Refuser d'y Aller [KV]

By joyyby

32.6K 3.5K 127

Saling mencintai namun tak dapat bersatu karena keegoisan masing-masing pihak. Yang satu brengsek dan pandai... More

1. Menyebalkan
2. Kakak?
3. Hungry
4. Kecelakaan
5. Sial
6. Aku... Manis?
7. Pergi lagi?
8. Keanehan
9. Being protective
10. Gengsi tapi mau
11. Dokter tampan
12. Masa sih?
13. Date?
14. Tiba-tiba
15. Normal
16. Menarik
17. Jealous
18. Teori cinta segitiga
19. Kerja kelompok
20. Silent love
21. Fight
22. Taruhan
23. Racing
24. Hospital
25. The girl's
26. Akur?
27. Orang tua
28. Woke up
29. Perlakuan manis
30. Batal
31. Sahabat
32. Taken?
33. Curhat
35. Date!
36. Resmi, tapi...
37. Only
38. Caught
39. Basket
40. Boss
41. The Incident
42. Possible
43. Yeri
44. Datang
45. Lari
46. Problem
47. Snow
48. Everyone's fear
49. The ending

34. Kiss

454 56 8
By joyyby

"B-bukan apa-apa!"

Hoseok memicingkan matanya menatap curiga ke arah Taehyung. "Benar?"

"Iya! Ini hanya kertas yang berisi p-pernyataan cintaku untuk dia kok." Taehyung bingung harus beralasan apa.

Mendengar jawaban Taehyung yang konyol tapi menggemaskan itu membuat Hoseok tertawa kecil. Ia pikir itu bukan apa-apa dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Taehyung bernafas lega saat Hoseok tak menaruh curiga padanya. Karena kertas yang hampir Hoseok baca adalah hasil tes kankernya, Taehyung lupa dan sembarangan meletakkannya disitu.

Hampir saja!

Kini keduanya sudah berada di dapur dengan bahan-bahan masak yang ada. Meskipun Taehyung jarang memasak, tapi dia banyak menyimpan bahan makanan kalau sewaktu-waktu ingin memasak.

Hoseok hanya memasak yang simple karena hari memang sudah larut malam, Taehyung bilang dia ada kuliah pagi besok.

"Bikin apa Kak?" Kepala Taehyung mengembul dari belakang pundak Hoseok.

"Nasi goreng kimchi."

Taehyung tersenyum lalu duduk memperhatikan Hoseok yang telaten mengambil bermacam-macam alat di dapur yang ia punya, benar-benar Kakak yang baik!

Senyuman Taehyung luntur kala mengingat Kak Namjoon yang masih sibuk mengurusi pekerjaannya itu. Ingin saja Taehyung bilang ia menunggak biaya kuliah, tapi enggan mengatakan.

Lamunan Taehyung buyar kala pintu apartemennya terbuka menampilkan sosok Jimin dengan jaket kulit hitamnya itu. Tersenyum sebentar kepada Taehyung.

"Tae? Kukira kau sudah tidur." Sapa Jimin.

Taehyung menggeleng pelan sambil menunjuk sosok yang ada dibelakangnya, Kak Hoseok.

Jimin kaget karena melihat namja yang sudah sejak lama tak ia temui lagi, "Kak Hoseok!"

Hoseok mematikan keran air yang mengalir kala mendengar suara orang yang familiar di telinganya itu, mendapati Jimin yang tersenyum ke arahnya.

Mereka berdua saling memeluk satu sama lain yang disaksikan oleh Taehyung.

"Kapan kau tiba?"

Hoseok melepas pelukannya lalu mengajak Jimin untuk duduk sebentar, "Tadi sore."

"Aku sudah berjanji akan kesini sekitar seminggu yang lalu." Hoseok melirik ke arah Taehyung sebentar.

"Tapi tadi sore aku malah melihat dia--"

"Sstt, Kak! Rahasia..." Taehyung memotong kalimat Hoseok sambil memberikan satu jari telunjuknya tanda untuk diam.

Hoseok mengangguk paham, mungkin saja Taehyung tak mau Jimin tahu dan membuatnya khawatir.

Jimin mengangkat sebelah alisnya heran. "Apa?"

"Tidak." Kekeh Taehyung.

Ketiga namja itu saling mengobrol sampai tak terasa makanannya sudah siap. Mereka makan diiringi candaan sampai tengah malam. Kemudian Hoseok izin mandi sebentar karena panas katanya, sisa Jimin dan Taehyung yang saling menatap satu sama lain.

"A-apa?" Taehyung risih ditatap intens begitu oleh Jimin.

Tertawa kecil sambil bertanya apakah Taehyung sudah meminum obat atau belum, seperti biasa.

"Kau tak menceritakan perihal kau kecelakaan itu?"

Taehyung melotot dan tangannya mencubit paha Jimin, "Kau gila ya?! Untuk apa aku memberitahu! Toh juga aku sudah baik-baik saja."

Tangan Jimin menggenggam erat tangan Taehyung sambil menatap iris hazel itu dalam. Terkadang Jimin tak paham mengapa Taehyung begitu tertutup akan segala hal, baik itu hal sepele ataupun hal yang begitu besar. Semuanya selalu ditutupi rapat-rapat oleh Taehyung, tak jarang Jimin harus mengetahui itu semua dengan sendirinya.

"Sampai kapan kau seperti ini, Kim?" Tanya Jimin dengan nada yang begitu pelan.

"Apa maksudmu?"

Jimin menghela nafas tak memalingkan pandangannya ke arah lain selain Taehyung.

"Menyembunyikan segala sesuatu. Bisakah kau ubah sikapmu itu hanya untukku?"

Taehyung berpikir sesaat lalu menatap Jimin dengan hati yang berat. Sebetulnya dia tak tahu mengapa dirinya terlalu sulit untuk berbagi cerita dengan orang lain.

"Tak bisa, Park. Mianhe."

Tangan Taehyung melepas genggaman itu lalu beranjak berdiri dari situ menuju kamarnya berniat tidur.

Memang egois rasanya, tapi ia lebih suka menelan semuanya sendiri sampai Taehyung lelah sendiri. Rasa bersalah kian membengkak ketika terdengar bunyi pintu tertutup yang artinya Jimin sudah pergi dari situ.

Taehyung mengambil surat yang ia terima beberapa hari lalu, meskipun diiringi perdebatan oleh Jimin. Rasanya dia ingin membakar kertas ini sampai hangus tak tersisa, menjadi debu kemudian dibawa terbang bersama angin sampai tak terlihat jejaknya.

Sebetulnya dirinya sudah lelah menangisi nasibnya sendiri, tapi begitu banyak hal yang membuatnya sampai menjadi seperti ini juga.

Liquid bening itu meluncur turun dari kedua matanya tanpa permisi, hatinya sakit rasanya ketika melihat orang yang ia sayangi begitu kecewa akan sikap dirinya sendiri. Tapi Taehyung bisa apa? Itulah yang dinamakan hidup, dan Taehyung benci hidupnya.

Suara pintu kamar terbuka membuat Taehyung buru-buru menghapus air matanya kemudian meremas kertas itu sampai menjadi bola kertas yang begitu kusut, melemparnya asal sampai tak terlihat dipandangannya lagi.

"Tidur Tae, besok kuliah kan? Aku besok pagi juga ada keperluan di Seoul." Hoseok mengeringkan rambutnya di depan cermin yang ada dikamar Taehyung.

"Tentu." Ucap Taehyung riang lalu dengan secepat kilat menenggelamkan kepalanya dibalik selimut tebal miliknya.

Hoseok tersenyum melihat tingkah Taehyung yang menggemaskan. Beberapa menit melihat Taehyung yang tak ada pergerakan, membuat Hoseok berniat mengecek Taehyung yang ternyata sudah terlelap menuju alam mimpi.

Ia mencium kepala namja manis itu dengan gerakan yang begitu pelan, agar sang empunya tak terganggu dengan kegiatan tidurnya. Sedikit menangkap ada bekas air mata di pipi Taehyung membuat Hoseok tersenyum samar.

Apa yang kau sembunyikan Taehyung?

Mungkin juga Taehyung belum mau bercerita padanya, Hoseok juga paham kalau masalah yang begitu berat pastinya akan berat juga untuk diceritakan kepada orang lain.

Segera mematikan lampu dan memastikan Taehyung sudah tertutup selimut dengan nyaman, kemudian ia juga bergegas menuju alam mimpi untuk menyusul Taehyung.

• • •

Taehyung berdecak frustasi melihat buku-buku yang ia bawa, ia sedari tadi misuh-misuh mengutuk para dosen yang tak tanggung-tanggung memberikan tugas. Dan itu semua adalah tugasnya yang menumpuk semenjak tidak masuk karena kecelakaan sialan itu.

Belum lagi dia harus membeli bahan jurnal yang akan diperlukan untuk menugas nanti. Mengapa pula kertas atau alat tulis pasti cepat sekali habisnya? Kan membeli itu semua membutuhkan uang, Taehyung itu tipe manusia yang paling bimbang untuk memilih. Ketika melihat barang bagus ya borong saja sekalian, walaupun itu adalah kebiasaan buruk dirinya yang menyebabkan Taehyung menjadi pemboros.

Bicara soal uang, Taehyung sudah terpikir untuk kerja dari jauh-jauh hari. Tapi ia masih bingung mau bekerja apa.

Kerja apa?

Ia menghela nafas berat lalu menuntun kakinya berniat belok untuk menuju perpustakaan kampus, tapi malah melihat Jungkook yang sedang berjalan ke arahnya.

Buru-buru Taehyung berputar arah sambil meringis. Akan sangat konyol jika dia berpapasan dengan Jungkook tadi, dan juga tentu saja semua rencananya untuk menghindari Jungkook akan kacau begitu saja!

Akibat berjalan menunduk membuat Taehyung menabrak seseorang yang mempunyai dada begitu bidang. Ia mengangkat kepalanya guna melihat orang tersebut, ah ternyata Yugyeom.

"Maaf, aku tak sengaja." Taehyung meminta maaf sambil memundurkan langkahnya pelan.

Yugyeom tersenyum lebar sampai matanya berubah menjadi bulan sabit. "No problem."

Taehyung mengangguk pelan lalu lanjut berjalan agar ia bisa cepat menyelesaikan semua tugas-tugas ini. Tapi tangannya ditahan oleh Yugyeom dari belakang.

"Mau kemana?" Tanyanya.

Merasa ada yang menahan tangannya membuat Taehyung menoleh ke arah Yugyeom. "Aku ingin ke perpustakaan untuk mengerjakan ini semua. Kenapa?"

"Ah, tidak apa-apa. Hanya bertanya saja, habisnya aku melihatmu dari pagi dan ini sudah mau sore. Betah sekali kau di kampus?"

Taehyung tertawa menanggapi guyonan Yugyeom barusan, kalau dipikir-pikir betul juga. Mengapa ia betah sekali ada di kampus?

"Ya... Hari ini aku banyak kelas, juga menyicil hutang tugasku selama tidak masuk."

Taehyung menatap sebal tumpukan buku yang ia bawa. Sewaktu dirinya SMA dulu, menjadi anak kuliahan lalu cepat-cepat kerja adalah impiannya. Agar semakin terbebas dari yang namanya tugas, tapi tak menyangka justru sekarang ia jauh lebih kesusahan.

"Anyway, kau selama seminggu lebih tak masuk. Apa yang terjadi?" Yugyeom bertanya.

"Uhm... Bukan apa-apa."

Taehyung rasa soal kecelakaan itu tak perlu banyak orang yang tahu. Lagi pula ia baru mengenal Yugyeom, pria yang waktu itu dia tabrak.

"Baiklah." Yugyeom tersenyum miring.

Bodoh.

Yugyeom rasa Taehyung adalah orang paling bodoh yang pernah ia kenal, bisa-bisanya begitu dekat dengan orang jahat sepertinya. Tapi tak apa, semakin bodoh anak itu semakin mudah pula untuk menjalankan semua misinya.

Mereka berjalan bersama sampai tak sadar tiba di perpustakaan. Alasan Yugyeom bersamanya adalah karena Yugyeom bilang dia juga ingin mencari beberapa buku disitu, Taehyung pun mengiyakan.

Walaupun sebetulnya ia merasa tak nyaman dipeluk dari belakang oleh Yugyeom, atau terkadang tangan orang itu menyentuh bahunya.

"Kau ingin mencari buku apa?" Tanya Taehyung.

Baru ingin menjawab, namun dihentikan karena dering panggilan masuk yang berasal dari ponsel Yugyeom. Ia pergi dari situ tanpa sepatah kata yang membuat Taehyung kebingungan.

Ah, mungkin saja ada urusan.

Taehyung mengangkat bahunya acuh kemudian memilih beberapa buku-buku di rak tersebut. Ingin menggapai buku yang ia mau namun tak sampai, hingga ada sebuah tangan bertato yang ia kenali itu siapa.

Membalikkan badannya ke arah orang itu sampai menabrak dadanya karena jarak yang begitu dekat. Jantung Taehyung berdebar begitu kencang ketika melihat sosok yang ia hindari seharian ini.

Tak ingin semakin lama ditatap terus-menerus oleh Jungkook, tangan Taehyung berusaha menggapai buku yang ia inginkan. Tapi tangan Jungkook begitu tinggi untuk ia gapai, sehingga menyerah dengan raut wajah yang begitu kesal.

"Apa mau mu?!"

Entah keberanian darimana yang hinggap di diri Taehyung sehingga berani meneriaki Jungkook, meskipun sedari tadi jantungnya menari-nari begitu kencang.

Jungkook tak menjawab dan malah mengikis jarak mereka berdua semakin dekat, dan semakin dekat. Sampai punggung Taehyung membentur rak buku perpustakaan itu.

Ibu jari Jungkook terangkat untuk menyentuh bibir Taehyung yang berwarna merah alami yang membuat hormonnya keluar begitu saja. Tanpa basa basi pemuda yang menyandang marga Jeon itu menempelkan bibirnya pada bibir Taehyung.

Yang awalnya hanya menempel kemudian perlahan berubah menjadi lumatan. Meskipun Taehyung tak melawan, tapi bibir Taehyung tak mau terbuka sehingga ia menggigit bibir ranum itu agar dapat melesak masuk kedalamnya.

"Hmpphh..." Taehyung bersuara di sela-sela ciuman panas itu, berusaha melepaskan diri namun tak bisa karena sudah dikunci pergerakannya. Beruntung di bagian pojok perpustakaan sangat sepi sehingga tak ada yang melihat adegan panas mereka.

Tanpa sadar ia mengalungkan tangannya ke leher Jungkook yang sedari tadi melumat bibirnya begitu lembut. Tentu saja Taehyung terbuai dan berusaha membalasnya meskipun tak dapat menyeimbanginya.

Jungkook melepas tautan itu lalu menatap wajah memerah Taehyung yang sedang meraup oksigen banyak-banyak. Wajah Taehyung tampak begitu menggoda dengan benang saliva yang masih mengalir, seolah memancing Jungkook agar dapat berbuat lebih jauh lagi.

Sadar akan hal ini, Taehyung memalingkan wajahnya kearah lain sambil mengusap bibirnya yang sudah begitu bengkak.

Tak bohong kalau ia suka. Apakah itu adalah hal yang salah jika ia menyukai ciuman Jungkook tadi? Lagi pula kan Taehyung memang menyukainya.

Dia sebisa mungkin menghindari tatapan Jungkook padanya, meskipun Jungkook tepat berada didepannya.

"Kenapa kau menghindar dariku?" Dengan nada yang begitu dingin Jungkook lontarkan.

Pertanyaan Jungkook tadi berhasil membuat Taehyung menatap kedua mata Jungkook yang tampak mengintimidasi.

"Apa urusanmu?" Taehyung membalas tak kalah dingin, meskipun hatinya berkata lain.

"Urusanku?"

Jungkook meninju dengan keras rak buku itu tepat disamping Taehyung. Tak sedikit buku-buku berjatuhan karenanya.

Taehyung yang takut hanya bisa menunduk sambil memilin pelan ujung bajunya.

"Bisakah aku bertanya balik? Apa urusanmu dengan bedebah tadi?"

Siapa? Yugyeom?

"S-siapa? Yugyeom maksudmu?"

Jungkook kesal sekali rasanya ingin menghajar habis-habisan wajah menyebalkan Yugyeom itu. Berani-beraninya dia memeluk Taehyung tadi dengan alasan berjalan bersama, memangnya Jungkook tak lihat?

Dia juga tahu tadi Taehyung hampir berpapasan dengannya tapi memutar arah jalannya. Kentara sekali kalau ingin menghindari Jungkook.

"Lupakan. Aku bertanya sekali lagi, kenapa kau menghindari ku Tae?" Jungkook bertanya sekali lagi dengan nada yang lebih lembut.

Tapi bukannya jawaban yang didapat, ia malah terus-terusan melihat Taehyung menunduk ketakutan.

Rahang Jungkook mengeras melihat Taehyung ketakutan seperti itu, entah mengapa Jungkook merasa sebagai pria paling brengsek yang ada di dunia ini.

"Lihat aku."

Taehyung tetap menundukkan kepalanya tak berani menatap Jungkook.

"I said, look at me. Kim Taehyung."

Akhirnya hal itu berhasil membuat Taehyung menatap Jungkook dengan mata memerahnya. Melihat itu, Jungkook pun tersenyum lembut sambil menghapus pelan air mata Taehyung.

"Aku tak pernah sembarangan mencium orang lain kau tahu?"

Sementara Taehyung yang tak mengerti hanya diam saja sambil menetralkan detak jantungnya akibat perlakuan Jungkook tadi. Skinship yang Taehyung rasakan ketika bersama Jungkook begitu aneh, rasanya menggelitik namun menyenangkan.

"L-lalu?"

Rasanya Jungkook tak tahan ingin meledakkan semuanya sekarang, betul-betul ingin menyatakan perasaannya pada Taehyung sekarang juga. Tapi di tempat ini bukan hanya mereka berdua yang menempati, ada pula orang lain.

Jungkook mengusap lehernya pelan sambil membuat sedikit jarak antara keduanya. Bibir Taehyung membuat matanya gagal fokus terus-menerus, dan itu bisa berbahaya.

"Nanti malam aku akan menjemputmu. Bersiaplah."

Jungkook meninggalkan Taehyung yang masih mematung ditempat menatap kepergiannya. Ia mengerjap pelan sambil mencerna kalimat Jungkook tadi, Taehyung pun mengerti kalau ia akan melakukan... Date?

Taehyung menepuk-nepuk pipinya tak percaya sambil tak henti-hentinya tersenyum, ia buru-buru mengambil semua buku yang harus ia kerjakan lalu segera pergi dari situ.

"HEI BERESKAN KEKACAUAN INI!!"

Bukannya membereskan buku-buku yang berserakan itu, Taehyung terus berlari agar bisa cepat pulang.

"Maaf noona! Lain kali ya!" Teriaknya kepada penjaga perpustakaan itu.

Gadis yang bertugas sebagai penjaga perpustakaan itu hanya bisa mencebik kesal. Memang Taehyung itu langganan merusuh di perpustakaannya, entah bersama dengan teman berambut pirangnya itu atau hanya seorang diri.

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Continue Reading

You'll Also Like

2K 243 5
[COMPLETE] berawal dari Taehyung yang terpilih sebagai salah satu peserta kelas nasional di Busan, mengenalkannya pada seseorang yang berhasil menari...
1.9M 93.2K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 153K 50
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.5M 27.5K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...