Refuser d'y Aller [KV]

By joyyby

32.6K 3.5K 127

Saling mencintai namun tak dapat bersatu karena keegoisan masing-masing pihak. Yang satu brengsek dan pandai... More

1. Menyebalkan
2. Kakak?
3. Hungry
4. Kecelakaan
5. Sial
6. Aku... Manis?
7. Pergi lagi?
8. Keanehan
9. Being protective
10. Gengsi tapi mau
11. Dokter tampan
12. Masa sih?
13. Date?
14. Tiba-tiba
15. Normal
16. Menarik
17. Jealous
18. Teori cinta segitiga
19. Kerja kelompok
20. Silent love
21. Fight
22. Taruhan
23. Racing
24. Hospital
25. The girl's
26. Akur?
27. Orang tua
28. Woke up
29. Perlakuan manis
30. Batal
31. Sahabat
32. Taken?
33. Curhat
34. Kiss
35. Date!
36. Resmi, tapi...
38. Caught
39. Basket
40. Boss
41. The Incident
42. Possible
43. Yeri
44. Datang
45. Lari
46. Problem
47. Snow
48. Everyone's fear
49. The ending

37. Only

341 43 9
By joyyby

"Kesana ya!" Taehyung menunjuk ke arah komidi putar yang sedang berputar-putar dengan kuda-kuda lucu itu.

"Tapi Tae..."

"Ayolah Jungkookie!" Tuh kan. Baru saja Jungkook ingin beralasan, tapi sudah merengek pacar manisnya ini. Ia pasrah saja kalau sudah begini, asalkan Taehyung senang sih Jungkook tak masalah.

Pada akhirnya Jungkook mengizinkan Taehyung menaiki wahana itu. Ia memperhatikan Taehyung yang tertawa seperti anak kecil, tak henti-hentinya tersenyum bahagia ketika melihat sosok itu bahagia. Tangannya tetap merekam kejadian menyenangkan itu tanpa melepas pandangannya darinya.

Taehyung tak peduli akan banyaknya orang yang memperhatikannya karena menaiki wahana bermain yang rata-rata dinaiki anak kecil, toh juga wahana ini umum. Dia menatap Jungkook dengan cengiran lebarnya saat kuda-kuda itu sudah berhenti.

"Sudah?"

Dengan sedikit lompatan Taehyung turun dari kuda itu lalu menghampiri Jungkook. "Sudah."

Jungkook menggandeng tangan Taehyung karena cuaca yang sudah mulai dingin. Hari sudah semakin gelap, tak terhitung berapa jam mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang disini.

Merasa tangannya digenggam membuat Taehyung sadar bahwa itu Jungkook. Meskipun sudah resmi, tapi Taehyung tetap malu akan hal-hal kecil seperti ini.

Tidak boleh, aku harus terbiasa!

Ya, dia sudah membulatkan tekadnya! Sebagai seorang Kim Taehyung ia tidak boleh ingkar janji. Akhirnya Taehyung mengeratkan genggaman tangannya yang membuat Jungkook tersenyum dalam diam.

"Apakah kau lapar?" Tanya Jungkook.

Baru saja Taehyung ingin bilang. Ah, betapa peka pacarnya.

"Iya. Aku lapar sekali."

Jungkook mengacak-acak surai Taehyung dengan gemas. "Habisnya kau bermain terus, kupikir tenagamu unlimited. Ternyata bisa habis juga."

"Ya kan aku manusia! Dasar menyebalkan."

Dia menatap Jungkook dengan tajam berharap Jungkook takut, namun malah jatuhnya menggemaskan bagi Jungkook. Daripada ia makin membuat macan kecilnya ini semakin marah, lebih baik ia segera mencari restoran atau tempat apapun itu di sekitar sini.

Kembali Jungkook ditarik seenaknya oleh Taehyung. Dan benar saja, Taehyung merengek ingin beli cotton candy yang tercium manis dari jauh. Melihatnya saja sudah membuat Jungkook ngilu, bisa-bisa ia mati diabetes jika makan makanan seperti itu. Benar-benar tidak sehat.

"Memangnya kau kenyang makan permen?"

"Kenyang lah." Jawab Taehyung lalu memilih-milih permen kapas itu dengan mata yang berbinar.

Jungkook menurut saja lalu membayar itu semua, mereka lanjut berjalan-jalan dengan Taehyung yang mengunyah. Tak sedikit juga dalam sesi mengunyahnya itu terdapat noda-noda disekitar bibir Taehyung. Tentu saja Jungkook membersihkannya, bukan dengan bibir kok, dengan jari.

Banyak yang memperhatikan mereka karena begitu mencolok diantara banyaknya pasangan di taman itu. Yang satu tampan, yang satu manis. Saling tertawa serta melempar candaan yang membuat orang-orang iri.

Sudah berkali-kali Taehyung menawarkan permen kapasnya kepada Jungkook, tapi orang ini menolak terus-menerus. Beralasan kesehatan.

"Dasar sok sehat." Cibir Taehyung.

Jungkook menghela nafas kemudian menarik nafas bersiap untuk menceramahi Taehyung.

"Tae, makanan manis-manis itu tak baik untuk kesehatan. Sudah ada sekitar tiga ratus juta orang yang menderita diabetes karena terobsesi oleh makan-makanan manis, contohnya makananmu itu. Bagaimana kalau kau sakit nanti? Lalu yang menemaniku siapa? Yang menjadi teman hidupku siapa?"

Baiklah, Taehyung tercengang.

Meskipun menyebalkan, tapi berbagai jokes Jungkook mampu membuatnya bawa perasaan.

"Tapi kan--"

"Dan lagi kau itu sudah manis. Untuk apa makan-makanan manis begitu? Yang ada aku yang akan terkena diabetes karenamu." Ia mencubit hidung Taehyung dengan pelan.

Blush.

"Sialan, tanggung jawab!" Taehyung mengomel.

"Tanggung jawab apa? Kau kan memang sudah menjadi tanggung jawabku."

"Ish, tanggung jawab sama pipiku!" Tangan Taehyung menampar punggung Jungkook berkali-kali.

"Aduh, aduh! Iya ampun!"

Lumayan juga sakitnya. Jungkook tak menyangka jari-jari lentik itu begitu kejam saat memukulnya. Tapi mungkin bakal nikmat kalau sedang memanjakan-- Eh?

Lupakan soal perdebatan mereka, karena keduanya sudah berbaikan lagi dan malah saling menggelitiki satu sama lain. Ini bukan kepribadian Jungkook sekali, kalau saja pacarnya bukan Taehyung pasti sudah Jungkook tinggalkan. Ia rela menjadi anak kecil demi meladeni sikap dan karakteristik milik Taehyung. Tipe-tipenya adalah seseorang yang dewasa, anggun, dan pendiam. Tapi masa bodo, ia sudah mendapatkan berlian seperti Taehyung.

Mereka berdua menyeruput secangkir cokelat panas yang masih terlihat mengepul karena baru dibeli, cocok untuk cuaca yang sudah benar-benar dingin seperti saat ini.

Jungkook mengajak Taehyung untuk duduk saja, tapi ia tak mau. Akhirnya sepasang kekasih itu berdiri di jembatan yang menyuguhkan sungai indah didepannya. Bagi Jungkook berbagai pemandangan indah malam ini benar-benar disempurnakan karena adanya sosok yang ia cintai itu.

Jungkook mengeluarkan ponselnya siap memotret Taehyung yang tampak begitu senang dengan senyum lebarnya itu. Sengaja memotret diam-diam tanpa sepengetahuannya, lalu menyimpan kenangan itu di ponsel pribadinya.

Mengikis jarak yang hanya beberapa centi, kemudian memeluk sang submissive, memberikan kehangatan ketika angin mulai menerpa wajah. Taehyung mendongak menatap sosok yang merengkuh dirinya kemudian mengecup pelan pipi Jungkook.

"Hm? Berani ya?" Goda Jungkook.

Jelas berani, kan Jungkook pacarnya. "Berani lah!"

Kalau begitu Jungkook akan lebih berani! Ia dengan cepat mengecup bibir ranum Taehyung yang begitu menggemaskan. Melepas tautan itu lalu tersenyum mesum.

"Bagaimana? Pasti-- Aduh!" Adunya saat Taehyung menendang betisnya dengan kejam.

Bukannya Taehyung tak suka, tapi bisakah Jungkook mengerti kalau kejadian tadi begitu berbahaya untuk jantungnya? Huft!

Keduanya saling diam sehabis kecupan singkat tadi. Diam-diam Taehyung melihat Jungkook dengan lirikan matanya. Kemudian tersenyum kecil, ia benar-benar tak menyangka sosok yang membuatnya tergila-gila setiap malam bisa menjadi kekasihnya saat ini.

Ia menengadahkan kepalanya untuk melihat langit malam yang begitu indah akan hamparan bintang diatasnya. Tiap malam Taehyung selalu bertanya-tanya, apakah salah satu bintang itu adalah Ayah dan Ibunya yang sudah pergi?

Taehyung memandangi tangannya yang semakin hari semakin kurus. Dia tak menjaga pola makannya, tak berolahraga juga. Bukannya Taehyung tak mau, tapi Taehyung lelah. Karena sudah tahu akhirnya pasti ia akan habis dengan penyakitnya sendiri.

Dia membandingkan tangannya dengan tangan Jungkook yang tampak begitu kekar dan kuat. Berbeda dengan dirinya yang lemah dan penyakitan. Berbagai pikiran negatif mulai menyerangnya, meskipun sedari dulu ia sudah memikirkan ini.

Bagaimana perasaan Jungkook ketika tahu kekasihnya ini mengidap penyakit yang begitu mematikan dan tidak bisa disembuhkan? Apakah dia akan meninggalkan Taehyung? Atau dia akan menatap Taehyung dengan tatapan kasihan yang begitu menyayat hati? Tidak tahu, Taehyung tidak tahu. Tapi yang dia inginkan hanya kebahagiaan diantara hubungannya dengan Jungkook.

Begitu pula Jungkook yang sudah tahu hubungan mereka pasti akan menjadi toxic relationship. Tapi dengan bodohnya ia tetap melanjutkan dan berjalan lebih jauh untuk menyakiti Taehyung. Bukan maksudnya untuk membuat keadaan menjadi seperti ini, tapi cinta yang berdiam didalam hatinya yang membuat keadaan menjadi seperti ini. Tak ada gunanya juga menyalahkan keadaan, semua ini sudah menjadi jalan hidupnya.

Seharusnya malam ini Jungkook menghadiri acara peresmian perusahaan Ayahnya yang sudah resmi bersatu dengan perusahaan Ayah Yeri. Dia seharusnya mewakilkan Ayahnya untuk berpidato didepan banyak orang malam ini, tetapi ego serta hatinya lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Taehyung. Karena tak ada yang tahu, bahkan dirinya sendiri. Apakah momen hari ini adalah momen bahagia pertamanya dan terakhirnya bersama Taehyung? Tak ada yang tahu.

Kedua namja itu larut dalam pemikirannya masing-masing. Sehingga rintikan hujanlah yang menyadarkan mereka, saling menatap satu sama lain kemudian berlari kemanapun untuk mencari perlindungan agar tak basah terkena air hujan.

Sampai menemukan sebuah toko yang sudah tak terpakai, kemudian mereka berdua meneduh sebentar disitu. Mobil Jungkook jauh sekali diparkirkan dari posisi mereka saat ini. Kalau menerobos hujan pasti Taehyung akan sakit, jadi tak apa kalau Jungkook sendiri saja.

Baru akan berlari dibawah hujan yang sudah begitu deras, ia ditahan oleh Taehyung.

"Kau gila ya?! Kalau sakit bagaimana?!" Taehyung menarik Jungkook agar tetap berteduh.

"Tapi ini dingin Tae! Aku tak ingin kau sakit! Kita harus cepat pulang." Tak kalah Jungkook membentak.

Mendengar itu membuat Taehyung emosi.

"Kau juga akan sakit Jungkook! Kita bisa menunggu hujan ini sedikit reda!" Meskipun menggigil Taehyung tetap terlihat kuat agar Jungkook tak bersusah payah mengorbankan dirinya untuk sosok lemah seperti Taehyung.

"TAPI KAU SUDAH MENGGIGIL TAEHYUNG! Jangan terlihat sok kuat dan menghalangiku!"

Seakan tahu dengan aktingnya, Jungkook dengan emosinya membentak Taehyung di malam itu. Taehyung terdiam dengan tatapan tak percayanya.

"Menghalangimu?"

Jungkook mengusap wajahnya kasar, sepertinya dia salah berbicara. Ia melepas jaket yang membalut tubuhnya untuk diberikan kepada Taehyung, tapi pemuda Kim itu menepisnya kasar.

"Tak butuh." Tolaknya kemudian berjalan ingin meninggalkan Jungkook.

Tentu saja Jungkook tak membiarkan hal itu terjadi, dia menarik dengan kasar tangan Taehyung kemudian mendorongnya sampai membuat punggung Taehyung terbentur dinding.

Dia menyingkirkan poni rambut Taehyung yang sedikit menutupi mata indahnya. Hembusan nafas hangat Taehyung mengenai bibirnya, tanpa sepatah kata ia menyatukan kedua belah bibir keduanya sampai saling melumat.

Awalnya Taehyung tak membalas dan berusaha mendorong dada Jungkook, tapi ia sudah terlanjur kedinginan dengan pusing yang terasa begitu sakit di kepalanya.

Jungkook merasakan basah di kedua pipinya yang sudah dia tebak pasti Taehyung menangis. Dia melepaskan tautan itu kemudian menghapus air mata Taehyung yang sudah mengaliri pipinya.

"Don't cry."

Taehyung menggigit bibirnya kemudian terisak kecil ditengah bisingnya suara hujan.

"Maafkan aku hiks, Jungkookie."

"Tidak, maafkan aku Kim Taehyung. Maafkan aku."

Jungkook benar-benar merasa bersalah karena sudah membuat sosok itu menangis, terlebih karena dirinya. Karena perdebatan sepele yang berujung pertengkaran.

Baru ingin memeluk Taehyung tapi sosok itu terjatuh dipelukannya. Sudah ia duga, Taehyung pasti tak kuat oleh suhu dingin. Dia mengenakan jaketnya di tubuh Taehyung yang sudah pingsan itu, kemudian menggendongnya untuk menerobos hujan yang begitu deras disertai angin kencang di malam itu.

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Continue Reading

You'll Also Like

52.1K 3.3K 21
[KookV | Gs] . -This past haunts me.... constantly- Tae -No one ever can understand how much it hurts- Jk "I am raging sea trapped inside of a raindr...
1.3K 128 10
Epiphany: Sebuah moment dimana seseorang tiba-tiba menyadari atau sadar akan sesuatu hal yang sangat berharga untuknya.
2K 243 5
[COMPLETE] berawal dari Taehyung yang terpilih sebagai salah satu peserta kelas nasional di Busan, mengenalkannya pada seseorang yang berhasil menari...
3.7M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...