Refuser d'y Aller [KV]

By joyyby

32.5K 3.5K 127

Saling mencintai namun tak dapat bersatu karena keegoisan masing-masing pihak. Yang satu brengsek dan pandai... More

1. Menyebalkan
2. Kakak?
3. Hungry
4. Kecelakaan
5. Sial
6. Aku... Manis?
7. Pergi lagi?
8. Keanehan
9. Being protective
10. Gengsi tapi mau
11. Dokter tampan
12. Masa sih?
13. Date?
14. Tiba-tiba
15. Normal
16. Menarik
17. Jealous
18. Teori cinta segitiga
19. Kerja kelompok
20. Silent love
21. Fight
22. Taruhan
23. Racing
25. The girl's
26. Akur?
27. Orang tua
28. Woke up
29. Perlakuan manis
30. Batal
31. Sahabat
32. Taken?
33. Curhat
34. Kiss
35. Date!
36. Resmi, tapi...
37. Only
38. Caught
39. Basket
40. Boss
41. The Incident
42. Possible
43. Yeri
44. Datang
45. Lari
46. Problem
47. Snow
48. Everyone's fear
49. The ending

24. Hospital

537 63 1
By joyyby

"Woah styleku sekali." Jimin bergumam pelan sambil tangannya menggerakkan mouse itu dengan lincah.

Hanya sekedar melihat beberapa pakaian yang ada di toko online. Jimin adalah tipe orang yang malas untuk belanja, selain karena lama juga karena akan membuang banyak uang. Karena ketika melihat barang pasti rasanya ingin membeli.

Dia melirik kearah digit angka yang berada dibawah layar komputernya, 01.15 AM KST. Sudah larut malam, sebaiknya ia segera tidur.

Jimin mematikan komputernya lalu langsung menjatuhkan dirinya ke ranjangnya yang empuk, bersiap untuk masuk kedalam dunia mimpi. Baru ingin menutup mata, suara dering ponsel terdengar begitu menganggu.

Memutuskan untuk mengambil ponselnya yang berada diatas nakas tempat untuk menaruh lampu tidur, berniat untuk mengangkat telepon itu.

"Tae?"

Apa yang anak itu lakukan sehingga meneleponnya tengah malam begini? Lagi pula Taehyung itu beruang tidur, tidak mungkin jam segini masih terjaga.

"Halo? Apakah anda--"

Jimin merubah posisinya menjadi duduk.

"Hei?! Siapa kau?? Kenapa ponsel Taehyung bisa ada ditanganmu?! Kemana Taehyung?!!" Jimin panik begitu mendengar suara orang asing yang jelas-jelas menelepon menggunakan handphone Taehyung.

"Tuan tenang dulu, seseorang yang tuan maksud sedang berada di rumah sakit Wooridul Spine karena tadi saya menemukan pemilik ponsel ini berada di pinggir jalan dan sudah pingsan. Saya rasa ia adalah korban tabrak lari."

Jantung Jimin rasanya ingin lepas saja saat mendengar sahabatnya sekaligus orang yang mampu memporak-porandakan hatinya itu kecelakaan.

"L-lalu sekarang keadaannya bagaimana?" Tanya Jimin dengan lemas.

"Tak perlu khawatir, beruntung saya tepat waktu membawanya. Dia ditempatkan di UGD sekarang."

"Baiklah aku akan kesana, terima kasih sudah membantu."

Tut.

Jimin segera memakai jaket kulitnya serta menggunakan topi, tak lupa menyambar kunci motornya dengan cepat.

Segera menuruni tangga dengan terburu-buru yang dilihat oleh asisten rumah tangganya, "Tuan muda mau kemana?"

Jimin menatap wanita paruh baya itu yang nampak sedang menatap khawatir kearah dirinya.

"Jimin pergi keluar sebentar Bi, tak lama." Jimin tersenyum lalu keluar dari rumahnya.

Hatinya saat ini kacau sekali, mengendarai dengan kecepatan diatas rata-rata yang membuat pengendara lain memaki kesal. Tapi untuk apa ia pedulikan, otaknya saat ini hanya memikirkan Taehyung saja.

Tunggu aku.

• • •

Setelah menempuh setengah jam perjalanan akhirnya Jimin tiba di rumah sakit yang dikatakan orang tadi, berjalan dengan tergesa-gesa sampai menabrak beberapa orang yang dilewatinya.

Sampai menemukan UGD yang dimaksud lalu terlihat seorang pria yang ia rasa lebih tua jauh diatasnya itu sedang memegang ponsel Taehyung.

Buru-buru ia menghampiri pria itu, "Benarkah anda yang menolong Taehyung?"

Pria tersebut menatap kearah Jimin lalu tersenyum kecil, "Ya, ini ponselnya."

Jimin tersenyum sambil menerima ponsel Taehyung, apa yang akan terjadi jika pria baik ini tidak menemukan Taehyung tadi?

Jimin menghela nafas berat lalu duduk disamping pria tadi, sementara tangan pria itu terulur untuk mengusap-usap punggung Jimin.

"Tenanglah, dia akan baik-baik saja. Apa itu pacarmu?" Tanya ahjussi itu sambil tersenyum simpul.

Jimin menoleh kearah pria itu lalu terkekeh pelan, antara malu atau sedih. "Tidak, kami sahabat. Namun aku menyukainya."

Pria tadi hanya mengangguk-angguk, namanya juga anak muda. Dia juga pernah merasakan perasaan seperti itu.

"Bisakah ahjussi ceritakan padaku mengapa Taehyung bisa kecelakaan?"

Tangan pria itu berhenti mengusap-usap punggung Jimin lalu melipat tangannya didepan dada, mencoba untuk mengingat.

"Tadi aku keluar untuk menjemput istriku yang berada dirumah temannya, aku sedikit memelankan kecepatan mobilku untuk membaca petunjuk jalan. Karena aku baru menetap di Seoul selama seminggu, jadi belum begitu hafal seluk beluk kota ini. Lalu aku melihat ada seseorang yang terlihat terbaring di pinggir jalan, aku mencoba untuk memastikan lalu keluar dari mobilku. Dan betul saja, sesuai dugaanku itu adalah orang."

Tangan Jimin terkepal emosi. Siapa yang menabrak Taehyung? Bajingan.

Aku akan mengusut kasus ini ke polisi.

Tentu saja yang seperti ini tidak bisa ia biarkan, kalau pelakunya hanya ketidaksengajaan karena mengantuk atau apa pun itu, pasti akan bertanggung jawab. Ini jelas adalah sesuatu yang disengaja, tinggal tunggu waktu untuk Jimin mengurusinya.

"Aku melihatnya sudah pucat sekali dan juga bersimbah darah, jadi ya aku bawa kesini."

Jimin menatap pria itu dengan raut wajah berterimakasih, tak bisa ia bayangkan kalau Taehyung disitu tidak ada yang menemukannya.

Agaknya Jimin merasa bersalah, karena tadi pria ini bilang mau menjemput istrinya. "Apakah istri ahjussi menunggu lama? Kalau iya ahjussi boleh pergi sekarang-- Bukan maksudku untuk mengusir!"

Pria itu tertawa lalu menepuk pundak Jimin, "Tidak, malah dia menikmati waktunya bersama temannya."

Jimin ikut tertawa, entah mengapa tawa ahjussi ini mirip seperti Ayahnya. "Baiklah kalau begitu."

"Tapi bisa-bisa aku ditampar kalau terlalu lama." Kekeh pria tersebut.

Obrolan yang dilakukan keduanya membuat hati Jimin tidak segelisah tadi, rasanya ia kembali tenang begitu mengobrol dengan pria ini.

"Tak apa, ahjussi boleh pulang."

Pria itu tersenyum, "Aku pergi dulu, jaga temanmu itu."

Hendak pergi namun ditahan oleh Jimin.

"Terima kasih ahjussi." Ucap Jimin untuk yang kesekian kalinya.

Pria itu tersenyum lagi lalu pergi dari situ. Sial, Jimin lupa bertanya siapa nama orang itu. Tapi nanti akan di cap sok kenal, sudahlah.

02.30 AM KST

Sekarang Jimin sendiri, tengah malam, menunggu Taehyung.

Dia melirik kearah pintu UGD yang masih menunjukan warna merah pada lampunya, berapa lama pun tak akan Jimin pedulikan untuk menunggu. Selagi dia masih bisa melihat Taehyung kembali tersenyum, tertawa, serta bersamanya.

Jimin tertidur.

Namun tersadar begitu tampak dokter serta dua orang suster keluar dengan wajah lelahnya, bangkit berdiri untuk bertanya bagaimana keadaan sosok yang begitu berharga itu.

"Bagaimana dok?!"

Dokter tersebut tersenyum menanggapi, lalu duduk sebentar di kursi tunggu yang ada disitu. "Ia baik-baik saja. Kami tepat waktu menanganinya."

Jimin tersenyum lalu berterimakasih kepada dokter itu, "Terima kasih banyak, Dokter Lee."

Jimin membaca nametag Dokter itu.

"Tapi temanmu itu sekarang sedang dalam keadaan koma karena benturan keras pada dadanya, akan sebentar. Prediksi kami dia akan sadar sekitar lima sampai delapan hari."

Mendengar itu senyum Jimin menjadi luntur dan berubah menjadi wajah yang begitu sedih, "Baiklah, tak apa dok."

Dokter tersebut tersenyum sebentar lalu berniat ingin pergi, namun terhenti karena mengingat sesuatu.

"Apakah orang tuanya akan datang? Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan."

"Maaf, kedua orang tuanya sudah tidak ada. Dia hanya mempunyai Kakak tapi sedang berada jauh di luar kota, dan aku sahabatnya. Aku bisa mewakilkan." Ucap Jimin yang ikut berdiri.

Dokter Lee mengangguk paham, "Baiklah ikut saya."

Hanya bisa mengekori dari belakang sambil menghela nafas berkali-kali, kenapa ini harus terjadi?

Jimin ikut masuk kedalam ruangan dokter itu lalu dipersilahkan duduk, ia harap hal yang akan dibicarakan tidak membuatnya terkena serangan jantung.

Dokter Lee melepaskan kacamatanya lalu duduk di kursinya, menatap Jimin sebentar lalu memulai percakapan.

"Jadi begini, saya menemukan adanya keanehan pada kepala pasien saat tadi dilakukan pengecekan, seperti ada suatu benjolan menyerupai kanker. Kalau anda mengizinkan, saya akan melakukan rontgen untuk memastikannya."

Lagi dan lagi, rasanya jantung Jimin ingin terjung payung saja dari ketinggian 50.000 kaki. "Kanker..."

"Tapi tak usah khawatir, ini baru prediksi saya." Jelas Dokter Lee.

Jimin mengangguk paham meski benar-benar terkejut. Kalaupun itu adalah hal yang benar lalu selama ini dirinya apa bagi Taehyung? Hal besar seperti ini disembunyikan darinya, Jimin benar-benar tak paham.

"Saya setuju, lakukan apapun yang terbaik untuknya." Jimin memaksakan senyumnya.

"Akan kuusahakan."

"Baiklah, kamsahamnida." Jimin membungkukkan badannya lalu keluar dari situ, sudah dipastikan ia tidak bisa tidur kalau begini.

• • •

"Dimana aku?" Tanya Taehyung pada dirinya sendiri.

Taehyung hanya bisa melihat kegelapan disekitarnya, ia merasa asing dengan tempat ini. Tak mengingat secuil kejadian pun sampai berada di tempat seperti ini.

Melihat ke sekeliling yang hanya berwarna hitam tanpa adanya penerangan, terus berlari mencari jalan keluar.

Kedua kakinya tidak merasa kelelahan untuk mencari jalan keluar, yang pasti tujuannya keluar dari tempat asing ini.

Tapi percuma.

Tak ada yang bisa keluar dari alam bawah sadarnya sendiri jika tubuhnya sedang dalam keadaan 'mati'.

Ia mulai menangis sambil meringkuk di dalam kesunyian itu. Menangis sekeras-kerasnya tanpa ada yang mampu mendengarnya, tanpa ada yang bisa menolongnya, dan tanpa ada yang mau menemaninya.

Gelap, sesak, sendirian.

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 40.3K 32
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
11.2K 1.4K 14
Jeon Jeongguk bertanya-tanya akan tingkah salah satu kekasihnya yang terlalu cuek. Β©queen_na1
901K 84.2K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.9M 92.2K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...