Pernikahan Dini (TAMAT)

By chanie1001

2.3M 142K 2.8K

Di larang keras menjiplak! Andini Maudy Danta. Saat dia masuk SMA, masa di mana sedang nakal-nakalnya, dia me... More

1. Kembalinya Sang Mantan.
2. Balikan?
3. Nikah Bohongan
4. Kegilaan Atha.
5. Tunangan
6. Curiga
7. Satu rumah
8. Yang Atha Rindukan.
9. Hisap Menghisap
10. Atha Sakit Omes!
12. Kesalahan Kedua
13. Penjelasan
14. Pemikiran Atha, Kelicikan Dan Kejelasan
15. Positif
16. Pingsan.
17. Mencuri kecupan
18. Jujur Dan Jenguk Anak-anak
19. Hadiah
20. Lemas
21. Dilihat dan di sentuh.
22. Bahagia Dan Cemburu
23. Kebersamaan.
24. Sekilas Rutinitas
25. Mimpi Indah
26. Gantung
27. Atha Dan Dini

11. Entahlah...

69.9K 5.6K 118
By chanie1001

Intan.
Ngapain? Kenapa cuma berdua?

Me.
Gue mau ngomong sesuatu, ketemu di kosan, Yuda.

Atha memasukan ponselnya, melirik Dini yang sibuk dengan ponsel. Suasana di rumahnya begitu sepi, pelayan dan penjaga sudah tidur.

"Gue keluar bentar ya?" Atha mengusap kepala Dini dengan menatapnya sayang, suaranya bahkan terdengar lembut.

Dini mendongak. "Jam 9 malem? Kemana?" tanyanya acuh tak acuh, bahkan menyesal bertanya.

"Yuda butuh bantuan, gue mau ke kosannya bentar," bohong Atha seraya mengusap pipi Dini sekilas.

"Ja-jangan lama," Dini mematikan ponselnya. "Gue tidur duluan." lanjutnya seraya beranjak.

Atha ikut beranjak sambil mengangguk. "Nanti nyusul," di kecupnya kening dan pipi Dini.

Dini pasrah saja, dia sedah lelah berdebat.

Atha senang dengan kepatuhan Dini hari ini, rasanya dia benar-benar sudah kembali memilikinya.


***

Atha meregangkan lehernya dengan terus mengayunkan langkah, dilirik jam yang ada di dinding kamarnya itu yang kini menunjukan pukul 11 malam.

Atha melepas kaos, jeansnya lalu menuju kamar mandi setelah melirik Dini yang sudah di alam mimpi.

Tak lama Atha keluar, menuju lemari, meraih celana piyama tanpa atasan lalu merangkak naik ke atas kasur.

"Cantik banget sih," gumamnya seraya meraih Dini pelan untuk dia peluk, tak lupa memposisikannya dengan nyaman.

Atha mengecup bibir Dini sekilas. "Mimpi indah, baby." bisiknya lalu dia ikut terlelap karena kelelahan.

Paginya, Dini bangun seperti biasa. Menyiapkan seragamnya dan juga Atha. Mau tidak mau dia harus belajar mandiri meski ada pelayan di rumahnya.

Itu juga termasuk permintaan Atha.

"Udah bangun?"

Dini sontak terkejut karena Atha bagai lintah yang merapat di tubuh belakangnya. Dengan sesuatu sekeras batu mengganjal.

***

Dini melirik leher Intan yang merah-merah di beberapa bagian, alisnya sontak bertaut. "Lo abis ngapain semalem? Sama cowok ya?!" tuduhnya.

Intan sontak melotot walau sesaat. "Eng-ga, Ihh! Apaan sih lo, Din!" amuknya bete.

"Ini bukan karena nyamuk, gue tahu!" di tunjuknya bagian leher Intan itu sekilas.

Intan refleks memegang lehernya. "I-ini alergi!" balasnya ngegas.

"Bohong! Lo bohong!" Dini tidak akan membiarkan sahabatnya hancur seperti dirinya, dia tidak ingin sampai Intan di rusak laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

"Ngaco! Gue ke kantin!" Intan dengan wajah di tekuk bete beranjak, meninggalkan Dini yang semakin penasaran.

Suara dering ponsel membuat Dini beralih fokus. Ternyata ponsel Intan.

Bukan pesan masuk yang menjadi fokusnya, tapi pesan singkat dari nama yang tidak asing.

"A-Atha?" gumamnya pelan.

Dengan mengabaikan privasi dan sopan santun, Dini membukanya dengan tangan gemetar.

Atha memang brengsek!

***

"Baby, kok ga ke—" Atha menautkan alis saat Dini menepis rangkulannya.

"Ga usah sentuh-sentuh, ngomongnya biasa aja tanpa harus kontak fisik!" tegas Dini lalu kembali menatap buku di depannya.

Atha menatap Dini lekat, merasa aneh dan dia merasa dejavu. Ekspresi dan prilaku Dini saat ini tidaklah asing.

"Gue ada salah lagi?" Atha sedikit mendekatkan wajahnya agar bisa menatap mata Dini yang tidak menatapnya itu. Suara Atha lembutkan.

Dini sontak menatap Atha dingin. "Ada lo di samping gue aja jelas kesalahan!" geramnya tertahan lalu kembali pada buku.

Atha mengepalkan tangannya, dia tidak paham dan dia bukanlah cenayang.

Perasaan sudah dua hari mereka akur, apalagi sebelah tangan Atha masih belum sembuh.

"Gue bukan dukun, gue bukan cenayang! Gue!—" Atha mengatur nafas dan emosinya.

Kondisi tidak memukinkan untuk berdebat saat ini, di dalam kelas yang banyak siswa.

Atha memilih beranjak, dia lebih baik kumpul dengan Yuda dkk sebagai peralihan. Dia tidak tahu apalagi yang menumpuk dipikiran Dini.

***

"Ada sopir gue kenapa harus taksi?" Atha menahan pergelangan tangan Dini dengan tatapan menajam tidak suka.

Dia semakin marah.

Dini tersenyum remeh. "Ada gue, kenapa harus Intan?!" geram Dini dengan mencoba menahan air mata.

Dini terlihat muak dan tidak bisa lagi merahasiakannya untuk diri sendiri. Dia tidak bisa berpura-pura tidak tahu.

Atha terdiam sesaat. "Maksud lo? Intan ngomong apa?" wajahnya berubah datar.

Dini semakin di peluk kecewa. "Gue emang harusnya jadi jomblo abadi aja dibanding sama lo!" teriak Dini lalu berlari mencari kendaraan umum.

Atha jelas mengejar walau sulit karena tangannya masih sakit.

"Aarrgh! Sial*n!" amuk Atha saat Dini sudah hilang dari pandangannya.

***

Sudah 2 minggu Dini dan Atha perang dingin.

Dini terlalu kecewa dan sudah tidak percaya lagi, sedangkan Atha merasa kecewa karena Dini seperti Dini yang dulu.

Mengiyakan pikirannya yang suka menduga-duga dan berakhir salah itu. Dini terlalu mengabaikan apa itu kepercayaan dan komunikasi.

Jika saja Dini bicara baik-baik, maka Atha dengan siap menjelaskan semuanya.

Dini dan emosinya membuat Atha lelah dan berakhir pasrah entah sampai kapan.

"Waktunya gue mandi," kata Atha dengan wajah datar.

Dini melirik Atha sekilas, mematikan ponsel lalu berjalan menuju lemari untuk menyiapkan pakaian Atha.

Dini seperti biasa, memandikan Atha tanpa kata. Dia sudah hampir terbiasa memandikannya bahkan.

"Udah siap," kata Dini seraya membantu Atha berdiri dari duduknya.

"Hm." balas Atha dengan mencuri-curi pandang pada Dini yang semakin manis nan cantik alami. Walau sangat datar. Seperti seorang istri yang marah pada suaminya. Itu lucu.

Atha meraih jemari Dini, membuat Dini tersentak dan refleks menatapnya.

"Komunikasi, kejelasan, fakta. Kita butuh itu, Dini."

Dini memalingkan wajahnya, dia tidak ingin membahas sesuatu yang semakin membuatnya sakit.

Yang Dini yakini, Atha hanya ingin bertanggung jawab soal apa yang Atha rusak. Dia tidak mau menyakiti sahabatnya.

Continue Reading

You'll Also Like

11M 280K 62
TAMAT! PART LENGKAP! [Follow Evathink sebelum membaca, agar mendapat Info update!] "Aku hanya ingin mengenalkan calon istriku pada kedua orangtuaku...
1.8M 9.8K 6
Blurb : Romantisme nikah muda. Tentang bagaimana manisnya rumah tangga Kelvin Pradijaya dan Raisya Katarina. Tapi sayangnya seseorang dari masa lalu...
263K 13.8K 42
[Follow dulu ya sebelum baca :)] Alex Pratama sejak dulu membenci Emi Hadinata. Gadis itu adalah penyebab kematian Ibunya. Setelah beberapa tahun, m...
178K 7.5K 48
Follow dulu ya... Jangan lupa comment dan vote-nya... Setting anak SMA tapi kayanya kurang cocok dibaca anak seumuran anak SMA ke bawah. Akibat main...