saat ini haechan dan jeno berada di taman kota, mereka akan berkencan dengan mengelilingi taman kota. sebenarnya haechan tidak ingin membuat jeno terlalu lelah jadi ia meminta untuk ke taman kota.
mereka berjalan dengan jeno menggandeng tangan haechan, melihat sekitar taman kota yang sedikit ramai.
"ayo kita duduk disana" ajak haechan menarik tangan jeno
jeno hanya tersenyum dan mengikuti arahan dari sang kekasih.
"segar sekali" ujar haechan menikmati angin yang berhembusan
mereka berdua duduk dikursi yang sudah ada di taman kota yang ada di bawah pohon besar.
"sudah lama kita tidak kesini berdua" ucap jeno merangkul haechan
"benar, mungkin karena kita sibuk"
"sibuk berkutat dengan berkas berkas yang bertumpukan"
"itu kamu, sudah aku bilang bukan? jika kamu lelah maka beristirahatlah dulu"
"tanggung sayang, aku lebih suka semua selesai daripada menunda nundanya"
"tapi tetap saja, kesehatanmu lebih penting"
"iya iya, kekasihku ini cerewet sekali, hm" ucap jeno mencubit pipi bulat haechan dengan gemas
"sakit jeno!"
"hahaha, maaf. sini aku cium"
Cup
"jeno!"
"hahaha"
jeno tertawa hingga matanya membentuk eye smile yang menjadi ciri khas jeno.
"aku rindu dengan eye smile mu"
"benarkah? mungkin karena aku jarang tertawa seperti ini"
"kamu hanya boleh menunjukan eye smile mu padaku"
"tentu saja, sayang. eye smile ku hanya untuk mu"
"dulu, saat kita pertama kali bertemu, kamu sangat dingin padaku" ucap haechan terkekeh mengingat masa lalunya dengab jeno
"tapi kamu berhasil mencairkan es yang dingin ini"
"aku ini hebat"
"hebat untuk ku"
haechan menyandarkan kepalanya pada pundak jeno, matanya sedikit memberat.
"hei... kamu mengantuk?" tanya jeno mengelus lembut kepala haechan
"sedikit"
"ingin pulang?"
"tak apa?"
"tentu saja, ayo ke rumah mu"
"menginap ya?"
"iya, aku akan menginap"
haechan dan jeno bangkit dari duduk, lalu berjalan meninggalkan area taman, jeno merangkul haechan sampai mereka masuk ke dalam mobil milik jeno.
--------
saat sampai dirumah haechan, jeno berbincang lebih dulu dengan orang tua haechan, sementara haechan ia masuk kedalam kamarnya.
"bagaimana kabarmu jeno?" tanya kai ayah haechan
"baik, bagaimana dengan ayah?"
"ayah juga baik"
"kamu akan menginap bukan?" tanya krystal bunda haechan
"iya, haechan yang meminta"
"pasti anak itu ingin bermanja denganmu"
"mungkin, tapi jeno juga ingin bermanja pada haechan"
"hahaha, baiklah. kami berdua ada urusan diluar, mungkin kami akan pulang terlambat"
"ah baiklah ayah, aku akan menjaga haechan"
"terimakasih, jeno"
"tak apa bun"
"yasudah, pergilah ke kamar haechan"
"tapi sebelum itu jeno ingin meminta izin"
"apa?" tanya kai
"jika jeno ingin menikahi haechan apa ayah dan bunda merestui?"
"ah... tentu saja, kami sudah mempercayakan haechan padamu"
"bagaimana dengan bunda?"
"aku juga merestui tentunya, tapi apa kalian sudah siap?"
"jeno sudah mempersiapkan semuanya dari lama, hanya menunggu haechan siap atau tidak"
"jika begitu tanyakan saja langsung padanya"
"baiklah, jeno ke kamar haechan dulu"
"tentu"
jeno berjalan naik ke lantai atas, menuju kamar milik haechan. saat sampai jeno membuka pintu dengan pelan dan melihat haechan yang sedang berdiri dibalkon.
jeno tersenyum lalu mendekati haechan. tanganya melingkar pada pinggang haechan dan meletakan dagunya pada pundak haechan.
"sayang" panggil jeno
"ada apa?" balas haechan mengelus lengan jeno yang melingkar di pinggangnya
"tidak ada, aku hanya ingin bermanja denganmu" ucap jeno menghirup aroma khas milik haechan
"kamu sakit?"
"tidak, mungkin hanya sedikit lelah"
haechan tak membalas jeno lalu berbalik menghadap jeno. haechan menangkup pipi jeno dan mengelusnya.
"sudah ku bilang berapa kali? jangan terlalu lelah"
"kamu sudah mengatakan itu di taman tadi"
"dan kamu tetap tidak mendengarkan"
"aku sudah mengatakan alasanya, sayang" ucap jeno menelusupkan wajahnya pada ceruk leher haechan
"mulai sekarang jangan terlalu lelah, mengerti?"
"hm"
tiba tiba, jeno menggendong haechan ala koala dan berjalan mendekati ranjang. jeno membaringkan haechan dengan hati hati disusul dengan dirinya yang berbaring di sebelah haechan.
"kamu kenapa?" tanya haechan
"aku ingin seperti ini" balas jeno memeluk haechan sedikit erat dan menyembunyikan wajahnya pada perut haechan.
"manja? bayi besarku ingin ku manja ternyata" ucap haechan mengelus kepala jeno
"sayang~ cium"
"hei... dimana sikap dingin dan gagah mu itu?"
"aku ini sedang mode manja, jadi cium"
"baiklah, ingin cium dimana?"
"semuanya"
Cup... Cup... Cup...
haechan mencium seluruh wajah jeno, lalu tersenyum menatap wajah jeno, jarang sekali jeno sangat manja padanya.
"sudah, ingin apa lagi?" tanya haechan
"ingin menikahi mu"
"hm? menikah?"
"kamu tidak mau?"
"bukan begitu, aku tentu mau menikah denganmu"
"lalu?"
"memang kamu sudah meminta izin dengan orang tuaku? belum nanti akan ada banyak yang perlu dilakukan untuk persiapan menikah"
"aku sudah menyiapkan semuanya, dan untuk orang tuamu aku sudah meminta izin tadi dan mereka bilang jika mereka merestuinya. aku hanya perlu kamu siap atau tidak"
"aku siap, kita saja belum meminta restu pada ayahmu"
"untuk itu aku akan mengurus pertemuan ayahku dan orang tuamu"
"kamu sudah memilih cincin?"
"belum, aku takut nanti tidak cocok. aku ingin kamu juga ikut memilih"
"baiklah, setelah orang tua kita bertemu dan menentukan tanggal pernikahan, kita baru memilih cincin"
"tentu"
---------
maaf kalo ada typonya