sekali tamat MPREG (season 2)

By kim_minzy

50.8K 1.4K 221

gambar sampul dari google bukan punya author. jadi udah tau dong dari judulnya juga, ini cerita cowok bisa ha... More

cleaning servis
demit

DUKUN 2

26.4K 642 65
By kim_minzy

"apa 'dia' sudah hamil?" Ucap seorang perempuan cantik, pada seorang pemuda didepannya.

"Belum bu, aku rasa waktunya belum tepat..." Balas pemuda itu sebenarnya berbohong pada perempuan yang ternyata adalah ibunya, ibu pemuda tersebut terlihat masih sangat muda dan terlihat sepantaran dengannya, padahal ibunya itu sudah menginjak kepala 4.

"Berapa lama lagi ibu harus menunggu?!, Kau tau bukan ibu sangat menantikannya?!, Ibu membutuhkan keturunannya untuk membalaskan dendam ibu selama ini!!, Kau ingin ibu terus menderita seperti ini Hasan?!, Apa kau tidak menyayangi ibu?!!!" Ucap perempuan itu Sekarang terlihat begitu marah padanya.

"Bu.... Hasan merasa ini sangat tidak adil untuknya,apa ibu tidak merasa kasihan padanya?!, Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ibu dengan keluarganya, dia juga satu-satunya orang yang tersisa dari keluarga 'itu', karena semua anggota keluarganya sudah aku bunuh atas perintah ibu!!, dia juga tidak mempunyai kesalahan apapun pada kita, Lalu kenapa ibu masih menginginkannya, dan kenapa dia harus hamil anakku?!!" Ucap pemuda itu terlihat tidak terima dengan keinginan ibunya itu.

"HASAN!!-APA KAU MEMBANTAH IBU?!" ucap perempuan itu murka, membuat Hasan tidak bisa berkata-kata lagi, mau bagaimanapun ibunya, Hasan tetap menghormati juga menyayangi ibunya itu.

"maafkan Hasan Bu... Hasan tidak akan mengulanginya lagi..." Ucap pemuda bernama Hasan itu setelah melihat kemarahan ibunya padanya, dia merasa bersalah pada ibunya setalah melawannya tadi, tapi sebenarnya hasan merasa semua perbuatan ibunya adalah salah, ibunya sudah membunuh begitu banyak orang dan menjadikan mereka sebagai tumbal hanya untuk kepentingannya sendiri, tapi Hasan sendiri tidak mengerti untuk apa dan kenapa bisa ibunya melakukan hal seperti itu.

Hasan juga sangat bingung kenapa ibunya tidak menua, wajah serta tubuh ibunya tetaplah muda seperti perempuan awal dua puluhan, dan anehnya lagi hasan juga tidak pernah melihat ibunya makan, Hasan hanya melihat ibunya makan melati sesekali, serta ada begitu banyaknya dupa serta sesajen disekeliling rumah membuat hasan tidak nyaman untuk tinggal bersama ibunya.

Tapi bersyukurnya Hasan, dia tidak harus menetap dirumah itu,karena Hasan terus saja bepergian atas perintah ibunya itu, untuk mencarikan ibunya tumbal sesuai dengan keinginannya, dan setiap bulan tertentu Hasan haruslah membawakan ibunya seorang wanita hamil untuk dijadikannya tumbal.

Dan sekarang dengan permintaan aneh ibunya, dia menyuruh Hasan untuk menghamili seorang laki-laki, iya kalian tidak salah dengar ,ibunya ingin dirinya menghamili seorang laki-laki yang kalian tahu tidak mungkin memiliki rahim, Hasan memang sudah mengawasi laki-laki itu sudah begitu lama, dia merasa tidak tega untuk berbuat hal jahat pada laki-laki yang menurutnya sangat baik itu, dia tidak pernah sekalipun berbuat jahat pada orang lain, hingga Hasan tidak mempunyai alasan apapun untuk membencinya.

Tapi Hasan tidak punya pilihan lain, Hasan keluar dari rumah ibunya itu, dia berniat untuk menemui laki-laki dengan tubuh yang menurutnya sangat mungil itu, mau bagaimanapun dia harus tetap menuruti permintaan ibunya itu, dia tidak mau ibunya marah dan menganggapnya anak tidak berguna, Hasan sangat tidak mau mengecewakan ibunya itu.

Hasan menggenggam 'sesuatu' ditangannya sembari merapalkan sebuah mantra, sesuatu itu pemberian dari ibunya, untuk hasan berikan pada laki-laki Mungil yang Hasan tahu bernama Wira, Hasan melihat wira yang baru pulang dari hutan setelah mencari kayu bakar.

Hasan berjalan kearah wira dengan cepat, sebari masih merapalkan jampi yang disuruh ibunya , wira yang tidak terlalu memperhatikan jalan dengan sengaja ditabrak oleh tubuh hasan dari depan, wira yang sedang menggendong kayu bakar itu terjatuh tapi dengan cepat tubuhnya ditangkap oleh Hasan, juga dengan sangat cepat pula Hasan menyelipkan sesuatu yang sedari tadi dia pegang disaku baju Wira tanpa diketahuinya.

"Aduhh!- ma-afkan saya.... Saya tidak terlalu memperhatikan jalan..." Ucap Wira mengaduh, dan langsung meminta maaf, dia kira dialah yang tidak sengaja menabrak laki-laki bertubuh besar didepannya ini. Kayu bakar yang dibawa Wira ikut terhambur karena ikatannya terlepas.

"Tidak-tidak, sayalah yang harusnya minta maaf, apa kamu tidak apa-apa?" Balas Hasan dia membantu Wira berdiri, lalu membantu membereskan kayu yang tadi dibawa laki-laki Mungil itu.

"Saya tidak apa-apa tuan... Maaf saya barusan sedikit melamun, apa tuan juga tidak apa-apa?, Saya menabrak tuan dengan cukup keras, dan tuan malah menahan tubuh saya..." Ucap wira panik, dia mencoba melepaskan diri dari tubuh hasan yang barusan menahannya agar tidak terjatuh, wira juga mulai membereskan kayu yang tadi dia bawa, Wira sedikit menoleh untuk melihat wajah seseorang yang menabraknya ini.

Dan Wira merasa sangat kagum dengan wajah laki-laki ini, wajahnya begitu tampan, Wira merasa belum pernah melihat laki-laki ini disekitaran desanya ini, Wira menatap laki-laki itu lekat, dia merasa pernah melihat laki-laki ini tapi dimana, Wira lupa atau entah itu hanya perasaannya saja.

"Apa ada yang salah dengan wajahku?" Ucap Hasan ketika dia tahu bahwa Wira terus saja menatapnya.

"Ma-maaf tuan, saya pikir tuan bukanlah orang sini?!, Apa tuan pendatang?." Ucap Wira gelagapan dan juga malu akibat ketahuan memperhatikan wajah orang asing didepannya ini, Wira akhirnya berdiri setelah dia selesai mengikat semua kayunya, diikuti oleh Hasan, mereka saling berhadapan, dan Sekarang bisa terlihat perbedaan ukuran tubuh mereka yang terlihat berbeda jauh.

"Iya saya baru datang ke desa ini dan sedang mencari penginapan, apa kamu tahu penginapan yang ada dikampung ini?." Ucap Hasan berbohong, dia tentu saja bukanlah pendatang, meskipun dia tidak tinggal didesa ini, tapi dia sudah sangat hapal seluk-beluk desa kecil ini.

"Tuan...di desa ini tidak ada penginapan..." ucap Wira dengan ucapan yang terlihat sangat menyesal.

"Apa benar-benar tidak ada sama sekali? aku tidak mungkin bisa pergi jika malam, disini juga tidak ada kendaraan yang bisa membawa saya ketempat yang ingin saya tuju...." Ucap Hasan dia terlihat kebingungan dan tentunya itu juga hanyalah kepura-puraan.

"Iya tuan... tapi kalau tuan berkenan tuan bisa tinggal sementara dirumah saya, kebetulan saya tinggal sendirian, hingga tuan tidak perlu sungkan.." ucap Wira, dia tentu saja tidak ada niat lain selain membantu orang asing didepannya ini, dia hanya merasa kasihan jika orang ini terlunta-lunta didesanya, apalagi hari akan menjelang malam.

"Benarkah?, Apa tidak merepotkan?, apalagi kita baru bertemu dan tidak mengenal satu sama lain... Apa kamu tidak curiga kepadaku?". Ucap Hasan dia sebenarnya sudah mengira bahwa laki-laki mungil didepannya akan langsung menawarinya untuk tinggal dirumahnya tanpa rasa curiga sedikitpun, Wira sangatlah polos hingga menganggap semua orang itu adalah orang baik.

"Iya tuan saya serius, saya yakin tuan juga orang baik, kalau memang tuan ingin berniat jahat pada saya, saya tidak punya sesuatu apapun yang berharga untuk tuan curi, dan perkenalkan nama saya Wira... Nama tuan siapa?, Kita harus berkenalan bukan agar tidak menjadi orang asing lagi?." Ucap Wira dia mengulurkan tangannya, dengan senyuman manisnya yang terlihat polos dan tulus.

"Kau sangat baik Wira, perkenalkan namaku hasan, dan sangat beruntungnya aku bisa bertemu denganmu..." Ucap Hasan dia menjabat tangan kecil Wira yang begitu hangat digenggamannya.

"Apa Wira boleh memanggil tuan dengan sebutan Abang? Bang Hasan misalanya, sepertinya tuan lebih tua dari wira?." Ucap Wira, sembari mengangkat kayu yang tadi dia bawa, tapi dengan begitu cepat ditahan oleh Hasan dia langsung mengambil alih kayu-kayu tersebut.

"Biar aku saja, dan kamu boleh memanggilku sesukamu." Ucap Hasan dia mengangkat kayu itu seperti bukan sebuah beban, dia lalu menatap pada wira didepannya yang terlihat terkagum-kagum padanya.

"Wahh terimakasih banyak, bang Hasan ternyata kuat sekali..." Ucap Wira dengan nada yang terdengar ceria dan kekanakan,Wajarlah Wira kelakuannya masih begitu, mungkin sekarang umurnya saja baru menginjak 15 tahun, sedangkan Hasan sudah berumur 26 tahun.
.
.
.

Mereka berjalan menuju rumah Wira yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat pertama mereka bertemu, dijalan tentu saja tidak sedikit orang yang disapa laki-laki mungil itu, semua orang sepertinya mengenal laki-laki mungil ini dengan baik.

Sesampainya di rumah, Wira lalu menunjukkan seisi rumahnya pada hasan, yang menurut Hasan sangat kecil itu, dibandingkan rumah Wira dulu saat kecil, sangat berbeda jauh.

Mengapa Hasan bisa tahu, karena memang dulu dia pernah kerumah laki-laki Mungil ini saat dia masih kecil, mungkin umurnya baru 5 tahun dan Hasan waktu itu baru 17 tahun.

Hasan bukanlah bertamu ke rumah Wira saat itu, dia hanya memiliki sebuah misi untuk membunuh seluruh keluarga Wira tanpa menyisakan satupun keluarga itu kecuali Wira, mereka bertemu dengan pertama kalinya, hasan bisa melihat bagaimana wira waktu itu, wira kecil hanya bisa menangis belum mengerti apapun saat hasan yang menggendong wira keluar dari rumahnya itu, rumah besar wira dibakar begitu saja oleh hasan dengan wira yang terus menempel dalam gendongannya tidak mau melepasakannya.

perasaan sangat bersalah hasan saat melihat wira tertidur dipelukannya, ketika hasan selesai melakukan misinya dan dengan terpaksa harus meninggalkan wira sendirian, wira kecil ditidurkan hasan dibawah pohon, hasan memberikan kalung jimat miliknya untuk wira, tidak tahu kenapa baru pertama kali dia sangat bersalah hingga dia begitu peduli dengan korbannya, padahal dia sudah sangat sering melakukan hal seperti ini yaitu membunuh seseorang dan bahkan membunuh seorang bayi begitu saja, tapi anehnya saat dia melihat wira dia tidak tega seakan ada ikatan batin yang tidak bisa dijelaskan.

.

.

.

.

kembali kekeadaan sekarang, wira menyuruh hasan untuk mandi terlebih dahulu sedangkan dia memasak makan malam untuk mereka, wira merasa tubuhnya tiba-tiba tidak enak dan tubuhnya merasakan hal aneh , apalagi diarea perutnya seakan ada sesuatu yang berbeda, wira meraba perutnya yang terasa aneh, dan tubuhnya tiba-tiba terasa panas.

wira dengan cepat menyelesaikan masakannya, ketika dia melihat hasan yang keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah serta tubuh bagian atas yang toples, hasan hanya memakai celana panjangnya saja, wira yang melihat itu entah kenapa wajahnya memerah dan dia merasakan hal aneh pada tubuhnya semakin menjadi.

"wira apa kamu baik-baik saja? wajahmu memerah?" ucap hasan dia menghampiri wira yang terlihat tidak baik-baik saja.

"a-aku ngga apa-apa... bang hasan kenapa tidak memakai baju?" ucap wira polos, matanya tidak berani untuk menatap balik pada hasan yang sekarang duduk didepannya, wira sangat malu.

"maaf wira bajuku kotor, dan bau keringat aku melepaskannya karena tidak nyaman, aku juga tidak membawa baju ganti..." ucap hasan dia menjelaskan keadaannya mengapa dia tidak memakai bajunya kembali.

"bang hasan mau pinjam baju wira?" ucap wira dia langsung berdiri berniat mau mengambil bajunya untuk dipakai hasan.

"wira tidak usah, aku baik-baik saja seperti ini, dan bukannya aku menolak aku hanya merasa bajumu tidak akan muat untukku..." ucap hasan, dia menahan tangan wira dan menyuruhnya untuk duduk kemabali.

"oh, i-ya juga, kalau begitu mari makan bang hasan, maaf wira cuman mampu membuat makanan sederhana seperti ini.."ucap wira lagi, dia masih menunduk malu.

"terimakasih wira, ini juga sudah sangat cukup untukku..."ucap hasan lembut.

.

.

.

.

makan malam itu berlansung dengan hidmat, dan juga sedikit pujian dari hasan atas masakan yang dibuat wira yang ternyata sangat enak.

malam itu setelah makan malam wira langsung mandi dan berencana akan langsung tidur karena dia masih merasa badannya sedang tidak enak, wira menyiapkan tempat tidur untuk hasan karena memang rumahnya tidak memiliki kamar tamu, dan hanya memiliki satu kamar.

"bang hasan ga apa-apa kan tidur disini?" ucap wira dia sudah selesai menyiapkan sebuah kasur lipat dengan bantal juga selimut untuk hasan diruang tengah, dia menatap hasan yang sedari tadi berdiri dibelakang tubuhnya, yang tidak wira sadari hasan terus memperhatikannya tanpa tahu apa yang ada dipikirannya.

"iya wira tidak apa-apa, kamu sepertinya harus cepat istirahat, kamu terlihat tidak baik-baik saja..." ucap hasan dia terlihat khawatir.

Wira hanya mengangguk dia dengan cepat masuk ke kamarnya, tubuhnya benar-benar terasa aneh dan sangat panas, apalagi area kemaluannya, wira tidak mengerti, dia merasa ada sesuatu yang harus dilepaskan juga dipuaskan tapi dia tidak tahu bagaimana caranya, wira dengan perlahan meraba kemaluannya yang terasa menegang keras itu, terasa sangat aneh tapi membuat Wira terus melakukan itu.

"Ummhh...." Dengan polosnya satu desahan keluar begitu saja dari bibir ranum wira.

Dengan wajah yang merah padam, Wira berusaha menahan desahannya, dia takut Hasan mendengar suaranya.

Wira berusaha untuk membuat dirinya merasa lega tapi tidak bisa, dia bahkan hampir menangis ketika rasa panas dan aneh pada tubuhnya tidak bisa hilang, dia ingin seseorang menyentuhnya, Wira tidak tahu kenapa pemikiran itu tiba-tiba datang padanya hingga dengan terpaksa dia menghampiri Hasan yang tertidur diruang tengah, siapa tahu Hasan bisa membantunya untuk menghilangkan rasa aneh ditubuhnya.

"Bang Hasan..." Ucap Wira dengan pelan, dia mengguncang tubuh Hasan dengan perlahan, sebenarnya dia merasa tidak enak pada hasan, tapi mau bagaimana lagi, dia terpaksa.

"Wira ada apa?..." Ucap Hasan, dia pura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan barusan dia pura-pura tidur padahal sebenarnya sedang menunggu Wira untuk menghampirinya.

"B-bang bisa bantu Wira...Wira rasa, Wira sakit...tubuh wira panas..." Ucap Wira dengan lemah, dan anehnya dia malah semakin mendekat kearah Hasan.

Dengan perlahan tangan hasan meraba kening Wira, lalu kepipinya tapi reaksi yang dikeluarkan Wira membuat hasan sedikit terkejut, wira tiba-tiba menggenggam tangannya.

"Ummmhh... b-ang sentuh wira...." Ucap Wira melenguh, entah itu sadar atau tidak, dan Hasan tentunya tahu ini merupakan reaksi dari benda yang dia taruh disaku Wira tadi sore, ini merupakan hal wajar, tubuh wira sedang bereaksi pada mantra itu, ini kesempatan untuk Hasan dia harus bisa meniduri Wira dan membuatnya hamil.

"Kamu akan menyesal wira...." Bisik Hasan, terdengar lirih dia tentu saja tidak mau menodai Wira yang begitu polos serta baik, tapi dia juga tidak mungkin mengecewakan ibunya lagi, ini sudah waktunya, dan kenapa wira masih tetap dibiarkan hidup sampai saat ini , itu karena dia adalah reinkarnasi dari seseorang yang kata ibunya akan membuatnya dapat melancarkan seluruh balas dendamnya.

Dengan perlahan hasan menidurkan tubuh Wira diatas kasur yang tadi dia tiduri, Hasan mendekatkan bibirnya kearah bibir ranum wira yang terlihat memerah karena sedari tadi digigit oleh sang empunya.

"Ummppckk!- akhh- bang... Mpphhck!!" Ucap Wira ketika hasan mulai melumat bibir, yang tentu saja tidak mahir dalam hal berciuman, ini juga merupakan ciuman pertamanya.

Tangan Hasan lalu membuka baju Wira dan membuatnya sepenuhnya polos tanpa pakaian apapun yang menghalangi, tangan Hasan mulai menggerayangi seluruh tubuh wira yang terasa lembut ditangannya.

Mulut Hasan pindah keleher Wira dan memberikan beberapa kissmark disana, lalu turun kedada dia melihat bagaimana kerasnya puting Wira yang terlihat mencuat membuatnya ingin mengusapnya lebih keras, tubuh wira sangat sensitif sehingga membuat sentuhan sekecil apapun dari Hasan Wira akan mendesah.

"Abanngg!!- akhh-...ahhh." Wira mendesah dengan polosnya, dia sebenarnya tidak tahu apa yang dilakukan Hasan pada tubuhnya, wira hanya merasa keenakan serta ingin lebih dan lebih tanpa bisa dia tahan.

Tangan hasan membuka kedua paha wira agar mengangkang, dia sudah tidak sabar, dan ingin memasukkan kejantanannya pada tubuh Wira, dia melihat bagaimana lubang mungil itu berkedut dan sudah basah dengan lendir yang terlihat keluar dari analnya, Hasan tidak tahu itu apa tapi lendir itu memudahkan nya untuk melakukan penetrasi pada laki-laki Mungil dibawah kukungan tubuhnya ini.

Satu jari Wira masuk kedalam lubang anal Wira membuat Wira mendesah, dia merasa geli pada lubangnya itu dan terasa nikmat ketika Hasan memasukkan jarinya kedalam sana.

"Ahh-sshhh... Abanggg, wi-ra pengen lebih disana gatal sekali..." Ucap Wira padahal tiga jari Hasan sudah masuk kedalam lubang analnya.

"Ini akan sakit... Tapi aku yakin setelahnya kamu akan menikmatinya..." Ucap Hasan dia membuka resleting celananya lalu mengeluarkan kejantanannya yang gemuk serta panjang itu dihadapan Wira.

Wira yang melihat itu hanya bersemu dia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya, seharusnya dia malu dan risih ketika Hasan melakukan itu pada tubuhnya, tapi anehnya malah kebalikannya tubuh Wira bahkan menginginkan sentuhan yang lebih itim dari Hasan.

"Aku akan pelan-pelan..." Ucap hasan, dia menatap Wira lalu mencium bibirnya lagi, Hasan memasukkan kejantanannya pada lubang Anal wira yang sekarang terlihat memerah dan menggodanya untuk segera memasukinya.

"AKHH!!- bangg!, Shhh-sakithhh ahh!!" Ucap wira tangannya memeluk bahu hasan refleks ketika dia merasakan kejantanan Hasan yang menurutnya sangat besar itu perlahan masuk kedalam tubuhnya secara keseluruhan, memang terasa sakit tapi anehnya Wira malah menikmati itu.

"Ahhh!!AKHH!!-mmhh...bangg!, pelaan!!" Ucap Wira ketika Hasan langsung memaju mundurkan kejantanannya dengan cepat, tanpa memberi waktu untuk wira bernapas, desahan Wira terdengar keras ketika hasan mempercepat tempo bercintanya.

Desahana itu mungkin bisa terdengar keluar, tapi mereka tidak sadar dan terus melakukan persetubuhan itu hingga dinihari, Wira pingsan dan hasan merasa ini merupakan persetubuhan terhebat yang pernah dia rasakan selama ini, bisa dibayangkan bagaimana panasnya persetubuhan mereka malam itu.
.
.
.
.
Esoknya tepatnya jam 10 pagi Wira akhirnya terbangun, dengan kondisi yang berantakan serta tubuh yang bau sperma, Wira melihat kesekeliling rumahnya dia tidak melihat laki-laki itu lagi, perasaan sedih ketika dia ditinggalkan begitu saja oleh laki-laki itu entah kenapa begitu menusuk hatinya, wira terbangun dengan tertatih, dia bisa merasakan suatu mengalir dari lubang analnya dia tahu itu sperma laki-laki itu yang masih tersisa ditubuhnya begitu banyak, entah berapa kali mereka bersetubuh semalam dan entah berapa kali Hasan mengeluarkan spermanya ditubuhnya.

Wira tidak bisa mengingat itu dia bahkan tidak mengerti kenapa dia bisa melakukan hal seperti 'itu' dengan Hasan, terlebihnya lagi dia laki-laki.

Wira meraba perutnya rasa sakit yang semalam dia rasakan diperutnya sudah hilang, digantikan rasa hangat yang membuatnya terasa nyaman, Wira berjalan kekamar mandi, dia memutuskan untuk melupakan kejadian semalam, tidak ada orang yang tahu tentang kejadian semalam kecuali dirinya juga Hasan, dia juga sangat malu dengan apa yang dilakukannya semalam, tidak mungkin juga dia akan menceritakan kejadian semalam pada orang lain, wira tahu kejadian semalam bukanlah kejadian yang pantas untuk dia ceritakan kepada siapapun.
.
.
.
.
.
.
Disisi lain Hasan kembali ketempat ibunya, dia ingin memberitahukan bahwa kemungkinan besar Wira akan hamil dalam waktu dekat, ibu Hasan yang mendengar itu tentu saja sangat senang.

"Kerja bagus Hasan, ibu ingin kamu terus mengawasinya, jangan sampai janin itu gugur, kesempatan ini hanya datang satu kali, dan jangan berani-beraninya kamu mengecewakan ibu lagi, jaga dia sampai bayi itu lahir dan bawa padaku saat dia akan melahirkan..." Ucap ibu Hasan dia terlihat sangat senang, sebentar lagi semua rencananya akan terwujud, dengan bayi dan pemuda itu dia bisa hidup selamanya, tanpa harus memakan tumbal lagi, cukup kejadian 'waktu itu' terulang sekali lagi, dan dia akan hidup abadi tanpa mengkhawatirkan apapun.

"Iya Bu... Hasan tidak akan pernah mengecewakan ibu lagi..." Ucap hasan dia menunduk tidak berani melihat ibunya itu.
.
.
.
.
.
.

7 bulan berlalu setelah kejadian itu, Hasan masih terus memantau kondisi Wira, yang dia lihat akhir-akhir ini terlihat semakin tidak baik.

Wajah Wira sangat pucat, dia bahkan sudah tidak sanggup lagi mencari kayu bakar dihutan atau sekedar keluar dari rumahnya, laki-laki bertubuh mungil itu hanya mengurung dirinya sendiri dirumah.

Hasan yang melihat itu tentu saja Merasa kasihan dan khawatir, mau bagaimanapun Wira seperti itu semuanya karena dirinya, Hasan sangat yakin Wira sedang mengandung anaknya sekarang terlihat dari perut Wira yang semakin hari semakin membesar dan mungkin oleh sebab itu juga kondisi Wira semakin memburuk.

Hasan pagi itu dengan diam-diam meninggalkan makanan didepan pintu rumah wira lagi, dengan secuil catatan bahwa makanan itu dari ibu Sumi, ibu Sumi merupakan tetangga yang paling dekat rumahnya dengan Wira, hasan terpaksa berbohong bahwa makanan itu dari ibu Sumi, dia hanya takut wira tidak memakan makanan itu, dan malah membuang nya karena asal-usulnya tidak jelas, hasan mengetuk pintu rumah Wira beberapa kali, lalu hasan menjauh setelah mengetuk pintu itu, dia bersembunyi dibalik pohon dan melihat apakah Wira mengambil makanan itu atau tidak.

Dan benar tidak berapa lama, dari situ Wira keluar dengan wajah yang semakin pucat itu, dia melihat kesekeliling rumahnya untuk memeriksa siapa yang mengetuk pintunya itu, lalu tatapan wira mengarah pada makanan yang tergelak dibawah kakinya terbungkus plastik hitam, beberapa lauk serta nasi, setiap harinya menu lauk tersebut selalu berbeda, dan juga selalu ada sekantung buah-buahan yang masih segar.

Wira membungkuk dan mengambil makanan itu, lalu dia membaca catatan kecil Yang ada didalam kantung plastik itu, 'dari ibu Sumi', hanya itu tulisan yang tertulis, tidak ada kata-kata lain atau apapun itu.

Wira sebenarnya tidak percaya bahwa makanan ini dari ibu Sumi, Karena isi makanan ini terlalu mewah untuknya juga ibu Sumi, tentu saja Wira sangat mengenal ibu Sumi itu, ibu Sumi termasuk orang yang kurang mampu sama sepertinya, bagaimana bisa dia memberikannya makanan yang seperti ini, dan juga ibu Sumi tidak tahu bahwa dirinya sakit, dia juga sebelumnya tidak pernah memberikannya makanan yang telah jadi, biasanya ibu sumi memberinya bahan mentah dan itupun beras ataupun kadang hasil kebunnya ketika panen tiba, dan Wira selalu membantu ibu Sumi panen, jadi dia selalu diberi sedikit imbalan dari ibu Sumi itu, tidak seperti ini.

Wira berdiri cukup lama didepan pintu itu, dia masih mencari orang yang memberinya makanan ini, sudah hampir 6 bulan ini, makanan ini datang padanya, dan kayu bakar dibelakang rumahnya juga selalu penuh setiap harinya, tidak tahu siapa yang mengisinya.

Setelah berapa lama Wira mencari orang yang memberinya makanan ini, Wira memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumahnya, tapi tiba-tiba kepalanya sangat pusing, Wira berpegangan pada gagang pintu dengan sedikit erat, karena dia merasa akan jatuh, pandangannya sudah menguning, hingga tiba-tiba tubuh Wira terjatuh didepan pintu, dia pingsan.

Hasan yang melihat Wira pingsan langsung keluar dari persembunyiannya dia panik, dengan sedikit berlari Hasan mendekat kearah wira.

"Wira?!!" Ucap hasan panik, dia tidak melihat respon sedikitpun dari wira, dengan begitu mudahnya hasan langsung mengangkat tubuh Wira yang terlihat lemah itu kedalam rumah, Hasan membawa wira kedalam kamar lalu menidurkannya disana.

Dengan telaten Hasan mengecek kondisi Wira, dia tahu Wira hanya pingsan akibat morning sicknes nya yang parah, pagi ini mungkin Wira terbangun karena mual-mualnya yang Hasan pikir sangat memprihatinkan, kehamilan pada wanita, biasanya hanya mengalami mual muntah dipagi hari dan hanya ditrimester pertama, tapi Wira tidak.

selama pantauan Hasan wira kadang muntah setiap saat setiap harinya, membuat tubuh Wira terlihat sangat kurus sekarang, kadang hasan berpikir mungkin karena Wira laki-laki, ini juga merupakan pertama kalinya hasan melihat seorang laki-laki hamil, terlebih lagi laki-laki itu hamil anaknya, kadang ada perasaan menggelitik dihatinya, ketika dia sebentar lagi akan memiliki anak, darah dagingnya sendiri, Hasan tidak tahu perasaan itu sebenarnya apa, dia hanya merasa perasaan itu selalu membuatnya merasa senang.

Lama Hasan menunggu Wira bangun, hasan tidak mungkin sembunyi lagi setelah dia melihat kondisi Wira yang tidak mungkin dia hanya pantau dari jauh lagi, Wira perlu seseorang disisinya, dan dialah satu-satunya orang yang harus disisi Wira.

"Ummhh-" tiba-tiba Wira terbangun dia, terlihat Bingung tapi tidak begitu lama dia tiba-tiba langsung beranjak dan berlari kearah dapur dan masuk kekamar mandi.

"HOEK..!!HOEKK..!!" suara wira muntah terdengar menyakitkan, karena memang tidak ada sesuatu pun yang bisa dikeluarkan Wira dari muntahan itu, Wira bahkan belum minum dan makan apapun.

"Wira?, Jangan memaksakannya, coba tarik nafas, kamu akan menyakiti dirimu sendiri jika kamu terus memaksakan untuk muntah..." Ucap Hasan dia mengusap punggung Wira lembut lalu mengusap dahi Wira yang berkeringat dingin, Wira mendongak dan terkejut saat melihat Hasan ada dihadapannya.

"Ba-ng Hasan?, Kenapa ada disini?" Ucap Wira akhirnya dia menyadari kehadiran Hasan disisinya.

Hasan masih diam, tapi tangannya dengan telaten membersihkan bibir Wira dengan air, lalu hasan mengangkat tubuh Wira untuk beranjak dari kamar mandi , dia menggendong Wira menuju kamarnya. Wira masih bingung kenapa Hasan tiba-tiba ada dirumahnya.

"Apa kamu merasa baik-baik saja sekarang?, Berbaringlah disini dan minum air ini agar kamu merasa baikan.. aku akan menghangatkan makanan sebentar, kamu pasti belum memakan apapun kan?" Ucap Hasan, dia terlihat Sangat khawatir dengan kondisi Wira, yang terlihat tidak terurus dan sangatlah pucat.

Sebelum pergi ke dapur Hasan membantu Wira untuk meminum ramuan herbal buatannya, ramuan itu memang dibuat hasan untuk meredakan mual wira, rasanya mungkin sedikit sepat pedas dari jahe, juga ada kunyit serta buah asam serta sedikit rasa manis dari gula aren, campuran rasa itu membuat Wira sedikit mengernyitkan dahinya tidak suka, tapi dia masih mencoba meminumnya.

"Ini ngga enak-" ucap Wira dengan suara khasnya, dia terlihat sudah lebih baik, membuat Hasan tersenyum.

"Tapi perutmu akan terasa lebih baik, jika rutin meminum ini..." Ucap Hasan, dia mengusak rambut Wira lembut, lalu beranjak akan pergi kedapur.

"Terimakasih..." Ucap Wira, dia terlihat senang ketika ada orang yang memperhatikannya apalagi ketika dia sakit seperti ini.

"Tidak perlu berterimakasih wira, istirahatlah sebentar, setelah itu kamu harus makan..."ucap Hasan lagi, dia benar-benar beranjak setelah dia mengatakan hal itu.
.
.
.
.
Tidak lama dari situ hasan kembali dengan nampan berisi makanan, juga air minum untuk wira, Wira masih terbaring ditempat tidur, dia masih terjaga dan menengok kearah hasan ketika Hasan masuk lagi kedalam kamar.

"Ayo makan dulu aku suapin..." Ucap Hasan lembut,dia memperhatikan wira yang terlihat ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Aku tahu kamu ingin mengatakan sesuatu padaku ?,tapi Aku ingin kamu menundanya dulu dan makan... aku akan menjawab semua pertanyaanmu asalkan kamu menghabiskan semua makanan ini..." Bujuk Hasan pada wira, ketika melihat wira yang terlihat enggan untuk makan, padahal hasan tau entah kapan terakhir kalinya Wira makan dengan benar.

Wira akhirnya mengangguk menurut, dia menerima setiap sodoran makanan dari Hasan, dan ajaibnya tidak ada rasa mual sama sekali, padahal sebelum-sebelumnya Wira hampir tidak bisa memakan apapun.

Beberapa menit mereka lewatkan untuk acara makan Wira, hingga akhirnya semua makanan itu habis.

Wira menatap Hasan dengan malu-malu, entah kenapa setiap dia melihat wajah Hasan dia selalu teringat akan malam 'itu'.

"Bang...Abang kenapa bisa ada disini?, Wira kira kita tidak akan bertemu lagi.... Wi-ra minta maaf kalau malam 'itu' membuat Abang ngga nyaman sama wira, wira ngga tau kenapa bisa sampai seperti itu-hiks... Maafin wira bang... Abang pasti jijik sama wira kan?" Ucap Wira... Dia mulai menangis, ketika malam itu, Wira teringat bahwa dialah yang memancing Hasan untuk melakukan hal 'itu', meskipun wira mencoba melupakannya, tapi mau seberapa keras pun Wira berusaha dia tetap tidak bisa, Wira sudah berusaha juga untuk melupakan hasan, tapi Wira tidak sanggup, wajah Hasan dan bahkan suaranya, Wira bisa mengingatnya dengan jelas, dan ketika wira tahu Hasan sudah meninggalkannya, wira sangat sedih.

"Wira jangan menangis, harusnya aku yang meminta maaf...maaf karena aku tidak bisa menahannya dan malah memanfaatkanmu, maaf karena aku meninggalkanmu begitu saja, kamu harus tahu akulah yang memiliki rasa bersalah paling besar akibat perbuatanku malam itu, hingga rasanya aku tidak sanggup menampakan wajahku dihadapanmu lagi...maafkan aku wira, kamu jadi seperti ini juga semua adalah salahku..." Ucap hasan dia menunduk, hatinya tidak sanggup menahan ini semua, dia tidak bisa membiarkan laki-laki mungil didepannya ini menderita.

Apalagi kenyataan yang harus dia hadapi nanti, Wira dan bayi dalam kandungannya akan menjadi tumbal untuk ibunya, perasaan Hasan campur aduk ada sedikit rasa senang ketika ibunya berkata bahwa Wira dan bayinya adalah tumbal terakhirnya, tapi perasaan tidak rela dan rasa sakit dihatinya tidak bisa terelakkan, dia tidak rela wira dan bayi dalam kandungannya akan dijadikan tumbal, apalagi bayi itu adalah anaknya, darah dagingnya.

"Abang jangan bilang kaya gitu, Wira senang abang kembali lagi kesini, makasih sudah mengunjungi Wira, Wira sakit juga bukan salah Abang, ini salah Wira, karena tidak bisa menjaga kesehatan Wira dengan baik..." ucap Wira dengan senyumannya yang entah kenapa sangat dirindukan hasan.

"Kamu memang terlalu baik wira... Kamu bisa membuat orang memanfaatkanmu dengan mudah." Ucap Hasan rasanya dia ingin memeluk wira sekarang, laki-laki mungil ini begitu baik, bagaimana bisa hidupnya harus berakhir dengan menyedihkan.

"Wira bukan orang baik , justru bang Hasan lah yang baik ke wira." Ucap Wira lagi, dia menatap Hasan lembut, sedangkan hasan, dia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia begitu takjub dengan hati wira yang begitu suci, mereka terdiam cukup lama hingga tiba-tiba Wira mengusap perutnya, dia terlihat mengernyit dan ekspresinya terlihat kesakitan.

"Apa yang sakit?" Ucap hasan refleks ketika melihat wira meringis.

"bang sepertinya Wira sakit parah, diperut Wira ada sesuatu yang bergerak... Wira takut akan segera meninggal....kalau bang Hasan tidak keberatan Wira mau minta tolong... nanti kalau sekiranya Wira tiba-tiba meninggal tolong kuburkan wira dengan layak, Wira takut ketika Wira meninggal nanti, tidak ada seorangpun yang tahu, Wira ngga punya siapa-siapa lagi untuk Wira mintai pertolongan lagi...bang Hasan akan sering mengunjungi Wira kan?" Ucap Wira polos.

"Kamu berbicara apa Wira? Jangan ngelantur seperti itu.... Kamu akan baik-baik saja aku yakin....kemari aku ingin melihat perutmu dan aku akan memberitahumu sesuatu.." Ucap hasan.

"Kamu harus percaya padaku...Disini ada sebuah keajaiban, disini ada bayi kita..." Lanjut Hasan Ketika dia mulai mengelus perut Wira yang sekarang terlihat jelas sudah membuncit besar itu.

"Apa Ma-ksud bang Hasan?." Ucap Wira dia tidak terlalu mengerti dengan perkataan Hasan yang menurutnya sangat tidak masuk akal, bayi dalam perutnya?, Apa dia sedang bercanda?.

"Kamu sedang mengandung Wira, ini bayi kita, yang bergerak diperutmu adalah bayi kita, aku selama ini memperhatikanmu dan mengetahui bahwa kamu sedang mengandung anakku, meskipun kamu akan merasa aneh karena kehamilan ini, tapi aku berharap kamu bisa menerimanya, Karena mau bagaimanapun dia adalah anak kita, maafkan aku Wira... karena akulah yang membuatmu hamil..." Ucap Hasan dia tentu tidak bisa menjelaskan secara detail tentang kehamilan Wira yang tentunya sangat aneh itu.

"Be-benarkah?, Apa ini artinya Wira akan memiliki keluarga lagi?, Wira tidak akan sendirian lagi-Hiks... Bang Hasan tidak sedang bercanda bukan?..." Ucap Wira matanya berkaca-kaca dan dia mulai menangis, Wira terlihat bahagia akan perkataan Hasan barusan, dia tidak menolak anaknya, dan sepertinya dia mempercayai perkataan Hasan, karena mau bagaimanapun mimpi terbesar Wira adalah memiliki sebuah keluarga, dan dia tidak akan sendirian lagi, pikiran polos wira itu tidak melihat kondisinya yang seorang laki-laki tapi bisa hamil, dan itu sangat tidak masuk diakal, Wira hanya terlalu senang jadi dia tidak terlalu memikirkan sampai kearah sana.

"Iya Wira... Dia adalah anakmu dan anakku juga, dia adalah keluarga kita sekarang..." Ucap Hasan, dia kembali kaget dengan reaksi Wira yang seperti ini, dia kira Wira tidak akan mempercayainya dan langsung mengusirnya, tapi saat ucapan yang terdengar sangat polos dari Wira , dia malah terlihat senang saat dia tahu dia akan memiliki seseorang didalam hidupnya, membuat Hasan semakin tidak tega.

"Hiks....bang Hasan makasih.." ucap Wira dia memeluk Hasan dengan erat setelahnya, Hasan hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas pelukan itu, dia tidak mungkin bisa menyakiti laki-laki Mungil ini, bagaimana nanti Hasan bisa menyerahkan wira pada ibunya untuk dijadikan tumbal, jika dia tidak mau melihat wira disakiti sedikitpun.
.
.
.
.
.
.
Setelah kejadian itu Hasan akhirnya memutuskan untuk tinggal dengan wira, Hasan mengurus semua kebutuhan wira dengan baik, Hasan begitu memanjakan Wira dari hal sekecil apapun, hingga mereka terlihat seperti keluarga kecil bahagia yang sedang menunggu anak pertamanya.

Keadaan Wira berangsur-angsur membaik begitupun kondisi kehamilan Wira yang sekarang sudah menginjak bulan kedelapan, dia sudah tidak merasakan mual seperti kemarin-kemarin, hubungannya dengan Hasan juga begitu baik dan mereka menjadi sangat dekat.

Malam itu tepatnya satu bulan setelah Hasan tinggal bersama wira, Wira yang berbaring satu ranjang dengan Hasan, sedang menikmati waktu kebersamaan mereka.

Wira mendekat lalu masuk dalam pelukan Hasan, hal itu sudah menjadi kebiasaannya sebelum dia tidur selama sebulan ini.

"Bang Hasan...apa bang Hasan akan terus bersama Wira seperti ini?, Dan seterusnya menjadi keluarga Wira bersama bayi kita nanti? " Ucap wira, dia berbicara pada hasan dan mendongak untuk melihat wajah hasan.

"Kamu ingin aku menjadi keluargamu wira? Kenapa?" Ucap Hasan dia menatap Wira balik dengan pandangan yang lembut, tapi bisa dilihat bagaimana gundahnya pandangan laki-laki itu.

"Iya.... aku ingin bang Hasan menjadi keluarga Wira, Karena wira sangat menyukai bang hasan, dan bayi kita juga ingin bang Hasan terus disini dan terus menjaganya..." Jawab wira dia menyusupkan kepalanya kedalam dada bidang Hasan yang masih dipelukannya, dia merasa malu setelah mengatakan bahwa dia menyukai Hasan, karena saat dia mengatakan itu tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

"Kalau kamu memang menginginkannya, aku akan menjadi keluargamu..." Ucap Hasan, meskipun dia tahu ucapannya ini adalah kebohongan.

"Benarkah?" Ucap Wira lagi dengan nada yang terdengar cerita, dia senang karena ucapan Hasan.

"Iya benar... Jadi tidurlah kamu harus istirahat wira, besok aku ingin kamu bertemu ibuku...aku ingin mengenalkanmu.." Ucap hasan dengan sedikit sendu tapi dia sudah memutuskan ini, dia harus segera menyerahkan Wira pada ibunya itu.

"A-apa? ..." Wira kembali mendongak melihat kearah Hasan yang dengan tiba-tiba berbicara ingin mengenalkan Wira pada ibunya.

"Iya Wira aku ingin ibuku mengenalmu.. Karena kamu sekarang adalah keluarga ku...kamu, aku dan anak kita, akan menjadi keluarga sama seperti orang lain, kamu akan menjadi ibu aku akan menjadi ayah, dan bayi dalam kandunganmu akan menjadi anak kita... Itulah keluarga yang kamu inginkan bukan?" Ucap
Hasan sembari mengusap perut Wira lembut, Hasan memandang mata Wira yang bisa dilihat bagaimana bahagianya Wira setelah mendengar ucapannya barusan, membuat Hasan sangat bersalah, karena dia membohongi Wira.

wajah Wira yang entah kenapa dimata Hasan terlihat sangat cantik, dengan tatapannya yang polos, membuat hati Hasan tidak rela untuk melepaskan Wira, tapi sudah keputusannya Wira harus segera dibawa ke ibunya, sebelum dia benar-benar mengingkari ucapannya, dan lari bersama Wira kemanapun itu, yang terpenting dia tidak bisa ditemukan ibunya itu

Tapi itu tidak mungkin, Hasan tidak ingin ibunya membunuh banyak orang lagi, karena jika dia melewatkan kesempatan ini, ibunya mungkin saja bisa mengamuk dan membunuh semua warga desa tanpa terkecuali dan menumbalkan mereka, dan jikapun dia lari dari ibunya itu, ibunya pasti akan menemukannya, ibunya bukanlah orang biasa, dia manusia yang bersekutu dengan iblis, dia bisa dengan mudah menemukan seseorang dengan bantuan iblis itu.

Air mata Hasan tiba-tiba menetes, perasaannya yang selama ini dia tepis , sekarang sudah tidak bisa lagi dia bendung, dia juga sangat menyukai Wira, bahkan mungkin mencintainya.

Perasaan bimbang ketika ibunya menyuruhnya untuk segera membawa wira ketempatnya, membuat Hasan berbohong dan terus mengundur keinginan ibunya itu, dengan berbagai alasan dia mencoba untuk mengelabui ibunya.

Tapi besok adalah kesempatan terakhirnya, Wira harus segera ketempat ibunya itu, dan anaknya harus segera dilahirkan tepat disaat bulan purmana, pada malam besok.

Hasan mengecup kening wira lalu memeluk wira semakin erat, seakan dia tidak mau kehilangannya.

"Maafkan aku wira..."
.
.
.
.
.
.
Pagi harinya...

"Bang Hasan....apa ibu bang Hasan akan menyukai Wira?" Ucap Wira dia sudah siap dan akan segera berangkat.

"Dia akan menyukaimu Wira... Kamu ingin tetap bersamaku bukan?, Kalau kamu ingin tetap bersamaku kamu harus menemui ibuku dan membuatnya merestui hubungan kita, percaya padaku, jangan khawatirkan apapun... Ayo kita berangkat..." Ucap Hasan dia menggandeng tangan Wira, lalu keluar rumah, mereka tentu saja berjalan kaki untuk menuju rumah hasan, karena akses kendaraan didesa itu sangat terbatas.

Desa itu sebenarnya seperti desa terkutuk,karena meskipun jaman semakin maju dan modern, tapi entah kenapa desa itu masih saja tertinggal juga tersisihkan, meskipun desa-desa yang jaraknya tidak terlalu jauh dari desa mereka sudah sangat berkembang dan modern, Desa ini seakan tidak pernah berubah semenjak 27 tahun yang lalu, setelah tragedi mengenaskan, seorang dukun desa dan seorang mahasiswa yang dilaporkan telah hilang mati mengenaskan akibat sebuah ritual perjanjian dengan iblis dukun tersebut.

Meskipun Ritual itu tidak menumbalkan warga desa setempat, tapi anehnya malah menumbalkan para mahasiswa KKN, yang bahkan mereka tidak tahu apa-apa tapi harus mati mengenaskan, warga desa tidak tahu pasti apa penyebab dukun itu membunuh para mahasiswa itu.

Dan setelah tujuh belas tahun berlalu setelahnya, terjadi sebuah tragedi pembunuhan satu keluarga besar, satu keluarga dibunuh dengan keji dan hanya menyisakan satu anak kecil yang meringkuk dibawah pohon sendirian.

Juga tidak jauh dari tempat kejadian ada dua kepala manusia yang dipotong dari tubuhnya, tergeletak ditengah-tengah lingkaran darah seperti bekas ritual perdukunan.

Dua Kepala itu adalah kepala mantan kepala desa 17 tahun lalu dan juga anak laki-lakinya, tidak tahu kenapa mereka dibunuh dan dijadikan sebagai tumbal, dan dengan begitu mengenaskannya keluarga dari anaknya itu dibunuh semua dan hanya menyisakan satu anak laki-laki yang baru berumur 5 tahun, dan dia juga merupakan cucu pertama dari mantan kepala desa setelah sekian lama anaknya itu menikah.

Tapi nasib berkata lain, seluruh anggota keluarga itu sekarang sudah tiada tanpa tahu kenapa dan siapa yang membunuh mereka, tidak ada yang tahu alasan yang pastinya, serta rumah mereka yang dibakar membuat bukti pembunuhan itu hilang tanpa jejak sedikitpun.
.
.
.
.
Setengah hari perjalanan, dengan beberapa kali beristirahat, karena memang keadaan Wira yang sedang hamil besar, membuat mereka harus terus berhenti berjalan untuk beberapa saat Agar Wira tidak terlalu kelelahan.

Hingga akhirnya setelah berapa lam mereka sampai dirumah ibu Hasan tepat pada siang hari, posisi rumah itu ada didalam hutan yang bahkan jalan menuju kesana susah dilewati, Karena terlihat seperti tidak ada yang pernah melewati jalur hutan itu, Wira juga sedikit bingung dengan keadaan lingkungan rumah Hasan yang terlihat sangat gelap dan suram padahal ini tengah hari, serta ada begitu banyak dupa juga sesajen disekeliling rumah itu, membuat Wira merasa aneh.

Wira sedikit memepetkan tubuhnya kearah Hasan ketika dia hampir memasuki rumah itu, dia sedikit takut.

Keadaan rumah itu juga tidak jauh berbeda, didalam rumah itu hanya ada Sedikit pencahayaan hingga membuat rumah itu terlihat begitu gelap, serta saat pertama kali masuk rumah, wira mencium bau bunga melati yang terasa begitu menyengat hidung, membuat Wira merasa tidak nyaman mual.

"Ibu?!..." Panggil Hasan didalam rumah itu, setelah dia menyuruh Wira duduk di bangku anyaman rotan yang ada diruang tengah rumah , rumah itu memang bukan rumah kayu melainkan rumah tembok yang sangat besar juga bagus, tapi anehnya suasana rumah ini begitu tidak nyaman, terasa sangat dingin.

"Bang Hasan mau kemana?" Ucap Wira sedikit panik, ketika Hasan perlahan menjauh darinya.

"Aku akan memanggil ibuku sebentar, sepertinya dia ada belakang, dan mungkin tidak mendengar kehadiran kita... tunggulah disini,kamu pasti capekkan..." ucap Hasan sembari melepaskan genggaman tangan Wira.

Sebenarnya Wira tidak mau ditinggalkan sendirian, dia sangat takut berada disini, yang mau bagaimana lagi dia tidak mungkin menunjukkan itu didepan Hasan.

Hasan akhirnya pergi dan sekarang Wira hanya sendirian dirumah itu, Wira mengelilingi ruangan sekitar hanya dengan pandangan matanya, dia tidak berani beranjak dari duduknya, dia terlalu takut, dan dia juga harus menuruti perkataan Hasan yang menyuruhnya untuk duduk diam disini.

"Wira.." tiba-tiba terdengar suara perempuan memanggil nama Wira, yang hampir saja membuat Wira berteriak begitu saja karena kaget, jika dia tidak langsung Melihat siapa yang menyebut namanya itu.

Wira bisa melihat seorang perempuan muda dengan dress yang terlihat cantik, berdiri dibelakangnya sembari membawa sebuah nampan dengan sebuah cangkir teh ditangannya.

Wira tidak bisa menebak siapa perempuan yang tiba-tiba datang dan tahu namanya ini, dia terlihat tersenyum kearahnya tapi senyuman itu terlihat sangat kosong, lalu menyodorkan teh itu dihadapan Wira.

"Ma-maaf anda siapa ya?" Ucap Wira takut-takut ketika perempuan itu hanya memandangi kearah perutnya saja.

Wira yang melihat itu merasa tidak nyaman dan berinisiatif melindungi perutnya itu dengan tangannya.

"Oh maafkan aku...apa aku mengejutkanmu?, Aku ibunya hasan, duduklah lagi dan minumlah teh ini.." Ucap perempuan itu lagi, masih dengan senyuman yang terlihat menyeramkan.

"Ma-af... Saya tidak tahu...anda terlihat begitu muda..." Ucap wira dengan terbata, meskipun dia merasa aneh karena perempuan didepannya ini benar-benar terlihat sangat muda, tapi bagaimana bisa dia telah memiliki anak seumuran Hasan yang bahkan umur Hasan pun sudah 27 tahun, tapi ibunya terlihat seperti perempuan awal dua puluhan.

"Terimakasih kamu bergitu memuji, dan panggil saja aku dengan sebutan ibu, jangan sungkan karena wajahku, aku sebenarnya sudah tua... Kamu Wira kan?, Hasan sering menceritakanmu..." Ucap ibu Wira dia beranjak lalu ikut duduk disamping Wira, dia menyodorkan cangkir teh itu dihadapan Wira menyuruhnya untuk segera meminum teh itu.

Wira yang melihat itu semakin gugup dia menundukkan wajahnya ketika perempuan itu terus menatapnya, tapi tangannya mengambil cangkir teh itu dan mulai meminumnya beberapa teguk, sedangkan perempuan yang mengaku sebagai ibu Hasan itu terlihat menyeringai senang.

"Iya saya Wira Bu..." Ucap Wira setelah meminum teh yang menurutnya rasanya sangat aneh itu, wira gelagapan ketika sadar perempuan itu kembali melihat kearah perutnya dengan pandangannya yang menyeramkan.

"Apakah aku boleh mengusap perutmu... Kamu sedang hamil anak Hasan bukan?." Ucap perempuan itu tiba-tiba, tangannya sudah menjulur ingin memegang perut wira.

"Ibu!!.." ucap Hasan yang tiba-tiba muncul dan menghentikan ibunya yang ingin menyentuh perut wira.

Hasan lalu menarik Wira untuk berdiri ,dan sedikit menyembunyikan wira dibelakang tubuhnya.

"Hasan biarkan saja Wira duduk...ibu juga ingin mengobrol dengannya, Kenapa kamu menariknya untuk berdiri..." Ucap ibu Hasan dia terlihat sangat kecewa, padahal dia ingin merasakan calon santapannya itu, bayi dalam kandungan Wira begitu menariknya, bayi itu benar-benar anak Hasan, bayi keturunan murni dari dua orang yang selama ini dia tunggu-tunggu, dia sudah bisa merasakan kehidupannya, Karena dengan bayi itu juga Wira, dia sudah bisa keluar tanpa harus takut dengan matahari ataupun cahaya lainnya, dia akan bebas dari kukungan mengerikannya selama ini, dan itu sebentar lagi.

"Wira harus istirahat Bu... Wira pasti sangat lelah, ibu bisa mengobrol dengannya nanti..." Ucap Hasan dia menggandeng Wira menuju kamarnya dulu, dia tidak bisa membiarkan Wira dekat-dekat dengan ibunya setidaknya untuk saat ini, dia hanya ingin sedikit lebih lama bersama Wira.

Ibu Hasan hanya diam setelah mendengar perkataan Hasan, dia bisa langsung tahu anaknya itu menyukai Wira, bisa dilihat bagaimana tatapan juga perlakuan Hasan pada wira.

Ibu Hasan hanya mendecih dan sedikit menyeringai, setelah melihat Hasan menggandeng Wira menuju kamarnya.

"Kejadian lama akan terulang kembali..." Gumam ibu Hasan begitu misterius.
.
.
.

Didalam kamar Hasan menyuruh Wira untuk berbaring, dia tahu Wira sangat kelelahan, dan pikiran hasan begitu berkecamuk setelah melihat bagaimana ibunya itu melihat Wira, dia melihat Wira seperti sebuah santapan empuk yang harus segera dia makan.

"Bang hasan... Apa tidak apa-apa meninggalakan ibu begitu saja?, Aku merasa tidak enak..." Ucap Wira dia terlihat sangat bersalah.

"Tidak apa Wira, kamu juga harus istirahat... Kamu bisa mengobrol dengan ibu besok, istirahatlah aku akan menemanimu disini..." Ucap Hasan dia mengusak rambut Wira lembut dan mendorongnya lembut kearah bantal, dan tanpa diketahui Wira Hasan merapalkan sedikit mantra, agar Wira tertidur.

"Bang hasan... Kenapa ibu bang Hasan masih sangat muda?." ucap Wira pada hasan sebelum akhirnya dia langsung jatuh tertidur, dia sebenarnya ingin menanyakan kenapa ibunya masih sangat terlihat muda pada Hasan, Wira sangat penasaran apakah benar itu ibunya Hasan atau bukan.

"Aku juga tidak tahu Wira... Tidurlah..maafkan aku.."ucap Hasan, setelahnya dia hanya diam, dan memandangi Wira, Hasan sudah tahu bahwa ibunya sudah mencampurkan sesuatu pada minuman Wira dan kemungkinan besar Wira akan segera melahirkan, dan ritual itupun sudah tidak mungkin ditunda lagi, Hasan menangis, inilah saat terakhirnya bersama Wira, dia tidak bisa menerimanya, hingga akhirnya hasan memutuskan untuk beranjak dari situ, dia akan berbicara pada ibunya perihal ini, dia tidak bisa merelakan Wira untuk dijadikan tumbal, dia berharap ibunya bisa mengerti keinginannya ini, dan mengurungkan keinginannya itu.
.
.
.
.
.
Hari semakin sore dan akhirnya malampun menjemput, Wira akhirnya terbangun ketika merasa perutnya begitu sakit.

"Aduhh...ssshh- sakithh!!!- bang Hasan?" Wira mengaduh sekaligus mencari Hasan disekitarnya, Wira melihat kesekeliling kamar yang sekarang hanya tinggal dirinya, Hasan sudah tidak ada disisinya, Wira panik.

"Bang Hasan?!, Aduhh...kenapa perut Wira sangat sakit-HIKS...!" Ucap Wira dia mengusap perutnya berharap rasa sakit itu menghilang.

Wira berjalan kearah pintu kamar, dan bermaksud ingin mencari Hasan, dia merasakan anaknya terasa berputar dan membuat perutnya semakin sakit, dia bermaksud mencari Hasan Karena biasanya Hasan bisa menenangkan anaknya ini.

"Bang Hasan!..." Wira memanggil didalam rumah itu, tapi tidak ada seorangpun yang menyahut.

Wira tetap berjalan mengelilingi rumah itu berharap bisa menemukan Hasan, Wira bisa mendengar sayup-sayup suara Hasan disalah satu ruangan, Wira mendekat kearah itu, hingga dia bisa mendengar semua percakapan Hasan dengan ibunya.

"Dan aku akan membawanya pergi dari sini Bu!!- Aku sudah memutuskannya!, IBU TIDAK BERHAK MENGATURKU!!" Ucap Hasan, Wira bisa mendengar suara hasan dia sepertinya sedang bertengkar dengan ibunya.

"HASAN!!-apa kau lupa bahwa keluarga dialah yang membuat kedua orang tuamu meninggal!, Dan aku yang berakhir seperti ini, karena kedua orang tuamu menghidupkan aku lagi, untuk membalaskan dendamnya pada mereka!!, KAU PIKIR AKU MAU SEPERTI INI?!!, AKU JUGA TIDAK MAU HASAN!!-" ucap ibu Hasan tidak kalah marahnya.

"Hasan mengertilah...kamu menyayangi ibu kan? Kamu selalu ingin ibu bisa menjadi orang normal seperti yang lain, Kamu juga tidak mau ibu mengambil tumbal lagi kan?, Jadi Bawa dia kemari, aku harus segera menumbalkannya beserta bayinya, aku sudah bilang padamu sedari awal jangan memiliki perasaan sedikitpun padanya, kau bodoh hasan... Kamu seharusnya mengingatnya!!" Ucap ibu Hasan lagi sedikit melunakkan suaranya agar Hasan mengerti, ibu Hasan mendekati Hasan lalu dia menepuk bahu Hasan dua kali, dan pandangan Hasan tiba-tiba kosong, lalu tiba-tiba Hasan menunduk, dan mengangguk hasan langsung mengiyakan perkataan ibunya itu, tanpa ada bantahan lagi.

"Iya Bu..." Hasan berkata datar seperti tidak ada nyawa dibaliknya, hasan kembali diperalat oleh ibunya itu, agar dia menuruti perkataannya, Hasan yang sudah tidak sadar itu berbalik berniat membawa wira ketempat ritual yang sudah ditentukan, atas perintah ibunya.

Tapi saat dia baru saja Keluar dari kamar itu dia melihat Wira, Wira lari dari hadapannya.

"Wira!!!..." Ucap Hasan, ketika melihat laki-laki mungil itu lari darinya,bisa dilihat bagaimana ekspresi Wira yang ketakutan juga sangat shock setelah dia mendengar percakapan Hasan dengan ibunya, wira tidak mengira semuanya akan berakhir seperti ini, dia kira Hasan tulus padanya dan benar-benar menyukainya, tapi apa maksudnya ini, dia akan dijadikan tumbal?, Kenapa? Apa salahnya sebenarnya, hingga dia harus diperlakukan seperti ini?!.

Wira berlari sekuat tenaga keluar rumah, tanpa alas kaki apapun wira berlari diatas tanah yang kasar, dia terus saja menengok kebelakang, mengecek apakah Hasan bisa mengejarnya, dan tentu saja jawabannya adalah iya, Hasan sudah begitu dekat dengannya.

Wira semakin panik dia berusaha mengesampingkan rasa sakit diperutnya yang semakin menjadi, air ketubannya juga sudah pecah, Wira bisa merasakan rembesannya disekitar kakinya.

'BRUKK' Wira terjatuh, dia tersandung kakinya sendiri akibat rasa panik yang dihadapinya.

Wira bisa melihat Hasan yang berdiri dihadapannya, Hasan terlihat menakutkan sekarang, entah kenapa Wira melihat hasan sangat berbeda.

"Hiks sakithh!!- Bang Hasan... Hiks- jangan, Wira mohon!!, Biarkan Wira pergi!.." Ucap Wira dia melihat Hasan semakin mendekat kearahnya.

"Kenapa kamu melakukan semua ini padaku?,Kamu ingin menumbalkanku dan juga anak kita?!!, bagaimana bisa kamu begitu tega!!, Hiks kumohon...komohon jangan!! Aghhh!!, Sakkithh!!, Aku akan melahirkan...BANG HASAN KUMOHON SADAR!!, DIMANA HATI NURANIMU...bayi ini anakmu juga... hiks!!" Ucap Wira, dia mencoba memundurkan tubuhnya meskipun dia sudah terjatuh diatas tanah, air ketuban serta darah sudah bercampur dibawah kakinya, anaknya juga semakin menekan area bawahnya, dan Hasan masih tidak bergeming sedikitpun, tatapannya begitu kosong melihat kearah Wira yang terlihat begitu mengenaskan.

Wira memeluk perutnya yang semakin terasa sakit, dia berpikir Kenapa bisa anaknya lahir sekarang?, Bayi dalam kandungannya baru saja berumur 8 bulan, tapi kenapa dia bisa tiba-tiba kontraksi.

Hasan tetap saja diam, ketika melihat Wira terlihat begitu kesakitan, hasan mengangkat tubuh Wira dengan dengan begitu mudah, meskipun terlihat begitu besarnya pemberontakan Wira padanya.

"Lepashh!!- Biarkan aku pergi!!,lapaskan aku!!, Bang Hasan...hiks, AKHHH!- SAKITH!!" Wira terus saja memberontak ketika, hingga tiba-tiba rasa sakit diperutnya terasa lagi, Wira dengan refleks memeluk leher Hasan.

"Bang hasan ini Wira, aku mohon bicaralah... Hiks- aku rasa anak kita akan lahir... Bang Hasan tolong Wira..... jangan bawa Wira kesana, bang Hasan kamu juga menyayangi anak kita bukan?, Kamu tidak mungkin tega melakukan ini pada anak kita!!, Hiks...Ka-mu bilang kita akan menjadi keluarga, tapi kenapa kamu melakukan ini?, Ja-ngan bawa aku kesana..hiks-...." Ucap Wira sembari menagis tersedu-sedu, tubuhnya sudah lemas dan perutnya terasa begitu sakit, Wira sudah tidak sanggup lagi melawan.

Wira melihat rahang tegas Hasan yang sama sekali tidak mau menunduk, ataupun melihat kondisi wira yang sekarang bahkan terlihat sangat pucat, sakit hatinya ketika melihat hasan terlihat sangat tidak peduli dan terus berjalan seolah-olah dia tidak sadar apa yang telah dia lakukan.

Lama mereka berjalan hingga malampun semakin larut dan bulan purnama yang semakin bersinar terang, Hasan tidak berjalan menuju rumahnya lagi, tapi mereka malah menuju kedalam hutan.

hingga sampailah mereka disebuah gua,dan disana sudah menunggu ibu Hasan, Hasan menidurkan Wira diatas sebuah batu persembahan, kedua tangan Wira diikat dan membuatnya hanya bisa diam diatas batu itu, Wira menangis dia semakin takut, dia memohon kearah Hasan lagi berharap laki-laki itu akan menolongnya kali ini

"Bang Hasan...Wira mohon bawa Wira dari sini.... Apa sebenarnya yang akan kalian lakukan pada wira hiks!!... AGHH!!- AKHH SAKITHHH!!" Ucap Wira terhenti begitu saja ketika ibu Hasan menekan perutnya, seakan-akan dia ingin segera mengeluarkan anak dalam perut Wira.

"AKHHH!! SAKITHH!!- KUMOHON!!..BERHENTI!!" Teriak Wira kesakitan, celana yang dia pakai sudah dilepas begitu saja, dan perutnya terus saja ditekan kebawah.

"Aghhh!- hentikan kumohon ini menyakitkan!!" Wira terus saja menjerit kesakitan , sedangkan Hasan dia disana hanya diam saja, dia berdiri menatap apa yang ibunya lakukan.

Wira merasakan anaknya semakin turun dan mungkin kepalanya sudah keluar dari lubang lahirnya, darah keluar begitu banyak dari tubuh Wira, membuat Wira semakin pucat,dia merasa akan segera mati jika terus seperti ini, ibu hasan dia benar-benar tidak berperasaan sedikitpun, dia mengeluarkan bayi itu bagaikan mengeluarkan sesuatu hal yang tidak bernyawa dan tidak beharga sama sekali.

"AKGHHH!!!- KUMOHON INI MENYAKITKAN!!BANG HASAN TOLONG!!...HIKS- bayi kita AKHHH!!..." Jerit Wira yang terdengar sangat memilukan, hingga akhirnya bayinya berhasil dilahirkan walaupun dengan paksaan.

"OWEKKK!-OWEKK!!-OWEKK!!" Suara tangisan bayi begitu keras melingkupi gua itu, Wira bisa melihat bayinya telah lahir, bayinya laki-laki, dia masih berlumuran darah, serta plasenta bayinya itu masih menyambung dengan tali pusarnya , bayi itu langsung dibawa keatas altar batu paling tinggi digua itu oleh ibu Hasan, dan entah apa yang akan dia lakukan, Wira ingin sekali merebut anaknya itu, dan lari dari sini, tapi hal itu hanya bisa menjadi keinginannya saja, Karena jika dilihat kondisinya sekarang hal itu sangatlah tidak mungkin.

Wira yang melihat anaknya dibawa, hanya bisa menangis dan memohon agar dia dikembalikan padanya, wira bahkan belum melihat bagaimana rupa bayinya itu.

"Bayiku- hiks....kumohon kembalikan bayiku ...apa yang akan kau lakukan, padanya...!, Ja-ngan kumohon!!, JANGAN SAKITI ANAKKU!!"ucap Wira dia berusaha melepaskan dirinya, tapi dia terlihat semakin melemah, setelah melahirkan itu, tubuhnya kehilangan banyak darah, Wira masih saja mencoba untuk melepaskan dirinya, dan itu Malah memperburuk kondisinya sekarang.

Ucapan memohon Wira tidak digubris sama sekali, perempuan itu masih saja melakukan hal aneh pada bayi wira, dia sepertinya mulai melakukan ritual itu.

"Hasan kemari..." Ucap perempuan itu pada hasan, dia memanggil Hasan yang terlihat masih tidak sadar, pandangan hasan masih kosong, Hasan menghampiri perempuan yang selama ini dia panggil ibu dengan begitu patuh.

Wira yang melihat Hasan mendekat, dengan sisa kesadarannya yang coba dia pertahankan dia memanggil hasan lagi, berharap laki-laki itu mendengarnya dan sadar apa yang dia lakukan adalah salah.

"Bang hasan.. to-long bayi kita....kamu bilang akan melindungi kami, dan kita akan menjadi keluarga...kumohon dia bayimu juga, jangan biarkan ibumu menyakiti anak kita...Hiks-!!" Wira berbicara dengan sangat pelan dan terbata-bata dia sudah tidak kuat lagi bahkan mungkin sebentar lagi dia akan mati, pandangan mata Hasan bertemu dengan wira pada saat itu , tiba-tiba semua kenangan dirinya dengan wira bermunculan dikepalanya, Hasan sudah mulai berangsur-angsur tersadar.

Dengan kepala yang terasa sangat sakit Hasan menghampiri perempuan itu, dia mengambil belati yang sudah disiapkan untuk ritual, belati yang tidak bisa sembarang disentuh, karena belati itu hanya bisa dipegang oleh keturunan murni pemilik belati sebelumnya dan hasanlah keturunan itu, hingga perempuan itu tidak mungkin melakukan ritual itu tanpa Hasan.

"Ini saatnya Hasan...ambil jantung bayi itu, jangan ragu, bayi itu hanyalah tumbal yang tidak perlu kau kasihani.." hasut perempuan itu pada hasan,begitu tidak berperasaan.

Hasan melihat bayi itu menangis kencang, tangan mungil bayi itu seperti mencari seseorang untuk menolongnya, tubuh bayinya menggigil mungkin karena udara yang sangat dingin, Hasan sudah melayangkan belati itu tepat diatas tubuh bayi itu, Hasan tidak langsung melakukan ritual itu, membuat perempuan itu marah, dia berteriak kearah Hasan.

"LAKUKAN HASAN APA YANG KAU TUNGGU!!" Ucap perempuan itu hingga...

'JLEB' suara tusukan yang terdengar mengerikan itu akhirnya terdengar.

"Ukhh...Ha-hasan apa yang kau lakukan..!" Ucap perempuan itu, perempuan itu ditusuk oleh Hasan tepat dijantunghya dengan tiba-tiba dan begitu tidak disangka.

Hasan dengan cepat berbalik dan menusuknya, hasan mengerti sekarang apa yang sebenarnya perempuan ini inginkan, dia hanya ingin Wira dan bayinya untuk keabadiannya, dan bukan untuk balas dendam kedua orang tua kandungnya yang katanya dibunuh oleh orang-orang didesa itu, Hasan mendorong perempuan itu sampai menabrak dinding gua.

Hasan tahu Wira adalah reinkarnasi seorang dimasa lalu, dia ada hubungannya dengan kebangkitan perempuan yang selama ini menjadi ibunya ini, hingga wira tetap dibiarkan hidup olehnya, dan dirinya adalah anak dari seorang dukun yang juga tersangka utama yang membuat perempuan itu hidup kembali, dan sekarang dia malah besekutu Dengan iblis, untuk hidupnya yang bisa dibilang tidak sempurna akibat kegagalan dalam pembangkitkan nya itu.

Hasan tidak mengerti dia ingin penjelasan dari semua ini, kenapa dia dijadikan alat untuk perempuan ini, dan harus mendapatkan kehidupan seperti ini.

"JELASKAN!!- kau selama ini menjadikan aku sebagai boneka, apa yang sebenarnya kau rencanakan!" Ucap Hasan sangat murka.

"Khe-khe-khe... Aku pikir kau tidak akan menyadarinya... Dia (menunjuk kearah Wira) adalah belahan jiwamu dimasa lalu... Karena kau reinkarnasi dari ayahmu sendiri dan dia adalah reinkarnasi dari ibumu, mereka adalah belahan jiwa yang mati konyol hanya untuk membangkitkanku... Ayahmu itu adalah kakakku...dia begitu bodoh membangkitkanku dan mengorbankan belahan jiwanya tanpa dia sadari, hingga akhirnya dia juga mati, kau pikir aku yang meminta untuk dibangkitkan...hidupku sedari awal memang sudah tidak adil, aku diperkosa lalu hamil lalu diperkosa kembali, aku begitu putus asa hingga aku bertemu dengan seorang laki-laki yang terlihat baik, aku kira dia berbeda, tapi ternyata dia sama saja, dia menyuruh teman-temannya untuk membuatku menjauhinya hanya karena aku adalah gadis kampung, dan dengan kejadian itu aku kembali diperkosa, APA KAU PIKIR AKU TIDAK BERHAK UNTUK BALAS DENDAM HASAN!!!" ucap perempuan itu dia bangkit lalu, tangannya bergerak membuat Wira, mengerang kembali dia terlihat sangat kesakitan.

Hasan Panik dia langsung mencekik perempuan itu, dia menekan kembali belati yang menusuk perempuan itu.

"Ghokkk!... de-ngan membunuhku.. k-au tidak akan merubah apapun Hasan, wiramu sudah mati apa kau tidak lihat?" Ucap perempuan itu sembari menatap tajam Hasan, perempuan itu sudah mulai melemah, dia sudah muntah darah dan diapun diambang kematian, tapi anehnya dia terlihat begitu senang.

Hasan semakin kuat mencekik perempuan itu, hingga akhirnya perempuan itu sudah tidak bergerak lagi.

Hasan langsung mengambil anaknya yang sekarang sudah tidak menangis lagi, anaknya sudah membiru , Hasan Langsung menyelimuti anaknya dengan kain, dia melihat anaknya lalu memotong tali pusarnya sebentar, setelahnya dia langsung menggendongnya dengan cepat menuju kearah wira.

"Wira?... Wira bangun..kumohon!!- maafkan aku, bangun wira!!" Hasan mengguncang tubuh Wira yang sekarang sudah terbujur kaku.

"WIRA!!!-HIKS BANGUN...kita akan menjadi keluarga.... Kumohon bangun!!" Ucap Hasan dia memeluk wira erat berharap dia kembali padanya.

'JLEB'

"UKHH!!..ti-dak...kau?!!" Hasan tiba-tiba mendapatkan tusukan dari belakang tubuhnya, tepat dijantunghya, Hasan begitu terkejut ketika tahu perempuan itu hidup kembali.

" HA-HA-HA!!, kau pikir aku akan mati hanya karena sebuah tusukan kecil darimu?!" Ucap perempuan itu terlihat sangat puas, dia menusuk Hasan dengan belati yang tadi menancap ditubuhnya berkali-kali, hingga akhirnya Hasan jatuh tersungkur ketanah tepat disamping wira.

"Inilah yang ku tunggu-tunggu... sekarang semuanya lengkap... INILAH WAKTUNYA AKU AKAN MENJADI ORANG YANG ABADI....DAN AKU TIDAK PERLU TAKUT AKAN APAPUN, AKU BISA MEMBUNUH SEMUA ORANG YANG TELAH MENYAKITUKU!!." ucap perempuan itu mulai menggila.

Hasan sudah diujung kesadarannya, dia Melihat bagaimana perempuan itu mulai melakukan ritualnya.

"Wi-ra...maafkan aku...kuharap direingkarnasimu berikutnya, kita bertemu lagi dan menjadi keluarga seutuhnya... Yang dimana disana ada aku, kamu dan anak kita... ma-af wira karena aku mengingkari janjiku, aku mencintaimu..." Hasan menggenggam tangan Wira erat, kesadarannya sudah mulai hilang, hasan sudah diakhir hayatnya, dia sudah tidak sanggup lagi untuk berbicara ataupun menggerakkan tubuhnya, kegelapan mulai melingkupinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Bang!!..bang Hasan??! Bangun!!" Ucap seseorang memanggil Hasan.

"AGHH!! Wira??! WIRA!!" Hasan tiba-tiba berteriak, dia terbangun dengan keringat yang yang terlihat begitu membanjiri wajahnya.

"Bang Hasan ngga apa-apa?,bang hasan pasti mimpi buruk lagi kan?!, Makanya aku bilang jangan begadang semalaman hanya untuk menonton bola!!, jadi sekarang bangunnya siang, aku tahu ini hari Minggu... Tapi setidaknya mas harus bangun pagi dan tolong aku, jagain zidan dulu aku mau masak..." ucap Wira, dia yang sedari tadi berbicara tidak ditanggapi oleh hasan yang malah terlihat Bingung dan linglung.

"Bang hasaaann... Cepetan bangun, jagain zidan aku harus masak...kamu ngga mau sarapan emang?" Ucap Wira dengan marah lagi.

"Wira?... Kamu Wira?" Ucap Hasan dia berdiri didepan Wira yang terlihat bingung juga melihat laki-laki didepannya ini, yang sangat terlihat aneh dipagi ini.

"Iya aku ini Wira, aku istrimu!!, Kamu mending cepetan cuci muka terus jagain dulu zidan, aku ngga mungkin bawa Zidan sambil masak... Kamu tahu kan Zidan lagi aktif-aktifnya..." Ucap Wira dia sudah mulai jengah dengan drama pagi suaminya ini.

Dengan tiba-tiba Hasan malah memeluk wira dengan erat sembari menangis.

"Wira kamu masih hidup? Dan kamu istriku?!" Ucap Hasan lagi mulai ngaco.

"Kamu ingin aku mati ya?!!.... Bang Hasan kenapa lagi sih? iya aku ini istrimu dari tiga tahun yang lalu,... Lepasin aku bang!!... Aku harus cepat memasak, Zidan juga ada diruang tengah sendirian..." Ucap Wira dia benar-benar kesal sekarang.

"Ti-tidak bukan begitu... Kau masih hidup wira , aku sangat senang, maafkan aku... maafkan aku..." Ucap Hasan dia masih tidak mau melepaskan wira.

"HUAAAA!!...BUUUUU!!!" suara tangisan anak kecil tiba-tiba terdengar dari arah luar kamar, Wira yang mendengarnya panik, karena hasan masih saja memeluknya padahal zidan anaknya menangis.

"Lepasss!! Bang Hasan!!... Zidan nangis tuh... Aku cubit nih ya..." Ucap Wira dan dia benar-benar mencubit hasan tepat diperutnya .

"Aduhh... Iya wira maafkan aku.. aku hanya senang... Aku tidak mengerti kenapa menjadi seperti ini tapi aku sangat senang..." Ucap Hasan masih saja belum sadar akan kondisi yang sebenarnya sekarang sangatlah berbeda.

"Cepet keluar dan jaga zidan!!" Ucap Wira, akhirnya dia bisa lepas dari pelukan maut hasan, tubuh besar Hasan selalu tidak kira-kira jika memeluknya, sudah tahu tubuhnya besar tapi Hasan masih saja suka memeluk tubuh wira yang kecil seperti itu.

Dan setelahnya, hampir seharian itu Hasan bertingkah aneh, dia malah sangat terkejut ketika melihat Zidan yang begitu persis dengan dirinya tapi dirinya versi mini.

Banyak pertanyaan aneh yang ditanyakan Hasan pada wira, dan wira sudah begitu kesal dengan semua tingkah aneh suaminya itu.

Dia bahkan terkagum-kagum dengan rumahnya, yang katanya sangat besar, padahal yang membeli rumah ini adalah Hasan sendiri, siapa suruh dia membeli rumah sebesar ini, padahal hanya mereka bertiga yang menempatinya, untungnya kalau soal membersihkan rumah ada pembantu khusus yang datang pada pagi hari dan pulang saat pekerjaannya telah selesai, Hasan tidak membiarkan pembantu tinggal dirumahnya kecuali satpam, dia tidak suka ketika ada orang lain mengganggu keluarga kecilnya ini.

"Bang Hasan cukup!!... Kita harus kedokter sekarang juga, kamu bertingkah sangat aneh..." Ucap Wira final dia tidak sanggup lagi menjawab pertanyaan Hasan yang seperti orang lupa ingatan.

Dan begitulah pertengkaran kecil mereka dipagi itu, akibat semua mimpi Hasan yang menurutnya sangat aneh tapi terasa sangat nyata, membuat Hasan linglung.

Tapi syukurlah itu hanya mimpi, Hasan tidak berhenti-hentinya mengikuti Wira kemanapun diminggu pagi itu, untungnya hari ini dia libur kerja, jadi Hasan bisa bebas mengganggu istrinya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.

The end

Wkwkwwk 🤣🤣

9638 kata dan cerita ini sangat aneh...

Maafin author mungkin akan banyak yang kecewa sama cerita author padahal kalian sudah nunggu lama.....

Cinta readers banyak-banyak 🥰🥰🥰

Continue Reading

You'll Also Like

35.8K 3K 23
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
502K 5.5K 26
Hanya cerita hayalan🙏
163K 7.7K 43
°di mohon sebelumnya membaca lebih baik untuk follow terlebih dahulu ‼️ memang ada wanita yang beruntung dalam hal apapun? ada . azzura contoh nya...
88.6K 8.1K 39
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb 🔞🔞 *** Start : 15 Januari 2024 End : -