gimana nembus keamanan sekolah yang ketatnya luar biasaa," ucap Verra pada Agatha.
"Emangnya lo kalangan atas Verr?" Ucap Chessie sinis.
"Menurut lo?!" Balas Verra sinis.
Chessie yang kesal dengan balasan Verra pun mendorong Verra hingga terjatuh. "Menurut gue? Lo itu kalangan bawah yang pantes buat jatuh!"
"Cih, lo lagi ngomongin diri Lo sendiri kan?!" balas Agatha datar.
Chessie dan kawannya terkejut dengan apa yang dilakukan Agatha, "maksud lo apa? Gue yang kalangan bawah?! Lo tau seberapa besar donasi yang Papa gue kasih untuk sekolah ini hah?!"
"Gue gak tau dan gue gak peduli, sekarang lo harus minta maaf ke temen gue."
"Cih minta maaf, lo kali yang minta maaf!"
Verra menatap Agatha, ia tidak menyangka Agatha akan membela nya.
Arka yang melihat adanya perdebatan, menghampiri mereka, "Ada apaan ini?"
"Bukan apa-apa Arka, yuk Tha mending kita pergi," ajak Verra.
"Verr, jangan keluar dari aula sebelum kepsek ngijinin," seru Arka yang dibalas anggukan.
Setelah 1 jam berlalu, tiba-tiba sang kepala sekolah berbicara lewat speaker Sekolah, "untuk Arka, dan Agatha Mouza. Saya mohon untuk datang ke ruangan saya. Untuk para siswa diperbolehkan untuk keluar dari aula, dan bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing karena ujian akan dilanjutkan besok hari. Terimakasih!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continued.
Hai para readers...
Gak berniat ngegantung, tapi percaya deh kadang ide datangnya sepotong²😭
Jangan lupa vote and comment!!!!