Only MINE! [Jaeyong] Slow Rev...

By MarchFriday

816K 91.1K 12.6K

''saya Jung Jaehyun, ayah Taeyong.... sekaligus calon suami Taeyong'' →BXB warn! →18+ →Konflik ringan Jadwal... More

PROLOG
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8 ⚠️
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26 ⚠️
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39 ⚠️
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45 ⚠️
Chapter 46 ⚠️
Chapter 47 ⚠️
Chapter 48 ⚠️
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 33

12.3K 1.5K 365
By MarchFriday

Terima kasih telah mampir membaca, semoga suka dengan cerita ini. Maaf jika ada typo, maklum saya manusia biasa, bisa salah ngehe. Mohon dukunganya dengan beri VOTE dan juga COMMENT....

Selamat Membaca^^

~~~

Sudah hampir setengah jam Yuta mentertawai atasannya, pria Jepang itu masih belum puas tertawa bahkan beberapa kali Jaehyun sempat melempar benda disekitarnya ke arah Yuta, tetapi targetnya tidak menghentikan gelak tawanya.

Jaehyun sudah mulai jengah dengan tawa menyebalkan sobatnya. Sejak tadi ia mengumpati dirinya karena reaksi berlebihannya terhadap Taeyong, apa yang membuatnya seperti itu? Itukan hanya sebuah foto. Dengan bodohnya ia menggunakan Yunho dan Jaejoong untuk meminta si pria manis itu mengirim foto dirinya. Niat memperbaiki harga diri seorang Jung Jaehyun ia malah membuat harga dirinya mencelos turun.

Seperti seorang pengecut.

Tak apa, toh hanya dirinya yang tahu.

"Akan ku penggal kepalamu jika kau tak berhenti sekarang juga Nakamoto Yuta" geram Jaehyun. Ia menatap Yuta gemas seakan-akan ingin melihat sebuah pertunjukan kepala lepas dan terpental diruangannya kesana-kemari. Sadis memang, salahkan pria Jepang itu yang sudah bertingkah menyebalkan dihadapannya.

"AHAHAUHUK. . . Uhuk ahh baiklah-baiklah aku akan berhenti" Yuta menghentikan tawanya lalu mengatur nafasnya untuk menenangkan dirinya dan menghilangkan rasa keram diperutnya karena tertawa berlebihan. Sungguh ia tidak pernah tertawa lepas seperti ini.

"Mati saja kau" umpat Jaehyun.

"Pffttt— eyy Jung Jaehyun sudah menemukan pujaan hatinya ternyata, eh?" goda Yuta. Ia sengaja mencolek telinga Jaehyun yang kembali berwarna merah karena Jaehyun termakan godaanya. Yuta hampir saja melepas tawanya lagi jika Jaehyun tidak mengangkat sepatu kearahnya. Ia tidak ingin wajahnya hancur karena sepatu mahal milik Jaehyun, apa kata Winwin — istri tercintanya nanti? Wajah suami tampannya terluka karena sepatu.

"Enyah kau dari hadapanku"

"Beruntung Taeyong bukan anak kandungmu" ia tidak menggubris ucapan Jaehyun yang mengusirnya. Yuta melipat kedua tangannya didada lalu memasang raut wajah tengah berpikir.

"Taeyong sangat muda untukmu, umurnya masih dibawah, tubuhnya kecil. Wah, lubangnya pasti sempit, sangat  bagus digunakan untuk memijat penis besarmu itu Jung" setelah mengucapkan itu, Yuta membulatkan matanya lalu melesat pergi dari ruangan Jaehyun dengan terburu-buru karena Jaehyun mengeluarkan sebuah revolver dari laci mejanya.

Semua karyawan tampak bingung melihat Yuta yang terlihat panik berlari keluar dari ruangan atasannya.

"SIALAN! KEMARI KAU NAKAMOTO YUTA!"

Jaehyun tak habis pikir dengan tingkah menyebalkan Yuta yang sedari dulu tak pernah berubah. Pemikiranya tak jauh-jauh dari sex, ia sudah sangat hafal isi pikiran Yuta. Tapi perkataan Yuta ada benarnya juga, ia pernah melihat lubang anal Taeyong saat ia membantu pria manis itu. Lubang sempit berwarna merah muda, ia membayangkan bagaimana lubang manis itu menjepit penis besarnya didalam.

Sial, pikiran nakal membuatnya menjadi seorang pedofil. Jaehyun sangat sulit mengontrol hormonya akhir-akhir ini. Kadang ia harus menuntaskannya disaat jam kerja, dan yah ia meminjam wajah Taeyong untuk membantu penis besarnya kembali tertidur. Itu bukan kemauannya!!Salahkan wajah Taeyong yang selalu muncul dipikirannya.

Jaehyun meletakan kembali revolver ke dalam laci mejanya. Revolver itu belum ia masukan peluru, sengaja ia perlihatkan agar Yuta takut dan lenyap dihadapannya. Jaehyun yakin Yuta pasti akan menceritakannya pada Johnny, jika itu terjadi Jaehyun akan melubangi dahi Yuta dengan senapan yang ia miliki.





Sam baru saja terbangun dari tidur siangnya, tangan mungilnya menggosok-gosok matanya yang masih terpejam. Si balita berpipi tembam itu terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawanya setelah bangun tidur.

Ia mengedarkan pandangannya lalu melihat sosok pria manis tengah tertidur pulas disebelahnya. Sam terkikik kecil agar tidak mengganggu 'hyung cantiknya' yang masih terlelap. Awalnya Sam berniat untuk membangunkannya, tetapi ia mengurung niatnya karena terpaku dengan wajah cantik orang dihadapannya.

Sam kembali berbaring dengan posisi tengkurap dan menghadap wajah Taeyong. Balita itu tersenyum, matanya menelisik pahatan indah itu lamat-lamat.

Perlu diingatkan bahwa Sam adalah seorang balita berusia 3 tahun, tetapi sikapnya saat ini sama sekali tidak menunjukan sifat diusianya. Siapapun cepat sadarkan balita satu ini.

'hyung na tantik, cepelti eomma ital hihihi' [hyungnya cantik, seperti eomma Krystal hihihi]

Tangan mungil Sam terulur mengusap pipi Taeyong membuat sang empu sedikit terganggu. Taeyong mengerutkan dahinya saat merasakan sentuhan diwajahnya, perlahan ia membuka matanya dan matanya menangkap wajah balita tengah tersenyum menatapnya.

Taeyong terkekeh, menggemaskan sekali. Tanganya menarik tubuh mungil Sam membawanya kedekapan hangat.

"Kenapa tidak membangunkan hyung?"

"Hyung talau bobo, tantik! Sam cuka!" [hyung kalau bobo cantik! Sam suka!] Pekik Sam senang. Sungguh balita ini lagaknya sudah menyerupai anak remaja sedang kasmaran.

Taeyong hanya menanggapinya dengan tawa, walau sebenarnya sudah banyak pertanyaan yang menyerbu isi kepala Taeyong. Bagaimana bisa anak berusia 3 tahun bertingkah seperti ini?! Taeyong selalu dibuat salah tingkah karena Sam, balita itu benar-benar membuat kepala Taeyong pening.

Kruyuukk~

Suara perut membuat keduanya terdiam sejenak, saling memandang.

Sam tersenyum lebar; Taeyong yang melihat itu langsung tertawa gemas, ia semakin mengeratkan dekapannya.

"Woahh. . . Sepertinya para pasukan didalam sana sudah mulai berperang! Ayo kita memasak!"

"Hihihi awyooo!!!"

Taeyong dengan semangat membawa Sam, menggendong balita itu menuju dapur.












Berakhirlah Sam dan Taeyong berada di bus.

AHAHAHAHA—!

Bahan didapur Jaehyun sudah mulai habis, hanya tersisa ramyeon. Tidak mungkin Taeyong memberi Sam makan-makanan seperti itu, tidak sehat untuknya. Krystal noona juga sudah berpesan pada Taeyong untuk tidak boleh sembarangan memilih makanan untuk Sam.

"Hyuung~ peyut Sam belbuni agi. Denalkan" [hyuung~ perut Sam berbunyi lagi. Dengarkan] Sam mendongak menatap Taeyong, tangan mungilnya bergerak menaikan sedikit bajunya memperlihatkan berut buncitnya yang lucu.

Taeyong mengusak rambut Sam gemas. Sesekali ia memeluk Sam yang tengah terduduk tenang dipangkuannya. Sungguh Taeyong sangat menyukai anak kecil, sangat menggemaskan menurutnya.

Taeyong memutar tubuh Sam, mengubah posisi duduk Sam menyamping. Ia menyentuh perut buncit Sam lalu mengusap lembut perut itu sangat lembut.

"Bertahanlah sebentar lagi perut mungil, hyung akan memasak makanan enak setelah ini! Okay?" Ucap Taeyong pada perut Sam. Sang empu yang melihat itu tertawa geli, Taeyong sangat menyenangkan!

Tanpa mereka sadari, sepasang mata sedari tadi merekam apa yang Taeyong dan Sam lakukan. Senyuman tipis terukir tat kala tawa mereka berdua terdengar.

"Hey nona, apakah ini anakmu?"

'A - apa katanya? Nona?'

Taeyong menoleh kesamping, seorang wanita paruh baya tengah menatapnya dengan tatapan yang tak bisa Taeyong artikan. Tatapannya sangat aneh, seperti tatapan 'meremehkan' mungkin. . .

"Ah dia—"

"Cih, anak muda jaman sekarang benar-benar. Tidak memiliki harga diri. . ."

Taeyong seketika terdiam mendengar ucapan wanita yang duduk disebelahnya. Sedangkan Sam hanya menatap keduanya bingung, tak mengerti apa yang wanita tua disamping itu katakan. Tetapi Sam yakin bahwa wanita tua itu mengatakan hal tak baik sehingga dapat merubah raut wajah Taeyong menjadi murung.

"Dimana suamimu? Pasti dia tidak mau bertanggung jawabkan? Hhh. . . Aku bersumpah tidak akan membiarkan anak ku seperti mu. Apa kau seorang jalang nak? Kau terlihat sangat muda, perjalananmu masih panjang!, pendidikanmu belum selesai. Apa kata orang tuamu hah? Ku yakin kedua orang tuamu sangat sedih juga sangat kecewa melihat anaknya seperti ini. Ck, mereka juga salah, tidak bisa mendidik anak dengan benar"

Ucapan wanita itu benar-benar membuat hati Taeyong bergetar, sesuatu meremas kuat hati Taeyong. Bibirnya mengatup rapat, ia tidak tahu harus membalasnya bagaimana. Tatapan 'tak enak' dari penumpang lain dapat Taeyong rasakan. Apa salahnya? Ia tidak terlalu mengerti dengan apa yang wanita itu katakan karena dirinya bukanlah orang yang wanita itu maksud, tetapi indra pendengarannya menangkap kata 'jalang' yang membuat hatinya memanas detik itu juga. Hey Taeyong bukan seorang jalang.

"Hey nyonya, apa kata anakmu jika mengetahui ibunya berkata tak sopan didepan umum dan mengatai jalang pada anak tak bersalah?" Sahut seseorang.

Taeyong menoleh dan mendapatkan seorang pria menggunakan hoody hitam menatap nyalang ke arah wanita yang duduk disebelah Taeyong. Wanita disamping Taeyong menatap tak suka ke arah pria yang menyahut tadi, tangannya mengepal kuat.

"Orang tua macam apa kau? Kau tidak bisa memberi contoh baik pada anak muda. Apakah kata-kata itu akan kau ajarkan pada anakmu nanti?"

"Cih, tahu apa kau tentang jalang kecil ini?!"

"Bagaimana denganmu nyonya? Apa yang kau tahu tentang anak manis itu? Siapa dirimu yang berani menyebut anak itu dengan sebutan jalang?"

Wanita itu menatap remeh ke arah si pria hoody hitam lalu melipat kedua tangannya didepan dada. Ia tidak mau kalah! Mau diletakan dimana wajahnya nanti, banyak orang tengah memperhatikan dirinya didalam bus.

"Kau sangat membela anak ini. Apa kau suami anak ini dan ayah dari balita ini? Cih memalukan"

Sungguh Taeyong merasa sangat tak nyaman, mereka menjadi bahan tontonan para penumpang lain. Taeyong ingin bersuara, tetapi lagi-lagi ucapannya terpotong.

"Aku suaminya atau tidak itu bukan urusan anda nyonya. Urus saja dirimu dan hutang suami pemabuk mu itu" pria itu menunjukan seringaiannya merasa menang dalam debat.

"APA MAKSUDMU SIALAN?! JANGAN MENGADA-NGADA!" wanita paruh baya itu berdiri, tangannya menunjuk tak sopan ke arah si pria membuat pria yang masih terlihat tenang menunjukan senyuman kemenangan.

"Apa kau tidak pernah berkaca nyonya? Kau juga jangan mengada-ngada soal anak itu, dia bukan jalang. Dirimu lah jalang yang sebenarnya. Kau merusak nama baik anak tak bersalah itu, bahkan dirimu pernah merusak keluarga seseorang demi harta"

"KEPARAT!!"

"Hai juga tetangga" pria itu membuka tudung hoodynya, memperlihatkan wajahnya dengan jelas, Taeyong mengenal pria itu. Para penumpang yang awalnya membisiki Taeyong kini beralih membisiki wanita paruh baya yang tengah terbakar emosi.

"BERHENTI! Anak muda tidak sopan!" teriak wanita itu lalu pergi turun dari bus.

Setelah wanita itu pergi, pria yang membelanya tadi berjalan mendekat lalu duduk disebelah Taeyong, dimana tempat yang wanita paruh baya tadi itu duduki.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Terima kasih Mingyu!"

Mingyu tersenyum manis lalu mengusak rambut Taeyong gemas. Pandangannya kini beralih ke balita dipangkuan Taeyong yang tengah menatapnya tajam.

"Siapa anak ini?"

"Perkenalkan, dia Sam an—" Taeyong terkejut saat mendengar pekikan Sam yang memotong ucapannya, kedua tangan mungilnya memeluk leher Taeyong sangat erat.

"Pacal na Taeyong hyung!" [pacarnya Taeyong hyung!] Mingyu yang melihat tingkah posesif balita itu tergelak. Menggemaskan sekali.

"Hi, aku Mingyu. Teman pacarmu, sekaligus orang ketiga dari hubunganmu dengan pacarmu" Sam menukik alisnya karena tak mengerti ucapan Mingyu. Balita itu tetap memberikan tatapan tajam ke arah Mingyu membuat pria jakung itu melebarkan senyumannya.

"Ah — ahahaha. . . Kau mau kemana gyu?"

"Euu a - aku hanya ingin berkeliling saja menggunakan bus" yang Mingyu katakan adalah bohong. Mingyu memiliki janji temu dengan seseorang, tetapi saat diperjalanan ia tidak sengaja melihat Taeyong tengah menggendong balita masuk kedalam bus. Terpaksa Mingyu batalkan janji temunya dan ia lebih memilih mengikuti Taeyong.

Taeyong menggangguk; melihat responnya membuat Mingyu sedikit tenang, toh Taeyong tidak akan mencurigai apapun darinya kan.

Melihat Taeyong yang sedang berjalan sendiri bersama balita, Mingyu jadi memiliki alasan untuk ikut bersama Taeyong. Pria manis itu sungguh polos, ia akan percaya apapun yang ia lihat dan ia dengar.

Mingyu mati-matian menahan tawanya saat melihat wajah takut Taeyong saat dirinnya mengarang cerita.

Taeyong mendorong troli belanja dan Mingyu menggendong Sam. Awalnya balita itu tidak mau, tetapi Mingyu selalu memiliki cara agar balita itu jinak padanya.

"Belanjaanmu banyak sekali, apa ada tamu dirumahmu?" Tanya Mingyu setelah melihat banyak bahan makanan didalam troli, bahkan troli itu hampir penuh. Sam sedari tadi sudah tertidur dibahu Mingyu karena bosan menunggu.

"Tidak ada tamu, ini karena stok bahan makanan dirumah habis. Tadi Sam lapar, tetapi didapur hanya ada ramyeon, balita tidak boleh mengonsumsi makanan itu" ucap Taeyong tanpa menatap lawan bicara, ia lebih fokus pada barang belanjaan yang ia pilih.

"Sudah, ayo. Kasihan Sam hihihi" Taeyong terkikik gemas saat baru menyadari balita itu sudah tertidur, pantas saja tidak rewel. Taeyong lebih dulu berjalan menuju kasir seraya mendorong troli ditangannya.

Semua barang belanjaan dibayar oleh Taeyong. Pria jakung itu awalnya sudah mengeluarkan uang cash untuk membayar semua belanjaan Taeyong, tetapi pria manis itu langsung menepis tangan Mingyu mendahului pria jakung itu untuk melakukan pembayaran. Taeyong mengomelinya setelah keluar dari super market karena dirinya hampir membayar semua belanjaan Taeyong dengan harga fantastis itu. Mingyu tidak peduli dengan apa yang Taeyong katakan, ia hanya fokus pada bibir dan wajah imut Taeyong.

"Tunggu sebentar, mobilku ada disekitar sini"

Mingyu meletakan plastik besar isi belanjaan Taeyong dibawah "Tunggu aku disini, aku tak akan lama" ucapnya sebelum pria jakung itu pergi meninggalkan Taeyong berdua dengan Sam didepan super market yang ramai.

"Huft. . . Semoga saja Mingyu menepati ucapannya"

Taeyong menengok kesana kemari untuk mencari bangku, lututnya terasa nyeri. Mungkin karena luka jatuh saat itu, ia ingat saat dirinya terjatuh ditrotoar dibawah rintikan air hujan yang sangat lebat juga disertai bunyi petir yang besar membuat Taeyong harus berlari sangat cepat ke mansion Jaehyun.

Tak jauh dari tempat Taeyong berada, seseorang sedari tadi sudah mengawasi dirinya dari balik mobil. Seorang pria dengan pakaian hitam tak melepas pandangannya dari sosok pria manis yang tengah melamun itu.

"Sepertinya kita bisa mendapat pria manis itu dengan cepat. Dia tengah duduk sendiri didepan super market tanpa ada penjagaan dari bawahan Jaehyun"

"Kalau begitu bawa dia segera, jika begini kita bisa mempercepat rencana"

"Pasti, aku akan menemuinya"

Pria berpakaian hitam itu mematikan sambungan komunikasi pada alat yang terpasang pada telinganya. Senyuman misterius terukir jelas dibibir tipisnya dengan pandangan yang tak ada hentinya memandang keberadaan pria manis itu.

'Come to daddy, baby boy'








Taeyong menghela nafas bosan, ia tidak suka menunggu seperti ini. Mingyu tak kunjung kembali, haruskah ia pergi lebih dulu saja? Tapi bagaimana jika Mingyu kembali? Tapi Taeyong lelah hikd. . .

Ia sangat bingung, jika Taeyong pulang, ia akan sangat merasa tidak enak pada Mingyu.

"Hey baby, sedang apa disini?"

Taeyong mendongak melihat sosok yang menghampirinya dan Sam. Mata bulatnya berbinar saat melihat Johnny berdiri dibelakangnya dengan senyuman yang terukir dibibirnya.

"Hyung!! Heung. . . Tadi Yongie habis membeli ini, lalu sehabis berbelanja teman Yongie meminta Yongie untuk menunggu disini sekejap. Karena dirinya sedang mengambil mobilnya yang berada disekitar sini, tetapi dia tak kunjung kembali hyung. Yongie lelah. . ." Taeyong mengadu pada Johnny. Bibir mungil itu mengerucut lucu membuat Johnny hampir limbung dan hilang kesadarannya. Efek samping Taeyong benar-benar sangat berbahaya.

"Ikut bersamaku saja, berbahaya berdiam diri sendiri disini. Apa lagi kau membawa Sam"

"Teman Yongie bagaimana?"

"Kau bisa bicarakan itu besok padanya disekolah, ayo"

Johnny membantu membawa kantong plastik besar berisi belanjaan Taeyong kedalam bagasi mobilnya.

"Kita akan kemana hyung?" Taeyong bingung saat Johnny tidak mengambil jalan kearah mansion Jaehyun. Ia melirik sosok disampingnya yang fokus menyetir, pria bongsor itu menoleh lalu tersenyum setelahnya.

"Menghabiskan waktu berdua"




Jaehyun melempar berkas ditangannya dengan kasar membuat kertas-kertas itu lepas mengotori lantai ruangan Jaehyun.

Dua karyawan yang melihat itu secara langsung merasa hidupnya sudah mulai terancam sekarang. Keringat dingin sudah membasahi dahi keduanya. Apakah bossnya akan membunuh mereka saat ini juga?

"Bagaimana bisa?" Jaehyun berbicara pelan mencoba menahan emosinya yang akan meledak kapan saja.

"BAGAIMANA BISA SIALAN?!"

Jaehyun tetaplah Jaehyun.

Kedua karyawan itu tetap bungkam walau Jaehyun sudah menggertak mereka berdua. Tak ada yang berani berbicara, karena mereka tahu, mereka berbicarapun akan tetap salah dimata Jaehyun walau itu bukan salah mereka, tidak peduli siapa yang salah siapapun yang terlihat dimata pria Jung itu akan menjadi tumbal.

"PERIKSA KEMBALI!! JIKA ITU BENAR TERJADI KEPALA KALIAN BERDUA ADALAH TARUHANNYA"

"B - baik sajangnim" ucap mereka serempak. Kedua karyawan itu membereskan berkas yang berserakan dilantai ruangan Jaehyun lalu membungkuk hormat sebelum pergi dari 'bilik neraka' bagi mereka.

Saat kedua karyawan itu keluar, Yuta langsung masuk kedalam tanpa berbasa-basi bertanya ada apa dengan kedua karyawan yang menangis tadi.

"Penggelapan dana perusahaan lagi. . . Bajingan mana yang berani berurusan denganku" ucap Jaehyun geram. Ia memijit keningnya yang terasa sedikit berdenyut, besok adalah hari dimana Jaehyun akan cuti. Tetapi hari cuti itu hangus karena masalah diperusahaannya, sungguh ia sangat lelah dan butuh beristirahat sejenak untuk menjernihkan pikirannya.

"Ku harap ini tak seburuk dahulu, aku dan Johnny ada untuk membantumu. Ah ya, barusan tuan Kim mengirimiku pesan, bahwa ia ingin jam pertemuan dipercepat"

"Lalu? Jam berapa kita akan bertemu?"

"Sekarang, dia ingin sekarang Jae"

Jaehyun menghela nafas berat, ia menyenderkan punggungnya pada senderan kursi lalu memejamkan matanya sejenak.

Ia merasa sangat lelah, Jaehyun ingin rasanya menangis menumpahkan semua kelelahannya hari ini. Ia tahu, hanya dengan menangis saja itu tidak akan cukup. Ia tidak tahu harus dengan cara apa lagi, hanya itu yang ia tahu.

Yuta merasa iba melihat keadaan Jaehyun yang terlihat sangat lelah, terlihat dari raut wajahnya.

"Jika kau lelah biar aku saja yang akan menggantikanmu"

"Tidak, ayo kita pergi. Katakan pada tuan Kim kita sedang dalam perjalanan"

Yuta berjalan keluar dari ruangan Jaehyun dengan ponsel yang menempel pada telinganya.

Suara dentuman musik masuk ke indra pendengarannya membuat Jaehyun sedikit menahan sedikit pening dikepalanya. Jika tahu seperti ini seharusnya ia membiarkan saja Yuta yang melakukannya, jadi ia dapat waktu istirahat sejenak untuk merendam emosinya yang masih tersisa.

Jaehyun beberapa kali menepis tangan wanita yang berniat menyentuh dada bidangnya, ia tetap berjalan mengikuti kemana arah Yuta berjalan.

Dua pria ber-kemeja hitam dipojok yang sejak tadi sudah menunggu kedatangan kedua orang itu langsung menganggukan kepala ke arah penjaga pintu VIP seolah-olah sedang memberi instruksi.

"Jung Jaehyun sudah terlihat nona, bersiaplah"

Jaehyun dan Yuta sudah berdiri tepat didepan pintu kamar yang dijaga oleh satu orang berbadan kekar.

"Dengan tuan Jung Jaehyun?"

Jaehyun hanya menganggukan kepalanya saja, ia tidak ada minat untuk berbicara saat ini.

"Tuan sudah ada di—"

DRRTTT!

Suara dering ponsel Jaehyun memotong ucapan sang penjaga. Penjaga itu mengangguk saat Jaehyun menatapnya serius, ia mengerti bahwa pria itu meminta ijin untuk mengangkat telepon.

"Apa?"

"Tuan Taeyong. . . Boss dia—"

"UCAPKAN DENGAN JELAS SIALAN! KEMANA ANAK ITU?!"

"Pergi tanpa seijin kami. Kami tidak mengetahui kepergiannya, tetapi salah satu supir mengatakan bahwa tuan Taeyong pergi untuk berbelanja disuper market. Tuan Taeyong menolak diantar dan lebih memilih menggunakan bus"

"DASAR BODOH! sekarang cari anak itu! Sampai aku kembali anak itu tidak terlihat dihadapanku, akan ku buat kalian buta"

Jaehyun mematikan sambungan telepon, rahangnya mulai mengeras.

"Katakan pada tuanmu aku tidak bisa bertemu dengannya, sekretarisku akan menggantikan diriku. Aku ada urusan"

Baru saja Jaehyun ingin melangkah pergi, tetapi suara penjaga itu mencegahnya membuat Jaehyun menghentikan langkahnya.

"T - tapi tuan, apakah urusanmu itu penting? Tuan Kim sudah menunggu anda dari tadi didalam, ia mengharapkan kedatangan anda"

Jaehyun mendengus kasar. "Urusanku sangat penting. Jika tidak mau dengan sekretarisku maka tunda pertemuannya, jika tidak bisa maka batalkan saja" setelah mengucapkan itu Jaehyun bergegas pergi diikuti Yuta meninggalkan bar lalu menuju mansionnya.

"Rencana gagal nona, tuan Jaehyun tidak bisa melakukan pertemuan"

"Bajingan!"






BRAK!

Suata bantingan pintu yang sangat keras membuat para pengawal dan maid didalam mansion tersentak, kedatangan tuannya memang tidak bisa terprediksi jika tidak dilihat secara langsung.

"Dimana Taeyong?!"

"Kami sudah melihat cctv disuper market tempat tuan Taeyong berbelanja boss. Saat ini tuan Taeyong sedang bersama tuan Johnny"

Jaehyun tidak menggubris ucapan salah satu anak buahnya, ia lebih memilih melihatnya secara langsung pada rekaman cctv yang anak buahnya itu bawa. Rekaman itu berhasil membuat hati Jaehyun memanas.

Jaehyun mengeluarkan ponselnya mencoba untuk menghubungi pria manis itu. Semuanya terdiam saat mendengar suara nada dering dari arah kamar Taeyong, ia memberi intruksi pada salah satu anak buahnya untuk memeriksa kamar Taeyong. Ternyata pria manis itu meninggalkan ponselnya dikamar.

Jaehyun meremat ponselnya dengan kuat, bahkan ponsel itu hampir pecah menjadi kepingan tak berguna jika salah satu anak buah Jaehyun tidak bergerak cepat menangkap ponsel pintar yang Jaehyun lempar.

"Tenang saja boss, tuan Taeyong bersama dengan tuan Johnny"

Jarum jam sudah menunjuk pukul 7 malam, namun pria manis itu belum kembali juga. Ia sudah berkali-kali menghubungi Johnny, tetapi pria Chicago itu ternyata sudah mematikan ponselnya. Jaehyun duduk gelisah diruang tamu, ia masih setia menunggu kedatangan Taeyong. Bahkan Jaehyun sama sekali belum mengganti pakaian kerjanya, ia melewati makan siang juga makan malam karena si pria manis itu. Ia harus meminta pertanggung jawaban setelah ini!

Jaehyun menajamkan pendengarannya saat suara samar-samar terdengar dari luar. Ia beranjak dari duduknya lalu membuka pintu.

Benar saja, orang yang sudah ia tunggu akhirnya tiba. Ia melihat Taeyong yang sedang menggendong Sam juga Johnnya yang berjalan disebelah pria manis itu seraya menenteng kantong plastik besar ditangannya.

"Jae—"

BUGH!

Satu tinjuan melayang dan mendarat dipipi mulus Johnny.

"Hyung!"

Jaehyun menatap tajam Taeyong mengisyaratkan pria manis itu untuk tetap diam pada tempatnya dan tidak ikut campur. Setelah melihat Taeyong yang terdiam, Jaehyun berjalan mendekat ke arah Johnny yang sudah tergeletak ditanah karena tinjuan Jaehyun yang tak main-main kuatnya. Jaehyun bersimpuh dengan sebelah lutut kaki yang menyentuh tanah, kedua tangannya menarik kerah Johnny hingga pria itu sedikit bangkit.

"Kau bawa kemana Taeyong?" Melihat respon Johnny yang tertawa membuat Jaehyun semakin geram.

"Menghabiskan waktu berdua. Karena itu sangat langka untukku, jadi aku tidak ingin menyia-nyiakannya"

Baru saja Jaehyun ingin melayangkan tinjuannya lagi tetapi Johnny kembali berbicara untuk menghentikan tindakan kekerasan Jaehyun.

"Kau harus berterima kasih padaku karena aku sudah menyelamatkan Taeyong"

"Apa maksudmu sialan!"

"Seseorang mengintai Taeyong. Jika aku tidak mengajaknya pergi meninggalkan super market itu mungkin kau tak akan bisa melihat Taeyong lagi" jelas Johnny dan diakhiri dengan tawaanya. Ia menepis tangan Jaehyun yang meremat kuat kerahnya lalu berdiri.

"Aku tidak melakukan hal macam-macam dengannya Jung, aku hanya mengajaknya dan Sam pergi bermain. Hanya itu"

Johnny berjalan mendekati Taeyong dan Sam yang sudah tertidur lelap diceruk leher Taeyong. Ia mengusak rambut Taeyong dan memberi kecupan lembut pada dahi Taeyong.

"Aku akan pulang, beristirahatlah baby"

"Humph! Terima kasih hyung, kau juga harus beristirahat. Kapan-kapan ajak Yongie kesana lagi ya hyung!!" Ucap Taeyong semangat. Bahkan ia hampir saja melompat jika tidak ingat ada Sam yang tertidur digendongannya.

"Tentu saja! Ahahaha. . ."

"Hati - hati hyung!"

Johnny melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam mobilnya. Taeyong terlalu fokus pada Johnnya sehingga ia tidak menyadari bahwa Jaehyun tengah memandang tajam dirinya.

"Eung. . . Hyung?"

Jaehyun membuang muka, ia mengangkat kantong kresek besar yang Johnny bawa tadi lalu masuk ke dalam mansion meninggalkan Taeyong. Pria manis itu menatap Jaehyun aneh, tumben sekali pria itu tidak membentaknya. Mungkin karena pria itu sedang lelah, terlihat dari kemeja kerja Jaehyun yang kusut juga rambut lepeknya.

Setelah Taeyong meletakan Sam dikamarnya, ia kembali kedapur untuk menata barang belanjaannya tadi. Saat Taeyong baru saja memasuki dapur, ternyata Jaehyun sudah mendahuluinya. Pria tampan itu sibuk menata bahan makanan.

"H - hyung seharusnya hyung beristirahat saja. Biarkan Yongie yang menatanya"

Jaehyun menepis tangan Taeyong saat pria manis itu hendak menata bahan makanan ke dalam lemari pendingin. Jaehyun tidak melirik Taeyong sedikitpun membuat pria manis itu merasa bingung.

"Hyung, salah Yongie apa?" Cicit Taeyong. Ia merasa bahwa dirinya tidak pernah berbuat salah, tetapi semua seperti terlihat salah dimata pria tampan itu.

"Cih, pertanyaan bodoh"

"H - huh?"

Jaehyun menutup pintu lemari pendingin lalu berjalan perlahan mendekati Taeyong. Ia mengangkat tubuh mungil Taeyong membuat pria manis itu tersentak. Jaehyun meletakan Taeyong diatas meja dapur dan berdiri diantara kedua paha Taeyong. Jarak mereka bisa dikatakan lumayan dekat, Jaehyun terlihat biasa saja tetapi tidak dengan Taeyong.

"Aku sudah pernah mengatakan padamu untuk tidak bepergian dengan siapapun tanpa ijin dariku, tetapi kau melanggarnya. Aku juga melarangmu pergi bersama Johnny, kau melanggarnya juga. Aku sudah membelikanmu ponsel bukan? Aku yakin kau sudah tahu fungsi benda itu. Kau harus membawa benda itu kemanapun! Jika aku tidak ada dirumah kau harus tetap ijin denganku, kirim aku pesan!"

Jaehyun sedikit berteriak dihadapan Taeyong, pria manis itu menunduk dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Jaehyun.

"Mengerti?" Ucap Jaehyun penuh penekanan.

Taeyong perlahan menganggukan kepalanya. Isakan kecil lolos dari bibir tipis Taeyong dan helaan nafas terdengar dari Jaehyun. Pria tampan itu mendekap tubuh Taeyong perlahan, mengusap punggung sempit pria manis itu dengan lembut. Tidak ada gunanya ia menampik perasaan yang selalu datang padanya, perasaan itu selalu kembali dan memberontak untuk menguasai dirinya.

CKLEK

"O - oh astaga tuan. Maafkan saya, saya tidak tahu jika tuan berada disini"

Salah satu maid masuk kedalam dapur dan memergoki tuanya tengah memeluk pria manis. Taeyong berusaha melepas dekapan Jaehyun, tetapi pria itu malah semakin mempererat dekapannya agar pria manis itu tidak dapat melepas dirinya.

"Perintahkan semua maid untuk pulang"

"Baik tuan" Maid itu membungkuk hormat lalu beranjak pergi meninggalkan dapur juga meninggalkan kedua anak adam yang belum berkutik ditempat.

Jaehyun dapat merasakan dagu Taeyong yang bertengger dibahunya, ia mengira bahwa pria manis itu sudah tertidur. Tetapi dugaanya salah, Taeyong tersentak bahkan hampir terjatuh kebelakang saat Jaehyun menggendong dirinya.

"Hyung kau membuatku terkejut"

"Karenamu aku melewatkan jam makan, kau mau membuatku mati kelaparan? Jika saja kau benar-benar menghilang aku. . ."

Jaehyun menghentikan ucapannya sejenak, ia merasa suaranya sedikit tercekat saat ingin mengatakan yang sebenarnya.

"Aku akan dijadikan samsak oleh eomma ku, dan itu semua karena mu!!"

"Hyung. . . Maafkan Yongie. K - kalau begitu Yongie akan memasak makan malam!!"

Jaehyun berdecih; ia tidak menggubris pria manis digendongannya. Jaehyun beranjak pergi dari dapur membawa Taeyong kedalam kamarnya. Pria tampan itu tetap diam, benar-benar tidak menggubris ocehan Taeyong sedikit pun. Jaehyun memasuki ruangannya lalu membanting pintu dan tak lupa untuk menguncinya.








TBC. . .

Haii~ gimana? Libur habis PAS? Hihihi. Kangen gaaa?? Semangat terus yaaa—!! Ahahahahaha.

Nih aku udah UP, maaf ya lama. I just wanted to tell you something. . .

Maaf ya buat yang udah nagih UP di komentar, akunya lama. Abis mikir alurnya susah:"(
Oh iya, ada orang yang DM aku buat ngingetin aku UP, aku. . . Ga suka.

BUKAN GA SUKA KARENA DIINGETIN!! Apalagi ga suka orangnya, bukaan. Aku ga suka bahasanya aja. Ntah dia maki aku atau gimana, aku kaget bacanya T°T

Boleh kok DM aku buat ingetin aku up, aku malah seneng banget kalo ada yg DM, tapi tolong yaa bahasanya yang bener~ aku jadi bingung balesnya kalo DM pake bahasa kotor. Aku jadi ga enak balesnya ke kamu ehe.

Jangan ada yang kayak gitu yaa-!;)

And. . . Aku masih belum bisa update rutin nih, belum bisa up setiap hari kayak dulu. Soalnya kan book ini per-chapternya panjang banget. Aku lama banget mikirnya; mikir kata-katanya, mikir alurnya biar nyambung, mikir momentnya juga biar ga ada yang demo minta moment jaeyong.

Maaf yaa. . .

Seperti biasa aku ga pernah lupa buat ingetin kalian-!!
Jangan lupa VOTE sama COMMENT yaa, tinggalin jejak gituuu uhuy.
Menerima KRIT-SAR monggo dikoreksi kalo ada yg salah yoo...

Papaayy-!
See you in the next chapter

VISUALISASI; Sam

Continue Reading

You'll Also Like

106K 7.7K 51
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
973K 78.9K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
201K 31K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
54.5K 6.7K 31
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...