Refuser d'y Aller [KV]

By joyyby

36.4K 3.8K 127

Saling mencintai namun tak dapat bersatu karena keegoisan masing-masing pihak. Yang satu brengsek dan pandai... More

1. Menyebalkan
2. Kakak?
3. Hungry
4. Kecelakaan
5. Sial
6. Aku... Manis?
7. Pergi lagi?
8. Keanehan
9. Being protective
10. Gengsi tapi mau
11. Dokter tampan
12. Masa sih?
13. Date?
14. Tiba-tiba
15. Normal
16. Menarik
17. Jealous
18. Teori cinta segitiga
19. Kerja kelompok
20. Silent love
21. Fight
22. Taruhan
23. Racing
24. Hospital
25. The girl's
26. Akur?
27. Orang tua
29. Perlakuan manis
30. Batal
31. Sahabat
32. Taken?
33. Curhat
34. Kiss
35. Date!
36. Resmi, tapi...
37. Only
38. Caught
39. Basket
40. Boss
41. The Incident
42. Possible
43. Yeri
44. Datang
45. Lari
46. Problem
47. Snow
48. Everyone's fear
49. The ending

28. Woke up

464 59 0
By joyyby

"Maaf, tapi kami belum bisa menemukan bukti yang kuat sampai sekarang."

Jimin memalingkan wajahnya dari polisi dihadapannya sambil berdecak kesal.

Sudah tiga hari lamanya tapi tak ada sama sekali perkembangan, "Ayolah, ini adalah kasus serius dan tak bisa dianggap remeh begitu saja Sir."

Bisa saja Jimin menyelesaikan kasus ini dalam sehari, namun bukan itu solusinya. Menyogok polisi dengan segumpal uang? Itu hanyalah jalan keluar seorang pemalas yang mengandalkan uang dalam segala hal.

Dia menghela nafas pelan lalu beranjak dari situ tanpa sepatah katapun, Jimin jadi terpikirkan tentang mobil sport hitam yang ditangkap oleh kamera CCTV jalan itu. Ia merasa pernah melihat, tapi lupa dimana.

Ting!

Jungkook

Taehyung barusan sadar.

On the way.
(Dibaca)

Dengan jantung yang berdebar senang serta keringat yang membasahi pelipisnya, Jimin segera datang ke rumah sakit itu yang berjarak cukup jauh.

Tapi bukan Park Jimin namanya kalau tidak mengebut, buktinya 20 menit perjalanan saja sudah sampai.

Membuka pintu dengan semangat, melihat Taehyung yang sudah tidak memakai masker oksigen lagi. Dan juga... Jungkook?

Ada apa dengan orang itu?

Mereka berdua saling berpandangan menatap heran satu sama lain sebelum Jungkook yang memutuskan pandangan itu dan berjalan keluar.

Dia baru saja melihat mata Jungkook sembab dan juga kemerahan, tak mungkin kan berandal itu menangis? Ya walaupun Jimin juga akan menangis sewaktu Taehyung bangun, dengan catatan menangis bahagia.

Ingin bertanya tapi gengsi, toh juga orangnya sudah keluar.

Jimin mendekati Taehyung lalu terduduk disitu, baru saja duduk sudah dikagetkan oleh suara seseorang. Ah, ternyata Dokter Lee.

Dokter itu terlihat membawa sebuah map dokumen lalu membungkukkan badannya pelan yang juga dibalas oleh Jimin, "Ah, nee. Ada apa dok?"

Dokter itu menggeleng samar sambil tersenyum kecil kemudian mengecek selang infus Taehyung yang sudah terpasang dengan benar.

"Mari ikut keruangan saya."

Jimin mengangguk pelan lalu mengekor dibelakang, ketika di lorong dia sempat melihat Jungkook yang berlari entah kemana.

Tak menunggu lama mereka berdua sampai diruang kerja dokter itu. Seperti biasa, Jimin tentunya akan dipersilahkan duduk. Tapi dokter itu memberikan sebuah map dokumen yang daritadi dia pegang.

"Ini." Map tersebut diterima oleh Jimin dengan keheranan.

Dokter tersebut hanya tersenyum di wajah lelahnya, lalu membuka kacamatanya. "Itu adalah hasil rontgen yang kulakukan kemarin."

Oh iya. Jimin baru ingat.

Dia menghembuskan nafasnya pelan sambil membuka dokumen tersebut, terdapat foto rongga kepala yang Jimin tak tahu apa itu.

Dokter Lee menunjuk kearah sebuah benjolan kecil yang terdapat di bagian otak sebelah kanan. "Itu."

Dokter Lee menyandarkan punggungnya ke kursi yang dia duduki, menghela nafas sambil menatap Jimin.

"Temanmu itu benar-benar terkena kanker, dan sekarang memasuki stadium 2."

Bagai terkena serangan jantung di detik itu, rasanya Jimin bisa saja masuk ke ruang gawat darurat yang ada di rumah sakit itu.

"Apa..."

Mencoba menenangkan sambil menepuk pelan pundak Jimin, "Ada baiknya untuk menunggu temanmu itu sembuh total, baru kau bisa menanyakan hal ini padanya."

"Karena sejujurnya ini adalah peningkatan, yang artinya sebelumnya ini adalah stadium 1."

Jimin meremas dokumen itu, "Lalu apa masih bisa disembuhkan?"

"Tentu." Dokter Lee tersenyum.

Bagaimana harus mengatakannya, Jimin tak tahu. Ia tahu menjadi Taehyung pasti berat, tapi seberat itukah sampai menyembunyikan hal seperti ini darinya?

"Dan ketika dia bangun jangan langsung menanyakan hal ini, karena bisa membuat psikisnya drop."

"Baiklah kamsahamnida." Jimin tersenyum lalu keluar dari situ.

Dia mengusap wajahnya kasar, tak terhitung seberapa pusing dirinya saat ini.

• • •

Taehyung terbangun ketika merasa mendengar suara obrolan yang masuk sampai ke telinganya. Dia mengerjapkan mata perlahan, kepalanya terasa sedikit pusing.

"Tae?"

Taehyung melihat Jimin yang sedang berjalan kearahnya, juga ada Jungkook yang ada disitu.

"Berapa lama aku disini?" Taehyung bertanya dengan nada yang lemas.

Baru saja Taehyung ingin duduk tapi dihentikan oleh Jungkook, "Tidur saja."

Taehyung cemberut dengan kesal sambil menyibak selimutnya yang membuat dirinya terasa gerah. "Menyebalkan."

"Dia itu memang menyebalkan Tae, jangan dekat-dekat makanya." Jimin mengompori.

Tapi Jungkook tidak terpancing, dia malah dengan santainya menatap Taehyung yang sedari tadi merenggangkan otot-ototnya.

"Terlalu lama tidur membuat tubuhku kaku."

"Sok sekali kau. Olahraga saja tidak pernah!" Jimin mengejek Taehyung tetapi sambil tersenyum lembut.

"Suka-suka! Dan jangan tersenyum begitu, kau terlihat menyeramkan Jim." Taehyung merebut ponselnya yang dipegang oleh Jimin.

Jimin berdecih pelan mendengar itu, kalaupun dia menyeramkan harusnya Taehyung berteriak atau kabur darinya. Dasar alien tak tahu diri.

"Handphone kesayanganku retak..." Wajah si Kim itu kembali tertekuk melihat ponselnya yang retak.

"Jangan sedih, nanti kubelikan yang baru." Itu Jungkook yang sedang memangku dagunya.

"Seriusan?!"

Jungkook tertawa pelan, tangannya mengacak-acak pelan rambut Taehyung. "Iya, apapun di dunia ini sanggup aku belikan kalau untukmu."

Pipi Taehyung yang tampak pucat itu seketika memerah, mungkin dirinya harus meminum banyak-banyak ramuan anti gombal agar tidak terlalu bawa perasaan. Soalnya takutnya dijatuhkan.

"Apa sih kau." Taehyung mencubit pelan perut Jungkook.

Jimin tampak acuh sedari tadi. Menyadari ada kehadiran Jimin, Jungkook berdehem pelan yang membuat Jimin menoleh kearahnya.

Jari telunjuk Jungkook membentuk angka 1 yang dibalas wajah kesal oleh Jimin.

1 vs 0

Benarkah? Kalau begitu Jimin juga bisa!

"Tae apa kau mau makan?"

Taehyung menoleh kearah Jimin yang tampak... Entahlah, mengapa tidur sebentar rasanya Jimin makin tampan? Tapi buat apa Taehyung mengakui, bisa-bisa dia dihujat habis-habisan oleh si pemilik jari bantet itu.

"B-boleh."

"Itu apa di pipimu?" Tanya Jimin.

"Apa?" Taehyung menyentuh pipinya pelan, memastikan tidak ada kotoran yang menempel.

"Ini." Jimin menyentuh pipi Taehyung pelan, lebih tepatnya mengelus.

"Sumpah apa sih!" Taehyung dengan wajah yang memerah sambil mengumpat pelan.

Jimin hanya tertawa lalu melihat Jungkook yang bersedekap dada sambil menatap Jimin dengan tajam.

1 sama.

Taehyung lebih memilih memainkan ponselnya sambil mengacuhkan dua orang tadi.

Sepertinya tidur berhari-hari membuat ponselnya begitu berdebu akan notifikasi, apalagi notifikasi chat.

Ia melirik kearah Jimin dan Jungkook yang berada di kanan kirinya sedang bertatap-tatapan sambil berkomat-kamit? Ada apa dengan mereka berdua? Sepertinya banyak yang terjadi selagi Taehyung koma.

"Ck, aku lapar Jim!"

Jimin agak sedikit terkejut mendengar suara Taehyung yang melengking, buru-buru ia keluar dari situ untuk membelikan makanan.

Tapi sebelum itu dia mengancam Jungkook dengan jari telunjuknya, "Jangan macam-macam kau."

Ya takutnya dia tinggal sebentar Jungkook sudah macam-macam, melecehi Taehyung misalnya?

"Bodoh, aku tidak akan memperkosa orang yang sedang sakit. Iya kan Tae?"

What the f-

Taehyung menampar kepala Jungkook yang dibalas oleh ringisan Jungkook.

"Brengsek kau." Tahukah mereka wajah Taehyung benar-benar seperti tomat sekarang?

Jungkook yang masih meringis itu hanya tertawa pelan, "Aku keluar dulu ya?"

"Buat apa?"

Jungkook mengambil juul dari saku jaketnya.

"Nyebat."

Kaki Taehyung menendang Jungkook, "Sana!"

Sementara Jungkook hanya misuh-misuh tidak jelas, kenapa ada orang yang bangun sehabis koma seperti dia? Tendangan Taehyung berasa sekali, bukan berasa di tubuh. Tapi di...

Ah sudahlah, Jungkook tersenyum sumringah sekali. Sepertinya dia sudah mulai sukses dalam pendekatan?

Taehyung merasa Jimin ataupun Jungkook itu aneh, lebih baik dia lanjut saja tidur. Tapi lapar, dan kenapa si Park itu lama sekali?

Daripada melanjutkan kekesalannya, Taehyung akhirnya memilih bertelepon dengan Hyungsik.

Mereka berdua kalau mengobrol seperti lupa dunia, buktinya saja Taehyung menghabiskan waktu satu jam lebih bertelepon dengan Hyungsik. Kalau saja Jimin tidak menghentikan itu, karena Taehyung harus istirahat.

Baru sadar koma seperti orang bangun tidur biasa, ck ck ck.

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Continue Reading

You'll Also Like

1.7K 144 13
[COMPLETE] [짝 사랑 {Unrequited Love} 2nd Book}] You must read Unrequited Love (짝 사랑) first, before ypu read this story Just a story about Jihoon and Ar...
1.4M 115K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
1.5M 6.7K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
201K 13.3K 31
[𝙵𝙾𝙻𝙻𝙾𝚆 𝙰𝙺𝚄𝙽 𝚂𝙰𝚈𝙰 𝙳𝚄𝙻𝚄 𝚂𝙴𝙱𝙴𝙻𝚄𝙼 𝙼𝙴𝙼𝙱𝙰𝙲𝙰] "Baby Jungkook milik ku!" - Kim Taehyung "TIDAK!! Baby Jungkook milik ku!"...