ALGRAFI

By queenliiiiiii

32.8M 2.6M 1.1M

[SEGERA DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa... More

Prolog
ALGRAFI 01
ALGRAFI 02
ALGRAFI 03
ALGRAFI 04
ALGRAFI 05
ALGRAFI 06
ALGRAFI 07
ALGRAFI 08
ALGRAFI 09
ALGRAFI 10
ALGRAFI 11
ALGRAFI 12
ALGRAFI 13
ALGRAFI 14
ALGRAFI 15
ALGRAFI 16
ALGRAFI 17
ALGRAFI 18
ALGRAFI 19
ALGRAFI 20
ALGRAFI 21
ALGRAFI 22
ALGRAFI 23
ALGRAFI 24
ALGRAFI 25
ALGRAFI 26
ALGRAFI 27
ALGRAFI 28
ALGRAFI 29
ALGRAFI 30
ALGRAFI 31
ALGRAFI 32
ALGRAFI 33
ALGRAFI 34
ALGRAFI 35
ALGRAFI 36
ALGRAFI 43
ALGRAFI 47
ALGRAFI 48
ALGRAFI 49
ALGRAFI 50
ALGRAFI 52
53 : Hidup dan Mati
54 : Empeng
55 : PACAR
56 : TANDA-TANDA
57 : BUKAN
58 : MENUJU
59 : ?
60 : I Love You
61 : Masih
62 : AWAL!!!?
Algra Naya Chat + Info
VOTE COVER & GIVEAWAY
63 : Kuburan
64 : Babak Baru
65 : Wajarkah?
66 : Bagaimana-
67 : Pisah/Jangan?
68 : Menyesal?
69 : Akhir Bahagia
PO + CERITA BARU
EXTRA PART
MAU GAK?
Epilog
Extra Chapter Books
Kenangan
ALGRAFI SEASON 2
ALGRAFI FILM 🎬

ALGRAFI 51

406K 38.7K 26.1K
By queenliiiiiii

Chapter 51 : Selesai?

Halo, semoga suka ya 🌧️
...

A L G R A F I 5 1

.
.
.

VOTE SEBELUM BACA ❤️
1 Vote dari kamu dapat mempercepat update chapter selanjutnya

Disarankan intip sebentar part sebelumnya supaya bacanya lebih greget :v

.
.
.

Random question

About you:

Kamu tinggal di daerah WIB, WITA atau WIT?

Daerah/kota mana tuh kalau boleh tau?

Mata pelajaran kesukaan kamu apa?

Udah ambil raport? Hasilnya gimana?

About this story:

Ada yang masih bingung atau penasaran sama Felix?

Kira-kira dia salah atau enggak?

.
.
.

BERI AWAN ☁️

27K+ VOTE & 31K+ KOMEN SABI LAH 😎

.
.

OKE, MAKASIH.

SELAMAT MEMBACA 🐑

•••

•••

Naya menyeka air matanya dengan kasar setelah menghela napasnya yang terasa berat. Bersama tatapan kosongnya ia menyorot mata sang suami yang baru saja berdiri setelah usai berlutut. Suasana hati perempuan itu memang sudah berganti menjadi agak lega, namun tentu tidak mudah untuk mengembalikannya seperti semula.

"Nay, ngomong, jangan diem aja." Algra menaiki satu anak tangga. Secara spontan Naya juga melakukan hal yang sama agar jarak antara dirinya dengan Algra tetap konsisten.

"Kalo boleh milih, gue lebih suka lo marahin gue daripada diem kaya gini, Nay." Algra mengawut-awutkan rambutnya selaras dengan ucapannya. Sok frustasi.

Mengawut-awutkan (memberantaki/mengacak)

Di satu ruangan yang sama, ada Khaliza, Aksa, Dhafi, Fannan dan Aka yang secara gratis menyaksikan drama rumah tangga kedua sahabatnya tersebut.

Beda dengan Khaliza yang berusaha untuk tidak terlalu kepo berlebihan, Dhafi yang notabenenya cowok malah sibuk mengajak Aksa bergosip ria.

"Gue suka nih yang begini," ujar Dhafi semangat empat lima.

"Sama, sesekali Algra harus diginiin biar nggak lemah lagi sama cewek seksoy mlehoy itu," balas Aksa dengan kosakata ngawur. Saking antusiasnya dengan drama rumah tangga rekannya, ia melupakan sejenak masalahnya sendiri.

Dhafi membalasnya dengan kekehan kecil, setelahnya dua cowok itu kompak mengalihkan atensi pada Algra dan Naya lagi.

Kalau di hitung dari awal, sudah hampir 30 menit Algra berjibaku membujuk Naya yang nyatanya susah luluh.

"Sayang...." Bersama ucapan ini, Algra memajukan tangannya untuk mengusap sisa air mata Naya yang hampir mengering.

Naya memutar bola mata penuh dendam kesumat. "SAYANG, SAYANG, NDASMU!" kesalnya. Satu tangannya otomatis menjambak rambut Algra. Mungkin pelampiasan karena kelewat kesal.

Ndasmu (kepalamu)

"Ahhh, sakit Yang, tapi gapapa asal lo nggak diem aja." Algra meringis. Entah pakai ajian apa, tak bisa dipungkiri kalau tangan Naya itu selalu bisa membuat orang kesakitan walau si empunya tidak mengerahkan seluruh tenaganya.

Seperti sekarang, padahal Naya hanya menjambak rambut Algra dengan satu tangan, tapi wajah sampai telinga Algra sudah merah karenanya.

"Dasar brengsek kaleng, di sogok satu gunung aja lemes!" cibir Naya menggebu. Mungkin kalau sedang tidak hamil, perempuan itu bisa lebih kalem lagi menghadapi masalah seperti ini.

"Ampun, jangan di pelintir susu gue... Sakit!" Algra berusaha mundur saat dua tangan Naya melipir ke nipple miliknya.

Melihat pemandangan tersebut, Khaliza hanya bisa beristighfar dalam hati. Sementara Dhafi, Aksa, dan Fannan tertawa ria seperti orang yang baru saja dapat lotre 3 Triliun. Sangat puas.

Lagipula, jarang-jarang kan Algra digitukan sama Naya?

Setelah puas membuat dua bulatan kecil milik Algra memerah, Naya kembali mundur. Sementara Algra menyetel ulang wajahnya menjadi manis seperti buah manggis, tak menghiraukan rasa nyeri yang amat sangat di balik bajunya.

Bersama wajah manis itu Algra mencoba berusaha kembali supaya Naya mempercayainya dengan bujuk rayu cap biawak ala-nya.

"Lo harus tau, gue itu-"

"Itu apa? Seneng tindih-tindihan sama cewek lain? Sus*nya enak? Bibirnya nagih?" serobot Naya dengan pertanyaan bertubi yang sangat menohok.

"E-"

"E apa, E enak? kalo gue nggak muncul waktu itu, apa yang akan terjadi, hah? Keenakan kan lo sampe nggak bisa ngelawan?!" Lagi, Naya menyela.

Sambil bergeleng-geleng tanda tidak setuju dengan yang Naya utarakan, Algra melangkah lebih dekat, semakin mengikis jarak.

"Ish... Jijik iyuwh." Naya refleks naik ke anak tangga ke enam. Tidak ingin merasakan hawa tak enak yang masih menempel pada cowok itu.

Pergerakan Algra terhenti, menatap mata Naya yang kebetulan sejajar dengan matanya lantaran keduanya berada di anak tangga yang berbeda.

"Lo bau lont*!" sarkas Naya tidak diduga sebelumnya.

Mendengar penuturan Naya, member inti Vaghelaz pun kompak tertawa. Tentu Dhafi dan Aksa yang paling kuat. Namun pada akhirnya, tawa tersebut terpaksa berhenti karena Algra menghujani mereka dengan tatapan tajam.

"Gapapa, terserah lo mau bilang apa." Algra memaksakan senyum. "Yang penting lo nggak marah lagi, 'kan?"

"Dih, siapa bilang?" Naya memutar bola matanya sinis.

Walaupun direspon sinis dengan Naya, Algra tetap tersenyum. Kalau kata Aksa, tetaplah tersenyum walau t*i mu susah keluar. Haha.

"Kita pulang ya?"

Naya mengangguk samar. "Y!"

"Tapi gue tegasin kalo ini bukan karena lo!"

"Apapun alasannya, gue seneng lo mau ngasih kesempatan ke gue." Dari posisinya Algra tersenyum damai.

"Hm."

Terlepas dari semua yang terjadi, Naya tetaplah Naya yang mencintai Algra. Sulit bagi Naya untuk jauh dari suaminya itu. Apalagi setelah mengetahui kalau yang terjadi hari kemarin adalah kesalahpahaman yang sengaja Grey ciptakan.

Namun, untuk kembali ke sifat Naya yang semula tentunya tidak gampang. Pokoknya Algra harus menderita dulu! Titik.

"Thanks Za udah jagain Naya," ujar Algra setelah menuruni anak tangga.

Khaliza tersenyum, namun tetap menunduk. "Sama-sama, lagipula tolong menolong itu adalah kodrat manusia. Manusia nggak akan mampu hidup tanpa orang lain, begitu juga aku, Naya dan kalian semua."

Seluruh orang kompak tersenyum mendengar ucapan Khaliza, termasuk Aksa yang hatinya kembali berkecamuk akan rasa sesal atas ucapannya terhadap gadis itu kemarin.

"Makasih ya, aku pulang dulu." Naya memeluk Khaliza dan bicara sebentar.

Sementara Naya masih bercakap dengan Khaliza, atensi Algra terfokus pada empat curutnya. "Gue minjem mobil Fannan. Kalian pulang naik angkot," ucapnya enteng.

Keempat orang yang dimaksud kompak membuang napas kasar dan mengelus dada sabar. "Untung temen."

"Assalamualaikum, Khaliza," Algra dan Naya berucap berbarengan. Kebetulan. Atau mungkin memang berjodoh dari sananya.

Saat Algra dan Naya sudah keluar dari rumah itu, Aksa serta tiga yang lain masih stay di sana.

"Assalamualaikum Khaliza, makasih ya sudah jagain Naya," kata Fannan.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, iya sama-sama," Khaliza merespon.

"Assalamualaikum Liza, gue pulang dulu, thanks udah ada buat Naya pas lagi sedih karena bekicot beranak tujuh itu," ucap Dhafi. Bekicot beranak tujuh yang ia maksud adalah Algra, ketuanya sendiri.

"Assalamualaikum," sambung Aka. Khaliza pun menjawab keduanya berbarengan, "Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh, sama-sama."

Fannan, Aka bersama Dhafi melangkah menjauhi tempat mereka berpijak.

Tersisa Aksa yang entah mengapa enggan menyegerakan pulang.

Aksa terlihat memainkan buku-buku jarinya lantaran grogi mau mengucap salam seperti apa. Disaat yang lain mengucap assalamualaikum, ia ragu dengan tuturan macam apa yang harus dilontarkan saat ini.

"A-"

"As-"

Cowok yang memiliki gummy smile itu menelan ludah berulang. "A-"

Khaliza kelihatan menjuruskan pandangan ke Aksa dengan durasi singkat. Kenapa Aksa, pikirnya.

"Kamu kenapa, butuh air putih?" tanya Khaliza.

Aksa menggeleng, ia maju beberapa langkah, saat jaraknya sudah satu setengah meter ia berhenti. "Liza...."

"Iya."

"Soal kemaren, gue minta maaf," kata Aksa, namun belum di respon oleh Khaliza.

Cowok 18 tahun itu mengeluarkan ponselnya, mencari sesuatu didalam benda pipih itu lalu menunjukkannya pada Khaliza. "Tapi lo mau kan bimbing gue?"

Khaliza lumayan tercekat melihat potret di layar ponsel itu.

Di sana terpampang dengan jelas berbagai e-book tentang agama Islam.

"Aksa? Kamu-"

"Gue boleh kan jadi bagian dari kalian?" Sebenarnya berat, tapi dorongan yang sangat kuat membuat Aksa berucap begitu.

Dua insan tersebut masih berkecimpung dengan dimensi waktu yang seakan terhenti.

1 menit

2 menit

Bahkan sampai 10 menit

"Aksa, satu hal yang perlu kamu tau," ucap Khaliza membuat Aksa mendongak.

"Apa?"

"Agama ... Bukan permainan." Di saat yang sama, Khaliza memalingkan muka.

Aksa mengangguk samar.

"Tapi gue serius, Za," kata cowok itu yang sayangnya kali ini hanya dalam hati.

"Gue pulang dulu. A-"

Mulai. Kumat lagi kebiasaan cowok itu.

"As-"

Definisi mempersulit hidup.

"A... Aselamat pagi." Setelah membuang waktu lumayan lama, akhirnya ini yang terucap dari mulut Aksa.

"Selamat pagi juga, kamu hati-hati di jalan," balas Khaliza membuat pekarangan bunga mawar merah merona tumbuh di hati Aksa.

"Makasih Liza."

Ekhm... Ingat Aksa, jangan kebablasan!

Di mobil baru Fannan, Naya masih enggan menjawab ataupun merespon pertanyaan bertubi dari Algra. Gadis tak perawan itu sebenarnya juga tidak ingin memperlakukan Algra seperti itu. Tapi, ini kemauan calon bayinya. Calon bayi itu ingin sekali buat Algra marah, kata Naya.

"Nay, lo ngidam apa sekarang? Ngomong aja, ntar gue beliin." Algra menoleh ke belakang. Fyi, Naya duduknya di kursi belakang, katanya sih masih alergi dengan Algra yang beraroma lont*. Emang ada-ada saja si Naya.

"G ad!"

"Em, nggak ada sama sekali gitu sesuatu yang lo pengen?"

Smirk Naya refleks muncul setelah mengingat sesuatu. "Ada, gue kangen Cupang... Nyetirnya cepet," celetuknya. Disaat-saat begini, ia masih saja kepikiran cupangnya.

Tapi tunggu dulu, ini bukan hanya sekedar kerinduan Naya pada cupang, melainkan ada ide absurd yang dijamin bakal buat Algra ternistakan. Ha ha.

"Oke, siap bos!" Lelaki 18 tahun itu merapatkan jarinya lalu menciptakan posisi hormat. "Meluncur, kita temui Cupang dan Norak segera...!" bicaranya sok formal.

Tepat 15 menit setelahnya mereka sampai.

Setelah turun dari mobil, dua remaja itu saling bertatapan. Lumayan serius.

"Gue mau cupang!" seru Naya.

Lantaran lupa dengan permintaan Naya tadi, Algra sedikit kaget. Ini cupang yang gimana? pikirnya.

Alhasil, di parkiran apartemen, cowok itu melirik sana-sini memastikan keadaan. "Sekarang?"

"Ya iyalah!" ketus lawan bicara Algra.

Algra meloloskan satu napas, melangkah maju dan menyingkap pelan hijab biru muda milik Khaliza yang menutupi leher sang istri. Ia pun mengarahkan kepalanya ke tempat paling strategis baginya, dan-

PLAK

"CUPANG IKAN BEGO, BUKAN CUPANG YANG BUAT LO ENAK!" pekik Naya seraya mendorong kasar sang suami.

Pimpinan Vaghelaz 09 itu spontan menutup wajahnya dengan satu tangan.

Bukan tanpa alasan.

Kabar buruknya ada dua ibu-ibu yang langsung melotot ke arah mereka setelah teriakan Naya barusan.

"Maaf Bu, kita sudah nikah kok," beri tahu Algra sebelum ibu-ibu itu menyebarkan gosip yang tidak-tidak.

"Walaupun sudah nikah, jangan aneh-aneh di parkiran lain kali," nasihat salah satu ibu-ibu.

"Iya Bu, lain kali kita aneh-anehnya di semak-semak aja," respon Algra mengundang mata Naya membesar.

"Di kuburan aja sekalian, mas!" Satu ibu-ibu yang lain ikut nimbrung.

"Boleh tuh Bu, nanti bantu viralkan supaya di undang ke acara tipi bwahahaa!" Algra terkekeh geli atas ucapannya barusan.

Bincang-bincang dengan bu ibu pun selesai.

Naya menarik napas, membuangnya, menariknya lagi dan membuangnya lagi sampai emosinya kembali membaik setelah kegiatan rumpi Algra dengan dua ibu-ibu tadi.

"Masuk duluan dan ambil Cupang sekaligus sama Norak Meta ... sekarang!" perintah Naya layaknya bos pada karyawannya.

Tentu ini bukan sesuatu yang terlalu sulit, Algra pun menyegerakannya.

"Cupang gue siniin!" sinis Naya ketika Algra datang dengan akuarium cupang di tangan kiri dan kandang Norak Meta di tangan kanan.

"Punya gue!" Dengan cepat, Naya menyambar akuarium itu.

Sedari tadi Algra tidak bisa berekspresi macam-macam selain senyum. "Iya, sayang."

Ternyata, bisa sabar juga spesies cowok macam Algra.

Tanpa berkata apapun lagi, Naya melangkahkan kaki. Di sepanjang perjalanan, ia selalu menghaturkan keramahan dan senyumnya pada cupang kesayangannya. Cupang bernama Cupang itu agaknya lebih beruntung daripada Algra yang dicuekin.

Saat menginjakkan kaki masuk ke apartemen, empat curut kelihatan sedang duduk-duduk santai. Mereka semua sangat antusias menyaksikan kalau-kalau ada drama baru lagi antara Algra dan Naya. Bersama keripik pisang dan minuman bersoda, lengkap sudah kenikmatan menonton drama pagi ini.

"Nay, sini gue pegangin cupangnya." Algra memajukan tangan hendak mengambil akuarium cupang setelah sebelumnya ke pojok ruangan untuk menaruh Norak Meta, sugar glider-nya.

"Gue bisa sendiri!" ketus Naya.

"Nggih, sayangku." Sama seperti tadi, Algra hanya bisa tersenyum menanggapinya.

(Iya)

Melihat ada bagian sofa yang kosong, Naya duduk di sana bersama Cupang. Lima belas menit berlalu tanpa obrolan apapun dengan Algra.

"Fannan punya makanan ikan, Cupang mau nggak?" Bersebelahan dengan Naya, Fannan mengajak Cupang mengobrol.

"Iya, Cupang mau makanannya, Abang Fannan," ucap Naya dibuat seperti anak kecil.

"Gue punya 30 cupang di rumah nenek, lo mau adopsi mereka, Nay?" basa-basi Aksa. Naya menanggapinya antusias.

"Gue juga ada tuh, yang warna oren kebiru-biruan," sambung Dhafi.

"Aaaaa, mau dong gue," respon Naya.

Aka yang dari tadi diam pun ikut menyodorkan ponsel yang terdapat foto cupang. "Ini punya gue Nay, kalo lo mau, sekarang bisa gue ambil di rumah."

Mereka berlima mengobrol-Naya, Aksa, Dhafi, Fannan dan Aka.

"Kalo cu-"

"Cupang ini mahal nih harganya," Aksa sengaja menyela ucapan Algra.

"Ma-"

"Iya lah, ini sih limited edition." Kali ini Dhafi yang menyela.

"G-"

"Gue mau, pokoknya kalian harus bawain cupang itu." Bukan Aksa dan Dhafi saja, melainkan Naya juga ikut-ikutan menyela.

Sampai 30 menit kemudian, keadaan tetap seperti ini. Setiap Algra bicara, pasti tidak ada yang respon. Kasihan dia sampai-sampai menjemput Norak Meta dari pojok ruangan untuk diajak ngobrol.

Algra menaruh kandang Meta dan bergeser agar lebih dekat dengan istri. "Naya, jangan cuekin gue dong."

"Jangan deket-deket!" ketus Naya.

"Lo bau lont*, Gra," tanggap Aksa diangguki Naya.

Anak Rahayu itu menghela napas berat dan berkata, "Terus gue harus apa? Gue nggak bisa dicuekin terus sama lo, Nay." Wajah tampan itu ia setting se-melas mungkin.

Salah satu sudut bibir Naya terangkat. "Aaa pengen banget ngerjain Algra. Tapi dosa nggak ya?" batinnya seraya mengelus perut.

"Nay, jangan diem. Bilang aja ke gue, gue harus apa?" ucap Algra semakin memohon.

"Lo berani cuci dada dan bibir lo pake tiga perempat air di akuarium Cupang?" tantang Naya.

Glek... Algra refleks menelan saliva-nya. "Bibir juga?"

Apa? Bibir mempesona Algra harus dicuci dengan air bekas Cupang?

Naya kembali memunculkan wajah kesalnya. "Kan bibir itu baru dipake cewek lain! Gue nggak suka!"

"Pokoknya ya Gra, gue nggak mau deket-deket sama lo kecuali lo mau nurutin apa yang gue dan dia mau," lanjut Naya seraya mengusap perut, menandakan kalau apa yang ia lakukan adalah atas keinginan si jabang bayi.

Algra tersenyum sumringah. "Jadi itu ngidam? Anak gue yang mau bibir seksi ini bersentuhan dengan air Cupang?" ucapnya senang.

Naya mengangguk.

"Oke, gue mau." Algra mengambil alih akuarium Cupang dan membawanya ke luar.

Di luar sana Algra benar-benar menggosok bibir dan dadanya dengan tiga perempat air dari akuarium Cupang.

"Anjir, ketelen."

"Amis-amis anyir euy, untung istri yang nyuruh."

"Tapi, enak juga, rasanya mirip Snack Baygon."

Begitulah ucapan absurd Algra saat itu.

Flashback on

Tanpa kesulitan yang berarti, Alvi menggendong Raya ala bridal style saat memasuki istana Danadyaksa. Di gendongan tersebut dapat disaksikan dengan jelas wajah Raya yang benar-benar pucat. Badannya pun sangat lemas akibat ab*rsi yang baru saja ia lakukan.

"Ray, mau ke kamar lo sendiri atau kamar gue?" tanya Alvi ketika satu meter lagi sampai di area tangga.

"Aku-"

"Kakak...."

Atensi dua remaja kembar itu beralih pada suara bocah berseragam putih biru.

Dia Algra.

"Alvi, turunin aku," titah Raya langsung disanggupi saudaranya.

"Kak Raya kenapa?" Di usianya yang masih belia, Algra bertanya polos melihat Raya yang fisiknya tidak seperti biasa.

"Kakak nggak papa, Al." Bibir pucat itu Raya paksa membentuk senyum untuk adik tercinta.

Sedikit merasa ada yang tidak beres, Algra mengalihkan pandangan pada Abangnya. "Woi Abang kurang belaian, kakak gue lo apain?" lontarnya lumayan frontal.

"Bocil! Nggak usah ikut campur lu...!" Tidak ada jawaban yang lugas dari sosok Alvi. Setelah mengacak poni rambut adik laki-lakinya ia ngonyor saja menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah perginya Alvi, Raya masih di sana bersama senyuman yang sama seperti tadi.

"Cerita sama gue, Kak." Tinggi Algra yang tidak beda jauh dengan Raya saat itu memudahkannya mengusap pipi orang yang mungkin sedang terpuruk tersebut.

"Al, boleh nggak kakak peluk kamu?" Saat mengatakan ini air mata Raya kembali turun.

Tanpa basa-basi Algra memulai pelukan yang Raya inginkan.

"Gue akan selalu nurutin apapun yang lo mau, kak."

"Kakak sayang Algra." Di balik punggung Algra yang mulai melebar karena pubertas, tangis Raya semakin pecah.

"Gue juga, kak, jangan nangis ya," balas Algra walau masih sangat bingung kenapa kakaknya menangis seperti itu.

Raya melepaskan pelukan, menatap Algra lekat lalu berucap, "Boleh kan kalau kamu jadi milik kakak selamanya?"

Flashback off


"Nay, dada sama bibir gue sudah lewat masa sterilisasi menggunakan kucuran air cupang nih," Algra bicara sok formal, tak lupa gigi ratanya ia tampakkan.

"Terus gue harus bilang wow gitu?" balas Naya judes.

Algra yang tadinya berdiri mulai berjalan maju untuk duduk di dekat Naya. Baru saja bokongnya ingin mendarat di bibir ranjang, Naya langsung bereaksi.

"Eh, siapa yang nyuruh lo duduk disini? Sana sana pergi, hushhh," usir Naya full ekspresi.

Cowok yang sampai saat ini masih bertelanjang dada itu menghela napas kasar, berusaha sabar menanggapi semuanya. "Kalo gitu, gue mandi dulu ya sayang," katanya seraya mengecup kening Naya.

"ALGRA! BIBIR LO KAN MASIH TERLONT*-LONT*! LO MAU BUAT BAYI KITA SAWAN YA?!" sewot Naya ketika Algra barusan menutup pintu kamar mandi. Bukannya mempermasalahkan bekas air cupang, ia malah mempermasalahkan soal lont*. Ini menunjukkan kalau Naya benar-benar kesal dengan aksi Algra dan Grey hari lalu.

"ENGGAK SAYANG, BIBIR GUE UDAH TERCUPANG-CUPANG, JADI UDAH STERIL!"

"ALGRAAAAA! JANGAN NGOMONG LAGI!" pekik Naya kesal.

"OUGHEY BABYHHH!"

Cowok berinisial AZD itu hanya butuh waktu 15 menit untuk menyelesaikan mandinya. Setelah lumayan rapih memakai celana pendek, ia duduk di samping sang istri. Mencoba meluluhkan hatinya lagi.

"Naya sayang." Jemari Algra membelai lembut dagu Naya.

"Hm?" deham Naya yang sedang men-scroll sosmed cuek.

"Gue boleh cium anak kita nggak?"

"G!"

"Kenapa?"

"Dia belum lahir!"

"Maksudnya bukan gitu, gue ciumnya dari perut lo gitu."

Naya yang masih berwajah ketus menoleh. "Biar apa?"

"Biar anak kita bisa ngerasain bisikan hangat papanya." Algra tersenyum tipis. Setiap cm lukisan di wajahnya sangat meneduhkan saat tersenyum seperti ini.

"Y. Boleh!" Naya meletakkan ponsel dan menyerong ke kanan agar suaminya mudah mencium perutnya.

Senyum tipis Algra berubah menjadi sumringah. Ia menunduk. Berharap bisa merealisasikannya segera.

"Ish Naya, lo kok gampang banget terbuai sih!" Naya bersuara dalam hati. Ia spontan berdiri, menggagalkan aksi Algra yang katanya mau mencium dan membisikkan sesuatu pada sang anak.

"Sayang?"

"Diem lo! Bacot!" sungut Naya. Sejujurnya ia tidak ingin berkata kasar seperti barusan. Tapi entah kenapa selalu ada sesuatu yang mendorongnya untuk berperilaku seperti itu.

Algra ikut berdiri. "Masih marah ya?"

Naya yang semakin cemberut mengepal tangan, melayangkannya ke arah Algra. Tampaknya rasa dongkol itu masih ada. Kepalan tangan tersebut semakin dekat, namun tiba-tiba mematung di udara.

"AAAARGHHHH!" teriak Naya beriringan dengan kepalan tangannya yang semakin mengerat.

"Stttt...." Algra meredam kepalan tangan itu lalu membungkam mulut istrinya. "Pukul gue boleh, tapi jangan teriak kenceng kayak barusan... Gue nggak mau bayi kita kesiksa, Nay."

Naya mendongak bersama sorot matanya yang menajam. Tangannya kembali mengepal. Dan kali ini kepalan tinju itu berhasil menghujani tubuh Algra.

BUGH... BUGH... BUGH... PLAK

Saat ini Algra pasrah dengan istrinya yang sudah meninju dan menamparnya berulang.

"Algra...."

"Nggih, Dalem...."

"Lo kenapa nggak marah pas gue pukul dan tampar? Itu kan sakit...," ucap Naya, matanya mulai berkaca-kaca. Naya sadar kalau pukulan dan juga tamparan yang ia hadiahkan pada Algra tidak main-main rasanya.

Algra hanya memberi senyum.

"Hiks... harusnya lo marah... Dan pukul gue balik, tampar ju-"

Jari Algra kembali menempel di bibir Naya.

"Nay, lo nggak pantes nangis karena gue, dan gue nggak pantes marah karena lo." Algra mendekap tubuh sang istri sebelum membawanya duduk di pangkuan.

"Tapi-"

"Lo boleh apain gue sesuka lo, gue ini milik lo... Algra punyanya Naya...."

Senyum penuh ketulusan bisa Naya saksikan lewat pandangannya yang buram karena air mata.

"Udah... Nggak usah nangis lagi." Masih dengan senyum yang sama, tangan lelaki itu telaten menyingkirkan buliran air mata yang mengalir.

"Gra."

"Iya, kenapa?"

"Kalo gue marah, itu artinya gue lagi butuh pelukan," ucap Naya parau.

Atas ucapan itu, Algra langsung memeluk Naya. "Sekarang gimana, hm?"

"Lebih baik."

Beribu-ribu detik sudah terlanjur terlewati. Kini di kamar apartemen itu suasana sudah berbeda. Tidak seperti tadi yang lumayan melibatkan emosi satu sama lain.

Di ranjang yang sama, Algra tampak mencuri-curi pandang Naya yang lagi membaca Wattpad lewat ponselnya.

"Cantik," gumam Algra.

Naya melirik sinis. "Alah kebiasaan, nggak mempan!"

Tidak peduli dengan lontaran itu, Algra tetap menyegerakan niatnya yang ingin dekat dengan Naya.

Kedua tangan lelaki bermarga Danadyaksa itu sudah siap mendekap tubuh istrinya, namun-

"ISH, GUE JIJIK LIAT BULETAN ITU! JAUH-JAUH DARI GUE ALGRAFANTEKS!" ungkap Naya yang tiba-tiba kembali kesal.

Algra sadar diri, ia menunduk dan melihat dadanya sendiri.

Kira-kira begitulah dua bulatan yang dimaksud.

Sadar dirinya Algra masih berlanjut, ia mengambil kaos dan memakainya segera.

"Maaf."

"Belum gue maafin!"

Mungkin karena efek hamil Naya jadi begini. Satu hal yang pasti, Algra harus sabar. Bagaimanapun Algra akan selalu bertaut dengan hal-hal yang berhubungan dengan Naya dan calon bayinya.

01.43 WIB

Meski melewati hari yang cukup melelahkan perbatinan, sepasang pasutri yang tak lain Algra dan Naya bisa membawa dirinya ke alam mimpi. Tepat jam 10 malam mereka tidur dan secara tak sengaja menciptakan posisi cuddle seperti sekarang.

Tidak ada angin ataupun hujan, Naya langsung terduduk di tengah tidurnya.

Saat hendak mengalami sleep walk untuk kesekian kalinya sepanjang hidup, perempuan itu tersadar.

"Mimpi gue aneh banget," lirihnya saat sisa-sisa mimpinya menguasai otak.

Akibat terbawa suasana dengan mimpinya, ia membangunkan Algra.

"Kenapa bangun jam segini, hm?" Suara khas orang bangun tidur terdengar dari sosok Algra.

"Gra, gue ngidam!"

Mata Algra yang tadinya sayu langsung berbinar cerah.

"Ngidam apa?" Antusiasnya, buru-buru ia mengambil posisi duduk.

"Janji bakal di turutin?" Bahu Naya melemas karena yakin Algra tidak akan sanggup menuruti ngidamnya kali ini.

"Janji, gue akan turuti apapun yang lo mau."

"Beneran?" tanya Naya memastikan. Tangannya yang mengusap perut semakin memancing insting Algra sebagai sosok suami dan calon ayah yang baik menyeruak.

Sumpah, Algra akan lakukan apapun itu.

"Iya sayang, ngomong aja."

"Kalo nggak di turutin, bayi kita ngeces loh."

"Iya, gue tau. Sekarang lo bilang ngidamnya apa?"

"Janji?"

"Iya sayang, iyaaaa...."

Naya menghela napas dan berkata, "Gue pengen liat lo jadi maling spesialis rumah kosong malam ini juga, Gra!"

•••

3391 words

Kepanjangan ya?

Jujur, aku gak pede up part ini. Kenapa? Gak tau juga, entah kenapa akhir-akhir ini suka insecure, overthinking dan semacamnya :)

Maaf kalau gak suka.

....

Spoiler 1 (Bikin ngakak):

Spoiler 2 (Bikin kesel):

Permintaan Naya kemarin:

😊👍🏻

...

Grey dan Leora mau apa?

Oh iya, menurut kalian Raya (kakaknya Algra) buat kesel kah?

...

Password Algrafi apa?

Masih mau baca lanjutannya kan?

...

BERI AWAN ☁️

27K+ VOTE & 31K+ KOMEN FOR NEXT ❤️

...

Tunjukin antusias kamu untuk next disini 🔥

...

Follow Instagram roleplayer (@algrafizay) (rp yang lain bisa dilihat di following Algra)

Follow Instagram ku juga @queenliiiiiii_

Siang tadi aku buat channel telegram, kuy gabung. (ALGRAFI STORY)

Oh iya, soal GC WA usia aku ubah jadi 14+, tapi janji baik-baik aja ya di GC. 🌱

...

THANKS YA ☁️

SEE YOU ✨

18 Desember 2021

Salam Sukses

Queenliiiiiii

queenliiiiiii

...

Sabar Algra, sabar.
.
.
.

A L G R A F I

Continue Reading

You'll Also Like

861K 74.3K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
597K 66.7K 8
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
314K 22.7K 23
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5.8M 274K 52
Follow sebelum membaca. Cerita sudah diterbitkan dan tersedia di Shopee. ||Sinopsis|| Menceritakan tentang kisah seorang gadis bernama Revaza Khansa...