MARRIAGE WITH ICE PRINCE -sun...

By adndhdst

19.1K 1.9K 207

[On going] Ketika sebuah kesalahpahaman, menyeret dua orang yang tak saling cinta. Terpaksa menikah dan ting... More

prolog❄
part:1❄
PART:3❄
PART:4❄
PART:5❄
PART:6❄
PART:7❄
PART:8❄
PART:9❄
PART:10❄
PART:11❄
PART:12❄
PART:13❄
PART:14❄
PART:15❄
PART:16❄
PART:17❄
PART:18❄
PART:19❄
PART:20❄
PART:21❄
Update!!
PART:22❄
PART:23❄

PART:2❄

1K 100 21
By adndhdst

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

jake tangkap lah!"sunghoon mengoper bola basketnya kearah jake dan ditangkap sempurna oleh jake.

Lapangan basket hangyul high school, kini tengah dibisingi oleh siswa laki-laki yang tengah bertanding bola basket. Tiga diantaranya ada: sunghoon, jay dan jake. Pertandingan yang tengah mereka lakukan hanyalah sebuah pertandingan dengan alasan, untuk bersenang-sennang.

Dikarenakan mereka semua yang ikut bertanding adalah teman, meski berasal dari kelas yang berbeda. "yah!"sorak mereka yang berada didalam team jake.

"wuh! Team kami yang menang."ucap jake, mengepal tangan diudara.

"ya-ya, selamat."jay mendatangi jake dan menjabat tangan ala-ala laki-laki pada umumnya. Diikuti siswa lain yang berada ditaem jay, yang kalah.

"tangkap lah!"gerakan sepontan sunghoon, memberi sebotol minum pada jay dan jake. Dengan cara melemparkannya.

"hei! Kau mengagetkanku."itu jay, dia menatap sunghoon dengan mata membulat. Sedangkan yang sedang dikesali malah terkikik.

"untung sepontanmu bagus."lalu sunghoon terkekeh. Meskipun kesal, jay dan jake tetap meneguk air mineral dibotol, setelah membukanya.

"hei, kalian mau kemana?!"jake, laki itu menatap tepi lapangan. Melihat teman-teman yang tadi ikut bermain, mulai beranjak dengan menyandang tas ranselnya.

Dengan begitu sunghoon dan jay, menoleh."kami bertiga duluan pulang, oke!"ucap salah dari ketiga orang yang ingin beranjak dari lapangan basket, itu.

Ketiganya hanya menanggapinya dengan tanda 'oke' ditangannya, lalu kembali menenggak air sampai tandas.

"siapa yang mengembalikan bolanya?"jay menutup botol yang sudah kosong.

"aku, biar aku saja."sunghoon menghapus keringat yang berada dipelipisnya, lalu menyerahkan botol air mineral kosong ketangan jake"tolong buangkan, sekalian."dan hanya dianggukan oleh jake.

"kalian pulanglah duluan."sunghoon mengambil bola yang dibiarkan tergeletak, setelah jake berhasil memasukan gol terakhir.

"ya sudah, kami duluan."jay dan jake menepuk pundak sunghoon, ketika laki-laki itu kembali berdiri dihadapan mereka.

Jay dan jake mengambil tas, lalu beranjak. mereka beranjak dari lapangan basket dan berpisah dilorong sekolah yang berbeda. Jay, jake kearah parkiran, sedangkan sunghoon pergi kearah ruang olahraga.

Sunghoon berjalan dilorong sekolah yang sudah sepi dengan tangan kiri memegang bola dan menyandang tas, tangan kanannya dimasukan kesaku celana sekolahnya.

Sunghoon, laki-laki itu melewati gudang yang terbuka. Namun memundurkan langkahnya kembali, mengintipkan sedikit kepalanya kearah dalam gudang.

Seorang gadis?

Dia melihat seorang gadis tengah menyeret sebuah kota berukuran besar, membawa kesudut gudang. Sunghoon kembali menegakan tubuhnya, lalu mengedikkan bahunya. Tanda dia tak peduli apa yang dilakukan oleh gadis didalam gudang tersebut.

Berlalu dari situ, sunghoon kembali melangkah kearah ruang olahraga untuk mengembalikan bola basket, yang berada dua meter didepannya.

Setelah itu, sunghoon menaruh bola basket kedalam keranjang yang memang terdapat banyak bola basket. Lalu kaki jenjangnya membawa nya kembali melangkah keluar ruang olahraga, tidak lupa menutup pintu.

Namun, langkah itu kembali berhenti didepan gudang. Kali ini sunghoon dapat melihat apa yang tengah gadis itu lakukan, sudah tidak menyeret kotak besar.

Melainkan kotak berukuran sedang untuk membawanya keatas lemari. Awalnya, sunghoon hanya menatap apa yang dilakukan gadis itu, melihat bagaimana gadis itu kerepotan menggapai atas lemari untuk menaruh kotak sedang. Yang mungkin berat? Entahlah.

Sampai dimana, kursi yang dipijak gadis itu. Perlahan-lahan miring kesamping, membuat tubuh gadis itu limpung. Jatuh kebawah, sedangkan sunghoong yang menatapnya.

Merasa seperti dejavu, ia melihat gadis yang kini beberapa meter didepannya terjatuh. Membuat sunghoon teringat seseorang.

Dengan langkah lebar, sunghoon masuk kedalam dan menjatuhkan dirinya diatas tubuh gadis yang sudah menutup matanya erat-erat. Dengan tangan menyilang didepan wajah gadis itu.

Bughh!

Bughh!

Sunghoon pun memejamkan matanya, menahan sakit punggungnya yang kejatuhan buku-buku didalam kotak itu. Memejamkan matanya, sunghoon kembali merasakan hal yang sama. Seperti yang ia rasakan tadi.

Dejavu, ia kembali merasakan punggungnya dijatuhkan benda-benda, meski dengan benda yang berbeda, gadis yang berbeda. namun, anehnya kenapa langkah kakinya mau membawa dan menolong gadis yang kini dibawah dirinya.

Perlahan-lahan, sunghoon membuka matanya. Yang pertama laki-laki itu tangkap, adalah mata yang membulat menatapnya. Mungkin gadis itu kaget, ya jelas kaget! Saat dia membuka mata malahan ada laki-laki yang berada diatas tubuhnya.

Sunghoon menatap mata bulat itu dengan tatapan dingin, tapi anehnya. Sunghoon lagi-lagi merasa dejavu, dia pernah menatap mata seindah ini. Rasanya dia bisa melihat semesta didalamnya. Sampai sunghoon enggan bangkit.

Namun....

"hei, apa yang kalian lakukan?"suara itu berhasil membuat kedua pasang mata itu, menoleh, menatap dimana asal suara. Seketika merek berdua membelalakan matanya.

❄❄❄❄❄❄❄

Shin sora, gadis itu kini tertunduk dalam diam. Sedangkan disampingnya, park sunghoon, laki-laki itu memijik hidungnya. Jam sudah menunjukan setengah enam sore, mereka berdua sudah duduk diruang yang dingin itu, selama setengah jam.

Dihadapan mereka-sora dan sunghoon-berdiri pak jeon jungkook, laki-laki itu juga sudah beberapa kali menghela nafas dengan tangan dilipat depan dadanya.

"kau...shin sora, saya menyuruhmu membersihkan gudang bukan berbuat hal yang tidak senonoh."kata-kata itu sudah diulang beberapa kali oleh pria berotot, itu.

Sedangkan disisi kanan sora, terdapat meja dengan papan nama kecil, namun panjang menghias bagian atas depan meja. Dengan tulisan 'kepala sekolah bang sihyuk' pria berkacamata bulat itu pun sama. Dia hanya tidak habis pikir dengan tingkah laku sepasang muridnya ini.

"tapi, pak. Saya dengan dia tidak melakukan hal yang tidak senonoh. Ini murni kesalahpahaman."bela sora untuk sekian kali, juga.

"jika ini kesalah pahaman, mana mungkin pak lee berkata seperti itu."mata pak jeon, menatap sora tajam. Dengan begitu gadis itu menundukan kembali kepalanya.

Pak lee, sialan-umpat sora membatin. Membayangkan wajah sang scurity-nya.

"bapak masih percaya dengan perkataan pak lee, yang jelas-jelas sendiri tanpa saksi."itu suara sunghoon, akhirnya laki-laki itu bersuara. Setelah setengah jam mereka terduduk diruang kepala sekolah ini, dengan cepat sora menoleh kearah sunghoon"benar, kami yang sudah jelas berkata jujur. Masih tidak dipercayai."sora mengangguk-anggukan kepalanya.

Pak jeon berpindah dari hadapan sora dan sunghoon, menghadap pria berkaca mata bulat itu"apa yang harus kita lakukan terhadap mereka berdua, pak?"tanya pak jeon setengah berbisik.

"suruh saja mereka pulang dan hubungi kedua orangtua mereka."keputusan terakhir dari pria berkacamata bulat yang bernama bang sihyuk, itu.

"apa, pak? Bapak mau menghubungi orangtua saya? Sebaiknya jangan ya, pak. Saya mohon."sora menyambar dengan mengatup kedua tangannya didada, memasang wajah melas.

Bagaimana tidak? Kenapa kesalahpahaman ini harus menyangkut pautkan orangtuanya. "kalian boleh pulang."

"tapi,pak. Bapak tidak menghubungi orangtua saya kan?"tanya sora.

Pak jeon hanya bungkam, tidak menjawab 'iya' atau menjawab 'tidak'. "sudah pulang sana, hari sudah mau menggelap."usir pak jeon.

Sora bangkit dan diikuti sunghoon, mereka berjalan dengan sora memimpin jalan didepan. Ketika menutup pintu dan berbalik, sunghoon terkejut namun mengembalikan ekspresinya seperti semula, datar.

Menatap mata sora yang menatap matanya tajam"kenapa kau repot-repot menolongku? Kenapa tidak biarkan saja aku tertimpa oleh buku-buku,itu? Seharusnya aku berterimakasih atas pertolonganmu, namun kini aku berharap bahwa kau seharusnya tidak menolongku!"cercah sora, melihat sunghoon yang berlalu begitu saja.

Sora mengikuti langkah laki-laki itu, namun detik itu juga sunghoon berbalik dan nyaris saja sora menabrak dada sunghoon.

"kalau aku tau ini menjadi masalah yang berbuntut panjang, aku tidak sudi menolongmu dari buku-buku itu. Dan karna kau, aku..."ucap sunghoon. Diperkataannya yang terakhir,sunghoon tidak melanjutkannya, lalu berbalik kembali dan mempercepat sedikit langkahnya.

❄❄❄❄❄❄

Shin sora, gadis itu menaiki tangga dengan malas. Kaki lelahnya dipaksa menapaki tangga satu persatu. Sampai dikamar, sora merebahkan tubuhnya diranjang. Matanya memejam, sampai dimana suara ponsel sora mengudara.

Dengan malas, sora membuka matanya dan merogoh saku blazernya. "hallo?"ucapnya ketika menekan ikon hijau, tanpa melihat nama pemanggilnya.

"shin sora."

Dengan namanya dipanggil, sora menjauhkan ponselnya dari telinganya. Melihat siapa sang penelfon.

"ya, bu?"sora menjawabnya, seadanya.

Disebrang sora dapat mendengar helaan dari nafas wanita yang sudah melahirkannya"apa yang kau perbuat, hm?"

Pertanyaannya sederhana, namun terdengar menuntut jawaban. "itu semua hanya kesalahpahaman, bu."sora mendudukan dirinya. Paham, pertanyaan apa yang baru saja sang ibu berikan.

"kalau hanya kesalahpahaman, Jika hanya kesalahpahaman kenapa kau sampai dipanggil keruang kepala sekolah? Kenapa ibu sampai dipanggil pihak sekolah?"

Pertanyaan dari mulut sang ibu meberondong keluar, sampai sora bingung harus bagaimana. Bukan hanya gurunya, tapi juga ibunya pun tidak percaya, bahwa apa yang menimpa anaknya semua kesalahpahaman belaka.

"ibu sungguh tidak percaya, padaku? Itu, pak lee-satpam sekolah. Salah sangka."sora menghela nafasnya frustasi.

"uh, kita bicarakan dirumah saja nanti. Ayahmu belum tau soal ini."panggilan terputus setelah sang ibu berbicara.

Sora menghela nafas lagi, apa lagi reaksi ayahnya? Apa yang akan ayahnya ambil keputusan?, sora menyugar rambut sebahunya.

Lalu bangkit dan menuju kamar mandi, dia ingin mencuci rambutnya. Untuk menghilangkan lelah hari ini. Mengharapkan, jika ayahnya pulang nanti. Dia tidak akan mendengar sesuatu keputusan yang seharusnya tidak diambil oleh sang ayah.

Tak lama suara air memercikan, menerpa lantai. Sampai suaranya terdengar dipenjuru kamar yang bernuansa merah jambu. Kamar anak gadis pada umumnya.

Menghabiskan waktu sekitar lima belas menit didalam kamar mandi, sora keluar dengan pakaian kaos oversize dan celana bergambar kelinci.

Sora mengusak-usakan handuk kekepalanya, mengeringkan rambut sebahunya yang kini basah. Dengan itu sora berjalan keluar kamar, niatnya ia ingin menengak segelas air. Untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.

Berjalan menuruni tangga, sora menuju dapur. Lalu berjalan menuju lemari es, melewati meja makan yang sudah terisi oleh makanan"makanannya sudah matang, jika nona ingin lebih dulu makan. Silahkan."ucap bibi kim, pengurus rumah sora. Yang tengah membawa piring menuju meja makan.

"iya, bi. Aku menunggu ayah dan ibu saja."kata sora, setelah meneguk seteguk air.

"baiklah, nona."

Setelah selesai meminum air mineral, sora membawa gelas kosong itu menuju wastafel. Lali Sora berjalan menuju tangga, yang menghubungkan lantai satu dan dua. Gadia itu hanya mau menyisir rambutnya.

Saat berhasil memijakan kaki dilantai dua, suara mobil yang sangat tidak asing lagi bagi sora terdengar. Memasuki halaman kekediaman sora yang cukup besar ini, siapa lagi kalau bukan orangtuanya.

Tanpa memperdulikan. Sora terus berjalan menuju kamarnya, mungkin baru sebentar gadis itu berada dikamar. Dirinya akan dipanggil.

"sora-ya, turun kebawah dan makanlah!"

Kan. baru juga sora memegang gagang pintu. Suara sang ibu sudah terdengar. "iya, sebentar lagi!"sahut sora lalu berjalan masuk kekamar, seperti niat sebelumnya.

❄❄❄❄❄❄

Keluarga shin, kini tengah menyantap makan malam dengan hening. Hanya terdengar hentakan sendok dan piring saja, makan malam kali ini betul dilaksanakan dengan tenang.

"ayah sudah dengar semuanya dari ibumu, sora."ucap tuan shin, setelah selesai meminum air dengan sekali tenggak.

Sedangkan sora. Gadis itu, memberhentikan sendok yang menggantung diudara. Hendaknya ingin memasukan kedalam mulut, namun urung.

"jadi ayah percaya soal itu?"tanya sora yang menaruh kembali sendoknya kepiring makan. Selera makannya tiba-tiba menghilang.

"tidak ingin percaya. Namun, hal seperti itu tidak bisa dibiarkan, sora. Kau anak ayah satu-satunya, tapi kenapa membuat ulah yang begitu parah."ayah memijat pangkal hidungnya dengan helaan nafas berat.

"sekalinya membuat masalah. Kau malah bisa mengancam nama keluarga kita rusak, sayang."ayah menatap sora tak habis fikir.

"aku sungguh tidak melakukan apa-apa, ayah. Kalian semua salah paham. Aku,aku sungguh tidak membuat hal yang bisa membuat ayah dan ibu malu."pandangan sora memburam, kenapa? Orangtuanya masih tidak mempercayai anak satu-satunya, ini.

Sang ayah menghela nafas"bicarakan saja keputusanmu, sayang."itu suara ibu yang menyuara.

"keputusan? Kalian tidak perlu mengambil keputusan. Karna aku memang tidak membuat kesalahan."sora menoleh kearah sang ibu.

"tapi ini demi kebaikanmu dan nama baik keluarga."ucap sang ibu, menggapai tangan sora yang bebas diatas meja.

"iya. Ayah kenal betul siapa orangtua laki-laki yang berbuat bersamamu. Bahkan kami adalah rekan bisnis."ayah menimpali.

"jadi kau dan dia akan kami nikahkan, sesuai dengan kesetujuan antara dua belahpihak orangtua."ayah akhirnya mengudarakan keputusannya. Yang berhasil membuat sora terhenyak.

Sore tadi, setelah mendapati panggilan dari sekolah. Ayah dan ibu langsung mengetahui orangtua dari anak laki-laki yang berbuat dengan sora. Park sunghoon, sebab nama ini tak asing lagi bagi orangtuanya sora.

Mereka tahu siapa orangtuanya sunghoon dan memutuskan menghubungi orangtua sunghoon, keputusan yang diambil tadi sore setelah pertemuan itu adalah menikahi kedua anak mereka. Ya, menikahi sora dan sunghoon.

Pernyataan ayahnya jelas membuat sora menatap sang ayah dengan pandangan tak percaya"menikah? Eh, keputusan macam apa itu?"sora tertawa sumbang.

"tidak, aku tidak mau ayah, bu. Aku tidak salah, pokoknya aku tidak mau!"sora bangkit dengan mata berkaca-kaca. Berjalan meninggalkan meja makan dengan langkah tergesah-gesah.

"sora! Shin sora!"seakan menulikan pendengarannya, sora terus berjalan menaiki tangga tanpa mempedulikan panggilan dari sang ibu.

"kami menikahimu, agar kau tak malu disekolah nanti!"itu suara terakhir sebelum sora menutup pintu kamarnya, dengan keras.

Agar tidak malu? Justru dinikahi itulah yang bisa membuat sora malu. Mau taruh dimana wajahnya, jika teman-temannya tau bahwa dia sudah menikah. Apa lagi menikahnya dengan siswa yang juga bersekolah di-hangyul high school.

Apa lagi dia park sunghoon. Most wanted sekolah, bisa-bisa sora menjadi bulan-bulanan gadis-gadis yang menyukai park sunghoon itu.

Sora membanting tubuhnya diatas ranjang tidurnya. Tidak, sora tidak menangis, meski tadi saat berjalan menuju kamar matanya berair. Dia menumpahkan wajahnya diatas bantal, berdiam tanpa ingin berbalik. Namun, akhirnya memutuskan berbalik. Karna dirinya tidak bisa bernafas, sora kesal setengah mati.

"arghh! Astaga! Kenapa harus jadi seperti ini?"sora mengacak rambutnya frustasi.

Lalu menatap langit-langit kamarnya, akhirnya sora menghela nafasnya berat. Memilih memejamkan mata, sebenarnya belum mengantuk. Apa lagi jam masih menunjukan pukul setengah delapan malam, sora hanya berharap. Jika dia terlelap dan terbangun besok paginya, pernyataan ayahnya beberapa menit yang lalu, hanyalah mimpinya saja.

❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄❄

Continue Reading

You'll Also Like

314K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
54.1K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
181K 15.3K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
332K 27.6K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...