LBD disease (On Going)

By iamdije

1.7K 615 56

Ada yang lebih mengerikan dari kematian, yaitu putus harapan. Zamora penderita Lewy Bodies Dementia, tak puny... More

Prolog
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0 [ZAMORA'S POV]
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3.0
3.1
3.2 ..
3.3.
3.4 (Zamora's POV )
3.5..
3.6..
3.7
3.8
3.9
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5

4.0

14 3 3
By iamdije

Hujan mengguyur bumi sejak tadi sore, menyisakan gerimis yang dingin nya mampu menusuk hingga ke tulang. Siapa saja memilih bergelung di bawah selimut menikmati rintik gerimis yang tenang seperti alunan lagu yang merdu.

Hujan memang selalu identik dengan kagalauan, tapi bagi Zamora, hujan  identik dengan ketenangan. seperti yang dia rasakan saat ini. Sunyi, meredam Indra pendengarannya saat Gardenia memanggilnya dari luar kamar

Ada yang lebih mengerikan dari kematian, yaitu putus harapan. Zamora sudah tak punya harapan setelah hidupnya di klaim tak akan bertahan lama. hidupnya pupus setelah mengetahui ia hidup di atas panggung sandiwara nya sendiri dan malangnya Zamora merasa  sebagai pemeran terbodohnya.

"Mora, kita bicarakan baik-baik ya."

Lagi, suara Gardenia kembali terdengar dari balik pintu. Andai saja Gardenia tahu seberapa keras Zamora ingin menenggelamkan dirinya dalam bak kamar mandi. Andai saja Gardenia paham seberapa keras Zamora ingin menghilang dari muka bumi, seandainya Gardenia mengerti bagaimana rasanya hidup dalam sebuah kebohongan

Maka hari ini Zamora menemukan satu fakta bahwa hal yang membuatnya trauma adalah keluarganya sendiri. Yang paling ia takutkan adalah keluarganya sendiri.

Zamora memegang kepalanya yang  berdenyut nyeri, andai mereka tahu bagaimana cara Zamora meredam seluruh rasa yang bersorak-sorai dalam kepalanya. Ia membenturkan kepalanya ke sisi nakas berharap rasa nyeri itu hilang, kedua kalinya Zamora membentur lebih keras. Sesekali ia menjambak rambutnya sendiri menahan rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuhnya

"Zamora, buka pintunya ya. Kau baik-baik saja kan?, Mom tidak bermaksud berbohong Mora, mom punya alasan melakukannya. Jangan benci sama mom ya, Mom minta maaf."

'maaf' kata itu berulang diucapkan oleh Gardenia berharap bahwa Zamora menerimanya lapang dada. Walaupun Gardenia tahu Zamora akan memaafkannya, karena putrinya itu adalah selembut-lembutnya sutera.

Namun rasa kekecewaan yang dirasakan Zamora saat ini sudah terkukus rapi dengan apik. 

"Mom, stop!"

Pertama kali dalam hidupnya Zamora membentak perempuan yang telah melahirkannya, detik berikutnya yang Gardenia dengar adalah Isak tangis putrinya.

"Biarkan aku tenang sebentar, walau aku tahu hidupku tidak akan  setenang dulu. I just want to be alone" lirih Zamora parau

Gardenia terduduk di depan pintu kamar Zamora, wanita itu terisak pelan, dadanya seperti dihunus pedang tajam yang mencabik isi hatinya. Verlic membantu Gardenia berdiri dan memeluk daksa rapuh itu.

.......

Pagi menyingsing, matahari masih unjuk gigi untuk menampakkan dirinya. Zamora berjalan menuruni anak tangga dengan seragam lengkapnya, Matanya sembab karena menangis semalaman, semua sudah menunggunya di Meja makan berharap gadis itu ikut andil sarapan bersama.

Namun Zamora enggan hanya sekedar menatap ke arah sana, ia memilih langsung menuju pintu utama. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Zamora, izinkan papa untuk menjelaskan semuanya. Jika ada oknum yang harus disalahkan maka salahkan papa, karena ibumu tidak bersalah sama sekali dalam hal ini"

Zamora berbalik hanya untuk melihat mata Gardenia yang menatapnya penuh rasa bersalah, membuat hatinya semakin hancur. juga ada Gara yang hanya bungkam di tempatnya, biasanya selalu ada Gara yang menguatkannya, selalu ada Gara yang akan menenangkannya

Tapi hari ini lelaki itu menutup rapat mulutnya, karena Gara tidak tahu harus bagaimana ia menjelaskan semuanya.

"I'm stupid, I could go crazy because of this, I'm in pain,  dan kalian malah menyembunyikan hal sebesar ini dari ku"

Zamora sedikit meninggikan volume suaranya, harus dengan cara apa ia  mengungkapkan yang dia rasakan saat ini adalah perasaan kecewa, diperlakukan seperti orang bodoh, tertawa seperti orang bodoh yang menikmati setiap kebahagiaan di atas kebohongan belaka.

"Aku Marasa sedang berada di panggung sandiwara dan malangnya aku lah sebagai pemeran terbodoh di atas panggung sandiwaraku sendiri–

"Mom I'm in pain" katanya lirih memegangi dadanya yang terasa sesak

"Aku kesakitan dan kalian semakin menambah rasa sakit ku,  setelah ini kenyataan apa lagi yang harus ku terima. Kau bukan ibuku? Atau aku ini anak yang kau temukan di pinggir jalan atau mungkin yang kau adopsi dari tempat penitipan anak?–

Apa sesulit itu untuk menjelaskan kepadaku tentang hal rumit ini, apa tidak ada yang ingin menjelaskan kepadaku  tentang keluarga ini?,  Apa aku begitu bodoh sampai kalian menutupi ini dari ku!  aku terlihat seperti orang bodoh yang tersenyum menikmati semua kebohongan ini,–"

"Ah,, sepertinya benar kata orang-orang, mati tidak susah hidup yang lebih susah. jadi seperti ini rasanya di khianati keluarga sendiri"

Airmata di pelupuk matanya mulai berjatuhan, isakan itu teramat pilu untuk di dengar pada pagi yang redup ini. Gara berdiri dari tempat duduknya, menghampiri Zamora dengan memegang bahu rapuh itu seraya berkata ..

"Bahkan aku tidak tahu darimana kau bisa berpikiran seperti itu, Zamora. tidak ada yang menganggap mu bodoh, kami bahkan tahu bahwa kau adalah gadis yang kuat—" ...

Zamora menepis tangan Gara dari bahunya "lebih baik kau diam. jika kau tidak tahu harus berbicara apa maka lebih baik kau tidak usah bersuara, Kau tahu apa tentangku?.  Kau bukan siapa-siapa dan kita tidak punya ikatan darah apapun jika kau lupa"

Gadis itu berniat untuk pergi namun suara Gara mengentikan langkahnya.

"Zamora, listen to me. Jauh sebelum kau mengetahui semua ini aku sudah lebih dulu mengetahuinya, bahkan jika aku menjadi dirimu aku akan melakukan hal yang sama. Ya, tentu saja aku merasa seperti orang bodoh, yang menikmati kebahagiaan di atas kebohongan belaka. Aku menangis, aku teriak histeris, aku marah dan aku kecewa pada semua orang termasuk diriku sendiri.—

Aku bahkan tidak tahu bagaimana wajah ibu kandungku karena aku mengira mom sendiri adalah ibu kandungku—"

Zamora berbalik menatap manik Gara yang mulai berkaca-kaca "tapi setelah aku melihat wajah cantik ibu ku di sebuah figura usang, aku sadar bahwa aku bukan orang bodoh seperti yang ku katakan. Semua ini adalah kesalahpahaman yang diciptakan oleh diri kita sendiri. Zamora, kita sudah bersama-sama sejak kecil jadi itu hal wajar untuk mengira kita adalah adik-kakak. Tidak ada yang menganggap mu bodoh, jika kau berpikir karena kondisi mu yang sekarang ini mengaharuskan untuk menutup rapat masalah ini, maka kau salah besar. aku tidak pernah berbohong mengatakan kau adalah gadis yang kuat. Karena untuk bisa bertahan sampai detik ini bukanlah hal yang mudah—

Jika kau berbicara tentang rahasia, kau juga menyembunyikan rahasia tentang kondisi–mu dari kami. bahkan kami sama terpukulnya saat mengetahui tentang kondisimu. Bagaimana bisa aku mengatakan semua itu disaat kondisi mu seperti itu. Zamora, kita sama-sama terluka, semuanya menangis, semua kecewa, bahkan mom
Akhir-akhir ini tidak selera makan karena memikirkan kondisimu—

Zamora, kau tidak sendirian. Kau memiliki keluarga yang akan selalu menguatkan mu, meski aku bukan kakak kandungmu, tidak akan berkurang sedikitpun rasa sayang ku padamu. Karena sejak kecil akulah yang selalu menginginkan kau berada disisiku, mau bagaimanapun kau tetap adik kecilku. Mulai sekarang jangan memendam semuanya sendirian ya, apapun hal yang membuatmu suka tak suka kau bisa berbicara. Mari kita saling berbagi luka, kita saling menyembuhkan dan saling menguatkan"

Zamora bergeming di hadapan Gara, ia menyimpan baik-baik setiap perkataan gara di dalam benaknya. Karena siapa yang tahu jika suatu saat gadis itu akan melupakan semuanya, semua tentang kenangan pahit dan manisnya. Seperti ingatan setipis embun, yang akan meluap kapan saja.

Gara merengkuh daksanya erat, Zamora menangis hebat dalam dekapan itu. Bukan, ia tidak menangis tentang hari ini, tapi tentang hari esok ketika ia tidak mengingat kenangan-kenangan hangat yang pernah ia rasakan

"Maaf" kata itu Gara ucapkan berkali-kali

Kini Gardenia memegang erat tangan rapuh putrinya, ia bergantian memeluk daksa itu begitu hangat seperti Zamora kecil yang telah tumbuh menjadi gadis hebat, Gardenia mengusap pelan bahu putrinya..

"Maaf, maafkan mom, ini semua salah mom." Gardenia mendumal

Zamora hanya bisa menggeleng, dalam hatinya ia meraung menjelaskan bahwa mom tidak bersalah. Ia tidak dapat bersuara karena isak tangisnya meredam suaranya yang teramat pilu, yang bisa ia lakukan adalah menumpahkan airmatanya pada bahu sang ibu....

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 112K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.5M 234K 55
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3.7M 294K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
2.1M 125K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...