---- You are mine ----
***
"Kau tahu siapa orang yang menusuk Zhan," desis Wang Yibo.
Yang Yang menatap Yibo. "Aku belum tahu pasti apakah dia orangnya atau bukan," jawabnya datar. Yang Yang hanya menebak seseorang yang ia kenal sebagai dalang perbuatan keji itu.
Yibo tidak percaya dengan ucapan Yang Yang. "Kau menyembunyikan sesuatu," ucap Yibo. "Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri. Setelah aku tahu siapa orang yang telah menusuk bunnyku, akan kupastikan dia tidak ingin hidup lagi di dunia ini," ucap Yibo dingin.
Setelah mendengar ancaman Yibo, suasana menjadi hening. Hanya terdengar suara debaran jantung masing-masing.
"Boleh aku melihat Zhanzhan?" pinta Yang Yang.
"Langkahi dulu mayatku bajingan!" geram Yibo, dia menahan diri ingin menghajar Yang Yang saat ini juga.
"Yibo, tenanglah." Zhang mencoba menengahi keduanya. "Tuan Yang, Zhan belum boleh dijenguk untuk saat ini, lebih baik Anda pulang," jelas Zhang.
Yang Yang ingin membantah ucapan Zhang, namun segera ia urungkan karena memikirkan kondisi Zhan. "Baiklah, aku akan pergi, tetapi kalau ada apa-apa dengan Zhanzhan tolong hubungi aku," pinta Yang Yang, setelah itu dia pergi.
.
.
"Lusi kau masuklah ke dalam. Kami akan menunggumu di sini." Satoh meminta Lusi untuk masuk.
"Baik, Satoh Sensei, permisi." Lusi segera masuk ke dalam kamar rawat Zhan.
.
Satoh memperhatikan Yibo yang sedang menelpon seseorang.
"Cari tahu siapa orang itu, bawa dia kepadaku secepatnya, hidup atau mati!" ucap Yibo dengan suara berat.
"Yibo apa yang akan kau lakukan, jangan bilang kau---" Dari tadi Vin Zhang sudah berpikiran horor ketika melihat Yang Yang di rumah sakit. Dan dugaannya benar, Yibo tidak akan tinggal diam, apalagi ini menyangkut Xiao Zhan.
"Jangan ikut campur, Zhang. Orang ini sudah berani menyentuh milikku. Dia sudah bosan hidup rupanya. Baiklah, aku akan membantunya untuk mengakhiri hidupnya," desis Yibo.
Satoh tahu bagaimana perasaan Yibo saat ini, karena hampir sama seperti yang ia rasakan. Satoh sedikit lega karena mengetahui bahwa Wang Yibo benar-benar mencintai Zhan.
"Tuan Zhang ... maaf, kali ini aku sependapat dengan Tuan Wang. Ini sudah menyangkut nyawa Lao Xiao. Mungkin ini disebut main hakim sendiri, tetapi ... itu lebih memuaskan kalau menghukum orang itu dengan tangan sendiri," ucap Satoh dengan smirk mengerikan seperti Yibo.
Zhang melongo. "Ya Tuhan, jangan bilang ada Yibo kedua. Zhan, kau dikelilingi pembunuh berdarah dingin," batin Zhang ngeri.
.
"Ini pasti ulah Cheng Xiao. Dasar perempuan iblis, kalau ini benar-benar ulahmu, aku tidak akan memaafkanmu, Cheng Xiao," geram Yang Yang dalam hati.
Yang Yang melajukan mobilnya menuju apartemen Cheng Xiao.
.
Setelah tiba di apartemen Cheng Xiao.
"Kau yang melakukannya, bukan?!" tuding Yang Yang langsung ketujuan, ia berusaha menahan amarahnya.
"Melakukan apa, Yang Yang Ge? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," kilah Cheng Xiao.
"Jangan berbohong padaku, Cheng Xiao! Zhanzhan tidak pernah memiliki seorang musuh. Dia orang yang baik, dan hanya satu orang yang bisa menyakiti Zhanzhan. Yaitu kau, sahabatnya sendiri yang pernah menusuknya dari belakang!" desis Yang Yang.
"Apa yang kau katakan, Yang Yang Ge? Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan, kau menuduhku menyakiti Zhan? Memangnya apa yang terjadi pada Zhan?" tanya Cheng Xiao pura-pura terlihat khawatir, walau di dalam hatinya dia sangat senang.
Yang Yang menatap tajam ke arah Cheng Ciao. "Kau masih saja berpura-pura, Cheng Xiao. Kau sudah membangunkan singa tidur, kau berurusan dengan orang yang salah," jelas Yang Yang.
Saat Yang Yang hendak beranjak pergi, Cheng Xiao menahan tangannya.
"Kau mau pergi ke mana, Ge, menginaplah disini. Apa kau tidak merindukan kehangatan tubuhku lagi, Ge?" desah Cheng Xiao serak, sambil menyentuh dada Yang Yang dengan gerakan menggoda.
"Huh, jangan salah paham, Cheng Xiao, aku melakukan hubungan badan denganmu waktu itu karena pengaruh obat perangsangmu. Aku tidak pernah sedikitpun menginginkanmu. Hanya Zhanzhan yang kuinginkan, tidak ada orang lain, camkan itu!" Yang Yang menarik tangannya dari cengkraman tangan Cheng Xiao, lantas bergegas pergi keluar dari apartemen wanita itu.
.
Setelah kepergian Yang Yang, Cheng Xiao mengamuk.
Prang prang prang
"AAAAAA!!!! SIALAAAN, KAU XIAO ZHAAANNN!!!!" teriak Cheng Xiao histeris.
"Aku tidak akan memaafkanmu, tidak akaaann!!! Hah ... hah ... hhh ... aku sangat membencimu. Lihat saja, aku akan melenyapkanmu."
"Aaaaaaaaaa!!!! Yang Yang Ge kau akan menyesal telah menyakitiku."
.
Di rumah sakit.
Yibo menelpon Dilraba supaya tidak menunggunya pulang. Ia tidak memberitahu tentang Zhan yang ditusuk, karena Yibo tahu bagaimana reaksi adiknya nanti kalau sampai tahu.
"Lusi, ini sudah malam. Aku akan mengantarmu pulang," ucap Satoh.
"Tapi, aku harus menjaga Zhan Ge," jawab Lusi.
"Pulanglah, aku yang akan menjaga bunnyku. Kalian semua pulanglah," usir Yibo.
Akhirnya mereka bertiga pulang meninggalkan Yibo sendirian untuk menjaga Zhan.
.
Yibo memandangi wajah Zhan yang masih terlihat pucat. Dia mengulurkan tangannya ke arah wajah Zhan, lantas jarinya menusuk-nusuk pipi Zhan.
"Kapan kau segera sadar, Bunny? Aku rindu ocehanmu, aku rindu saat kau cemberut, hahhh ... cepatlah sadar bunny ... bunny ... bunny ... bunny," gumam Yibo tidak jelas sambil menundukkan kepalanya.
"Berisik ...."
Deg
Tubuh Yibo membeku, perlahan ia mendongak menatap ke arah Zhan. Ia melihat bunnynya sudah sadar dan tengah menatapnya dengan tatapan sayu sekaligus ekspresi sebal.
"BUUNNYYY!!!" seru Yibo, dia beranjak bangun dari duduknya dan hendak menerjang memeluk tubuh Zhan.
"Menyentuhku, dan kau akan tamat, Wangyi," desis Zhan sambil menahan rasa sakit pada perutnya.
"Maaf aku kebiasaan ingin memelukmu, bunny." Yibo meringis, lantas kembali duduk di kursinya.
"Kenapa kau ada di sini, Wangyi?" tanya Zhan lemas.
"Tentu saja untuk menjaga kekasihku," jawab Yibo.
Zhan memutar bola matanya malas.
"Pulanglah, istirahatlah di rumah, Wangyi. Aku sudah tidak apa-apa," gumam Zhan.
"Tidak mau, aku akan menunggumu di sini," ucap Yibo keras kepala.
"Wangyi---"
"Kali ini aku tidak akan menurutimu, Bunny. Pokoknya malam ini aku akan menunggumu di sini."
Zhan menghela napas panjang, akhirnya dia tidak memaksa Yibo untuk pulang.
"Sebenarnya apa yang terjadi, Bunny? Siapa yang menusukmu? Apa kau melihat wajahnya?" tanya Yibo.
Zhan menggelengkan kepalanya lemah, "Aku tidak tahu, tiba-tiba saja dia masuk ke dalam toilet dan menyerangku. Orang itu memakai pakaian serba hitam dan memakai masker, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya," terang Zhan sambil membayangkan kejadian saat dia ditusuk.
"Seharusnya kau berteriak minta tolong, Bunny!" tegur Yibo, dia merasa sesak saat membayangkan bunnynya sendirian menghadapi pelaku penusukan itu.
"Keadaan di sana sangat ramai Wangyi. Posisiku ada di dalam toilet yang sepi. Tidak akan ada yang bisa mendengar teriakanku," jelas Zhan lemas.
Yibo mengeratkan genggaman tangannya hingga jarinya memutih. "Akan kukirim dia ke neraka, Bunny. Tidak akan kulepaskan bajingan itu. Tidak akan!" janji Yibo dalam hati.
"Sudahlah, lebih baik kau tidurlah lagi. Aku tidak akan mengganggumu," ujar Yibo sambil membelai rambut Zhan.
Zhan mengangguk dan akhirnya kembali tertidur.
Drrt drrtt
Ponsel Yibo bergetar, ia melihat siapa yang menelpon, kemudian buru-buru mengangkatnya.
"Hallo!" jawab Yibo
"... "
"Hmm. bagus. Kirim orang itu ke tempat biasa. Aku akan segera ke sana," jawab Yibo dengan smirk mengerikan. "Gotcha," desis Yibo.
---- To be continued ----
***