MARRIAGE WITH ICE PRINCE -sun...

Von adndhdst

19.1K 1.9K 207

[On going] Ketika sebuah kesalahpahaman, menyeret dua orang yang tak saling cinta. Terpaksa menikah dan ting... Mehr

prolog❄
part:1❄
PART:2❄
PART:3❄
PART:4❄
PART:5❄
PART:6❄
PART:7❄
PART:8❄
PART:9❄
PART:10❄
PART:11❄
PART:13❄
PART:14❄
PART:15❄
PART:16❄
PART:17❄
PART:18❄
PART:19❄
PART:20❄
PART:21❄
Update!!
PART:22❄
PART:23❄

PART:12❄

672 83 4
Von adndhdst

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

Motor ninja hitam, berhenti dihalaman sebuah rumah mewah. Lebih tepatnya, rumah ini adalah rumah dari orangtua shin sora. Dan, shin sora telah menghabiskan sembilanbelas tahun.

Sebelum akhirnya keluar dan pindah ke apartemen, yang kini ia tinggali. Sora turun dari jok belakang, ia turun dengan hati-hati. Karena jok belakang motor ini, sedikit lebih tinggi. Daripada jok dimana sang pengemudi duduk.

Setelah berhasil turun, sora merapikan sedikit rambutnya. Yang berantakan, akibat terpaan angin saat berada diperjalanan. Ia membetulkan tata letak tali tasnya yang berada dipundaknya, sedikit melorot.

Gadis dengan gaun panjang diatas mata kaki itu, terlihat cantik malam ini. Gaun sederhana berwarna putih tulang, dengan adanya motif bunga. Menambahkan kesan manis pada sora.

Park sunghoon, ia juga ikut turun dari motor. Setelah melepaskan helm fullface-nya dan juga membenarkan rambutnya, dengan cara menyugarkannya kebelakang.

Laki-laki itu, malam ini menggunakan kemeja berwarna hijau army, dengan lengannya digulung sampai sikunya. Dan, kemeja itu dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam. Sunghoon terlihat tampan, dengan setelan seperti itu.

Pukul tujuh lewat lima belas menit, sora dan sunghoon kini berdiri didepan pintu rumahnya sora. Untuk sora, sudah hampir sebulan setelah pernikahannya dengan sunghoon. Sebegitu lamanya ia sudah tidak pulang kerumah ini.

Jujur, ia juga rindu dengan kediamannya. Bukannya tidak sempat atau sudah tidak ingat rumah. Sora hanya malas, jika hanya datang tanpa ada hadirnya kedua orangtuanya.

Kalian tahukan, kalau kedua orangtua sora sama-sama sibuk mengurus perusahaan. Jadi untuk menetap dirumah paling lama hanya seminggu, selebihnya berada diluar kota maupun negri.

Jadi, untuk apa sora datang dan berakhir sendirian juga. Sama saja seperti diapartemen, kalau sunghoon pergi atau latihan. Meski dirumah ada pengurus rumah tangganya, tapikan sama saja.

Sora menarik nafasnya, lalu menghela. Disampingnya sunghoon berdiri menjulang, dengan tangan kanannya dimasukan kekantung celananya.

Tok...tok..tok..

Sora mengetuk pintu rumahnya, dengan tangan kanannya memegang tali tasnya. Sebenarnya ia bisa saja langsung menyelonong masuk. Tapi, ia ingin merasakan jadi tamu dirumah sendiri.

Sora mendapat jawaban dari dalam, sepertinya itu suara bibi kim. Sora tau dan kenal betul suara itu.

"eoh? Nona shin sora."mata bibi kim berbinar, saat melihat ternyata sora lah yang datang. "iya ampun, bibi rindu. Iya sudah masuk nona."

"sama, bi."sora menyentuh lengan wanita tua itu, yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri. Selama ibu ikut ayah keluar kota atau negri, bibi kim yang menggantin peran ibu. Sampai ibu pulang.

"eh? Tuan muda?"ucap bibi kim, sadar. Sebelum ia benar-benar mengajak sora masuk kedalam, ia berucap saat menyadari atensi orang lain disekitarnya.

Bibi kim baru menyadari bahwa ada orang selain anak majikannya, "iya ampun, maaf tuan muda. Bibi tidak melihat, silahkan masuk juga."ujar bibi kim, dengan wajah tak enak.

Sunghoon tersenyum sangat tipis dan menganggukan kepalanya, "tak apa, bi."

Sedangkan sora terkikik, ternyata bibi kim tak melihat makhluk sebesar ini yang berada disampingnya. Maklum lah, bibi kim mempunyai penglihatan yang sedikit buruk. Bagaimana tidak umurnya saja, sudah setengah abad.

Sora menoleh, menatap sunghoon yang masang muka datarnya. Masih dengan kikikan kecil, mengiring mereka masuk kekediaman rumah keluarga shin.

Mereka berjalan langsung keruang makan, manatau ibu dan ayah sora sudah disana. Karena jujur, sora rindu ibu dan ayahnya.

Dan, benar. Saat hampir sampai diruang makan, dari kejauhan sora dapat melihat orangtuannya sudah duduk dikursi meja makan dan sepertinya tengah berbincang. Terdengar dari suara tawa ibu, yang sampai ketelinga sora.

Dengan berlari kecil, sora meninggalkan sunghoon yang berjalan santai dibelakang. "ibu! Ayah!"panggil sora, dengan berlari kecil menuju meja makan.

Panggilan sora, membuat kepala ayah dan ibu otomatis menoleh. Menatap sumber suaranya, ternyata itu suara dari anak satu-satunya.

Sora sampai dimeja makan, ibu dan ayah berdiri. Menyambut kedatangam sang putri dan menantunya. Sora merentangkan tangannya, dihadapan ibu. Meminta sebuah pelukan, dan disambut dengan senang hati oleh ibu.

"aku merindukanmu, bu."ucap sora, yang berada didalam dekapan sang ibu.

"sama."balas ibu, mengeratkan pelutkan itu. Sudah hampir sebulan berpisah dan tak bertemu putrinya, membuat ibu juga merasakan hal yang sama.

Sedangkan sunghoon, hanya menatap adegan dihadapannya. Melihat anak dan ibu melepaskan rindunya, masing-masing.

"jadi kau tak merindukan ayah, sora?"tanya ayah, yang juga dari tadi hanya menatap putri dan istrinya melepaskan rindu tanpa melibatkan dirinya.

Ucapan sang ayah, membuat sora menoleh. Menatap ayah dengan senyum sumringahnya, "aa, ayah. Aku juga merindukanmu."sora melepaskan dekapannya dari sang ibu.

Lalu berpindah pada sang ayah, sora memeluk tubuh sang ayah. Tubuh yang masih terlihat kokoh, meski sudah termakan usia.

"ayah jauh lebih merindukanmu."ucap ayah, seraya mengecup puncak kepala sang putri dengan sayang.

Mereka meregangkan pelukannya, sebelum akhirnya lepas. Ayah mengusap rambut putrinya, menatap lekat sora. Memperhatikan setiap inci wajah anaknya itu, apakah baik-baik saja.

"aku baik-baik saja, ayah."perkataan spontan sora, mengantarkan ketenangan kepada sang ayah. Seakan ia bisa membaca pikiran ayahnya, yang dari tadi menatapnya lekat.

Sunghoon berjalan mendekat, ia mendatangi tuan shin. Sebagai pembuka. "oh, park sunghoon."seru ayah, saat mendapati menantunya mendekat kearahnya.

Membungkukkan badannya, tanda memberi salam. Justru ayah mendekati, sunghoon. Lalu memeluk tubuh jangkung sunghoon. Sunghoon yang mendapati pelukan mendadak itu, berdiri kaku.

"tidak usah tegang seperti ini, sunghoon. Kau sekarang putra ayah juga."ucap ayah, menepuk-nepuk punggung sunghoon pelan. Membuat sunghoon membalas pelukan itu, jujur saja ia masih canggung dengan kedua orang tua shin sora.

Bagaimana pun, ia baru bertemu ketiga kalinya bersama orangtua sora. Yang pertama, sunghoon ketemu saat sehari sebelum acara peenikahannya. Yang kedua, acara pernikahaannya. Dan, ini adalah yang ketiga kalinya.

Maklum saja hubungannya masih canggung. Setelah itu pelukan itu terlepas, kini bergantian dengan ibu sora yang memeluk sunghoon.

Dan, kali ini sunghoon langsung menerimanya. Ia membalas pelukan dari ibu mertuanya. Pelukan itu lepas, setelahnya.

"ayo duduk, sayang."ajak ibu, memberi tanda untuk duduk dihadapannya. Duduk dikursi sebrang meja, dimana ibu dan ayah duduk.

Malam ini mereka makan, dengan duduk saling berhadapan. Yang biasanya ayah akan duduk dikursi kebeserannya, yaitu di pinggir tengah meja. Jika ayah duduk disitu, maka anak dan istrinya akan berada disisi kanan dan kirinya.

Sora dan sunghoon berjalan kearah kursi meja makan, yang ditunjuk ibu untuk mereka duduki.

Setelah sama duduk, ibu langsung menyuruh mereka makan. Sora dan sunghoon mulai mengambil makanan mereka masing-masing.

❄❄❄❄❄❄

 
Pukul delapan lebih sepuluh menit, halaman belakang keluarga shin. Yang biasanya sepi, kini sedikit hidup. Dengan adanya obrolan-obrolan santai yang terjadi antara tuan shin dan istri, juga sunghoon dan sora.

Obrolan itu baru saja berlangsung, ketika mereka sudah selesai makan. Tuan shin menyarankan taman belakang, untuk tempat mereka lanjutkan obrolan. Yang sempat tertunda dimeja makan.

Perlahan sunghoon yang awalnya canggung, kini ia mulai membalas pertanyaan atau menyambung setiap perkatan dari kedua orangtua sora.

Meski kadang sunghoon, masih kaku dalam bersikap. Dan, sunghoon pernah berfikir kalau pernikahaannya dengan putri tuan shin, hanya sebatas tanggungjawab. Ternyata salah, tuan shin beserta istri malah menerima sunghoon dengan senang hati.

Mereka menganggap sunghoon, betulan menantu. Bukan hanya sekedar menikah, lalu sudah.

"bagaimana sekolah kalian? Baik?"tanya ayah, sambil menyeruput teh. Yang terhidang dimeja.

Sora menganggukkan kepalanya,"baik, yah."balas sora.

Sunghoon mengangguk sebagai jawaban. Ia menatap ayah mertuanya, yang juga duduk dikursi santai taman belakang.

Setelah itu sora bangkit, membuat semua atensi mata yang sedang diruang lingkup. Yang sama dengan sora, menatapnya.

"mau kemana, sora?"tanya ibu, yang melihat sora berdiri dari duduknya.

Sora menatap keseluruhan pasang mata, orang disekitarnya. Ia tersenyum, "aku permisi sebentar, mau ketoilet. Juga mau kekamarku dulu, ingin melihat-lihat. Sudah lama soalnya."diujung katanya, sora terkekeh. Ia berjalan meninggalkan taman belakang rumahnya, setelah mendapati anggukan dari ayah dan ibunya.

Ia berjalan memasuki rumahnya yang besar, menuju lantai dua dimana letak kamar tidur yang dulu ia tiduri. Sebelum pindah keapartemen.

Sampai dilantai dua, rumahnya. Sora membuka perlahan pintu kamarnya dan saat pintu kamarnya terbuka sempurna. Semua isi yang berada dikamarnya, terlihat jelas oleh matanya.

Ia tersenyum sendu, saat memasuki kamarnya lebih dalam. Jujur, sora rindu dengan kamar ini. Bagian dari rumah, yang begitu banyak kenangnya. Ruangan ini bisa dibilang tempat rahasia tebesarnya, ruang yang selalu menampung tangisan tengah malamnya.

Sora memasuki kamar mandi, kamarnya. Seperti rencana awalnya, ingin kekamar mandi. Menghabiskan  waktu lima menit, sora keluar dari kamar mandi. Ia merapikan rok gaunya yang sedikit berantakan, mengibas-ngibaskan saja untuk membetulkan yang sedikit kusut.

Lalu sora berjalan kearah lemari pakaiannya, membuka lemari itu. Isinya masih ada, sora tak membawa banyak. Hanya sekedar, selebihnya membeli yang baru. Tapi, sora ingin mengambil beberapa gaun kesayangannya. Yang masih tertinggal dilemarimya, jadi baru sempat diambil sekarang.

❄❄❄❄❄❄

Halaman belakang rumah kediaman keluarga shin, masih terjadi obrolan-obrolan. Antara kedua orangtua sora dan sunghoon, sesekali sunghoon tersenyum menanggapi perkataan ayah sora.

Momen langkah yang jarang shin sora lihat, yaitu saat wajah dingin sunghoon yang melunak dan menampilkan seutas senyuman manis.

Langkah, sangat-sangat langkah. Soalnya, sora yang tinggal bersama sunghoon saja jarang sekali melihat anak itu tersenyum....sumpah. makannya, dibilang momen langkah.

"aigoo, sayang. Kau bisa saja."ibu sora menepuk pelan lengan, suaminya. Saat suaminya bercerita soal dirinya dimasa muda, yang cantik. Ibu sora terkikik, saat mengingat masa-masa mudanya bersama sang suami.

Ibu dan ayah, sedikit menceritakan kisah masa lalu mereka. Kepada menantunya, yang hanya bisa ditanggapi dengan senyuman oleh sang menantu.

Jika dilihat sunghoon, wajah ibu sora menuruni pada sora. Wajah kecil ibu sora,juga dipunyai sora. Ibu sora, wanita anggung dan lemah lembut. Sifat itu yang berbanding terbalik dengan putrinya yang sedikit bar-bar.

Dari cara tertawa, tersenyum dan berbicara. Sunghoon dapat menilai dari situ, sifat ibu sora. Wanita yang masih cantik, meski umurnya hampir memasuki usia 50 tahun.

Kalau ayah sora, pria yang sudah menginjak 50 tahun. Tapi, badannya masih tegap dan gagah. Mungkin, ayah sora benar-benar menjaga tubuhnya dengan baik. Mengingat ia mengurus perusahan yang besar dan bercabang-cabang.

Sunghoon, terkekeh saat mendengar perkataan ayah sora barusan. Apalagi melihat wajah malu-malu ibu sora, tampak dari wajahnya yang memerah.

"sunghoon."tiba-tiba ayah sora, memanggil sunghoon. Membuat sunghoon geming, lalu ia menatap ayah sora.

"iya, y-yah."jawabnya kikuk, yang masih tak terbiasa memanggil tuan shin dengan sebutan 'ayah'.

Ayah sora tersenyum, senyumnya menyirat sesuatu. Membuat sunghoon berusaha mendengar dengan baik, ia pun tersenyum pada ayah mertuanya.

"ayah dan ibu punya hadiah untuk kau dan sora."ayah sora tersenyum.

"hadiah?"tanya sunghoon.

"iya, nak."jawab ibu sora dengan senyuman lembutnya.

Sunghoon menatap bingung. Hadiah apa yang akan diberikan ibu dan ayah mertuanya. Tak lama bibi kim mendatangi halaman belakang rumah, tempat dimana perkumpulan kecil itu berada.

Membawa amplop putih ditangan kanannya, lalu menyerahkan amplop putih itu kepada ayah sora. Lalu membungkukkan badan, bibi kim meninggalkan keluarga itu. Masuk kembali kedalam.

Ayah sora yang menerima amplop, menyerahkan pada sunghoon dengan senyum terang diwajahnya. Membuat sunghoon mengambil dengan hati-hati.

"apa ini?"tanya sunghoon, saat amplop putih itu sudah ditangan.

"buka segera saja, kau akan tau."saran ibu, menyuruh sunghoon membuka amplop putih itu.

Dan, saat amplop itu terbuka sempurna. Sunghoon mengeluarkan isinya, perlahan. Tiket liburan? Sunghoon mendongak, menatap mertuanya bingung.

"hadiahnya, tiket liburan kejeju!"seru ibu.

"itu hadiah, bukan untuk bulan madu. Kami memberikan itu, karena rasanya selama ini kami terlalu sibuk bekerja. Sampai lupa, kalau putri kami tidak pernah kami ajak liburan. Tapi, setelah ada kau. Kami mungkin akan tenang, untuk menyerahkan sora padamu."jelas ayah sora, yang diakhiri senyum simpul.

Sunghoon menatap kertas ditangannya, lalu menatap mertuanya secara bergantian. Ia pun membalas senyuman, ayah sora.

"lekas beritahu sora."pinta ibu sora, yang mendapati menantunya masih diam ditempat.

Sora yang tadi bilang ingin ketoilet, namun belum kembali sampai sekarang. Jadi saat menyerah hadiah itu, hanya sunghoon yang tau saja.

Sunghoon menganggukan kepalanya, ia bangkit dari duduknya. Berjalan memasuki kekediaman mewah keluarga shin, ia akan mencari sora. Dan memberitahu, soal hadiah orangtuanya.

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

56.3K 11.3K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
38.6K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
132K 10.2K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
54.2K 8.5K 52
Rahasia dibalik semuanya