[√] Can't You See Me? [END]

By Binbin_Fy

2.8K 647 346

Kisah seorang anak laki-laki yang kini tengah bimbang akan apa yang dia alami saat ini. Masalah kian sering m... More

P r o l o g u e
Begin
What Do You Mean?
All of You Kidding Right?
It's So Hard To Make You Believe - Skors
Incident - Skors day 1
Down
Flasback
Investigation
Father's Friend - Ask for Help
Hate
The Past
Who?
Respectively
Why?
Odi
Him and The Truth
Hurting
Father
Him
Brother
Really?
Funeral Day
For Him
Mother?
Regret
Our Star
Epilog

Last Letter

60 16 1
By Binbin_Fy

Lelaki itu berjalan lemas menuju apartementnya. Dirinya bagikan mayat hidup yang tak memiliki semangat untuk hidup.

Kakinya melangkah menuju kamar miliknya, merebahkan diri di ranjang dengan pandangan menatap langit-langit kamar.

Masih tidak percaya bahwa kini tinggal dirinya sendiri. Sudah di tinggal sang Ibu, dirinya pula di tinggal sang Adik dengan tidak sewajarnya.

Mark tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Hidupnya bagai tidak ada artinya.

Terus menyalahkan sang Ayah—Jaehyun, yang menjadi sumber masalah atas apa yang telah terjadi. Jika saja pria paruhbaya itu tidak haus akan kekayaan, semua ini tidak akan terjadi.

Persetan dengan tidak sopan, Mark benar-benar marah.

Lelaki itu menghembuskan napasnya pelan, mengubah posisinya menjadi duduk. Menyebarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, hingga matanya menangkap secarik kertas yang tergeletak di atas sofa kecil yang terdapat di kamarnya.

Karna penasaran, akhirnya dia bangkit, berjalan perlahan menuju sofa tersebut.

Mengais lipatan kertas yang ternyata berjumlah dua buah. Membaca bagian atas yang ternyata di tunjukkan untuk orang yang berbeda.

Dia membuka lipatan kertas yang bertuliskan namanya di sana.

__________________
Dear Bang Makeu.

Abang, ini Bamgyu. Mungkin pas Abang baca ini Bamgyu udah gak ada :D

Abang, maaf karna Bamgyu udah langgar janji sama Abang. Maaf karena gak bisa bertahan sama².

Tapi, walau begitu, Bamgyu tetep bakal jadi Adik satu-satunya Bang Makeu, kok >_< selamanya. Hehe, Bang Makeu juga tetep jadi Abangnya Bamgyu ya :>3

Eum, Bamgyu gak bisa nulis banyak². Jadi …

Bamgyu minta maaf sebesar besarnya karna selama ini Bamgyu sering nyusahin dan ngerepotin Abang. Maaf juga karna belum bisa jadi Adik yang baik buat Abang.

Bang Makeu, Bamgyu ucapin makaaaaaasihhhhh sebanyak²nya buat Abang. Karna selama ini udah jaga dan rawat Bamgyu, dari kecil sampe sekarang. Makasih karna udah jadi Abang dan pengganti Mommy dan Dady buat Bamgyu. Cuman Bang Makeu yang selalu bisa dan punya waktu buat Bamgyu. Dady selalu sibuk, tapi Bang Makeu selalu ada, walau kadang Bamgyu sering gak nurut ucapan Abang. Hehe peace ;D

Bamgyu gak tau gimana cara bales semua kebaikan Bang Makeu.

Ah iya, Bamgyu minta maaf karna udah buat Abang sana Dady berantem. Bang Makeu jangan marah apa lagi benci sama Dady Jae ya? Dady cuman mau pembunuh Moomy ngerasahin hal yang sama kok. Jadi, jangan benci Dady ya? Janji, ya?

Bamgyu pengen nulis lebih dari ini, tapi cukup hueeㅠ.ㅠ ya udah sampe sini aja. Bang Makeu baik² di sana ya? Jaga kesehatan, jangan terlalu maksain, jangan stres, tetap semangat. Terus lanjutin hidup Abang, sampe nanti Bamgyu punya sepupu hehe >_< awas kalau gak di tururin tulisan Bamgyu.

Bang Makeu bodoooohhh, tapi Bamgyu sayang, hihihihi.

_____________

Mark tidak bisa untuk tidak menahan tangisnya, tangisnya kembali pecah tatkala membaca isi surat tersebut.

Tentang bagaimana Adik satu-satunya itu memintanya agar tidak marah apalagi membenci Ayah mereka. Mark tidak tahu bisa melakukannya atau tidak, bisakah dia?

Serta Beomgyu yang mengingatkannya agar terus melanjutkan hidupnya, seolah tahu bahwa dirinya sangat terpuruk atas kehilangan Beomgyu dan mungkin bisa saja mengakhiri hidupnya, menyusul Beomgyu serta sang Ibu.

Lama ruangan itu hanya di isi oleh isak tangis, hingga perlahan tangisnya mereda walau masih sedikit sesak di dada.

Mark mengambil surat yang satunya lagi, melihat bagian atas yang tertulis nama para sahabat-sahabat Adiknya itu.

Dia membacanya juga, hingga dia merasa bahwa isi surat ini lebih pantas atau lebih di tujukan kepada salah satu dari ke empatnya.

Han Soobin.

+×+

Pemuda bergigi kelinci itu terus menerus menatap ke arah celah cahaya yang masuk ke dalam kamarnya, dengan tangan memeluk lutut dan punggung yang di sandarkan pada sandaran ranjang.

Terhitung sudah dua hari Soobin tidak keluar dari rumahnya. Tepatnya sejak kejadian itu, sang Ayah mengurungnya di dalam kamar temaram yang minim pencahayaan. Tapi, untuk makanan dirinya di tetap di beri, walau hanya sehari sekali.

Mata bengkak, bibir pucat, rambut acak-acakan, dan bekas air mata pada pipi tirusnya begitu kentara.

Kejadian dua hari lalu masih terus berputar-putar dalam benaknya bagai silide proyektor.

Plak

"Denger baik-baik! Gue bukan Ayah lo dan lo bukan anak gue!"

"Lo cuman beban yang bodohnya gue tanggung sampe sekarang!"

Soobin menatap sang Ayah—ralat—pria paruhbaya di depannya dengan deraian air mata. Hatinya nyeri kala kalimat-kalimat itu terlontar.

Demi apapun, ini lebih sakit dari di tusuk ribuan belati.

Soobin menggeleng ribut. "Enggak! Ayah pasti bohong, Soobin anak Ayah, 'kan? Mana mungkin—"

"Diem!"

Soobin menutup mulutnya rapat, menahan isakannya.

"Lo, tuh ya, sama aja kayak orang tua lo yang selalu bikin gue emosi!"

Yoongi menarik rambut Soobin, menyuruh pemuda yang lebih tinggi darinya itu untuk menatapnya. "Camkan ini! Gue bukan Ayah lo! Jadi, jangan pernah main-main sama gue. Karna gue gak akan segan buat bunuh lo saat itu juga, Choi Sunoo!" kecamnya, lalu menyeret dan menghempaskan Soobin untuk masuk ke dalam kamar pemuda itu. "Jangan coba-coba pergi, atau nyawa lo sendiri yang bakal melayang!"

Soobin memejamkan matanya, memikirkan bagaimana hancurnya hidupnya. Kehilangan orang tersayangnya, di benci para sahabatnya serta Ayahnya yang ternyata bukan Ayah sebenarnya.

Dia terkekeh, apakah takdir tidak selalu berpihak padanya? Apakah Tuhan begitu membencinya sehingga, dirinya diberi kesedihan yang bahkan tiada habisnya?

Dia merasakan sesuatu menyentuh kakinya, lantas menengok dan mendapati si buntalan kecil, walau pencahayaan yang temaram.

Tangannya telulur menangkat buntalan berduri itu, mengubah posisi kakinya menjadi berselonjor, lalu menaruh si buntalan di pahanya.

"Kenapa lagi, hm?" tanyanya lirih dan mendapatkan tepukan kecil di tangannya, seolah menyemangati si tuan dan menyuruhnya tidak bersedih lagi.

Dua hari ini, hanya Odi yang menemaninya. Landak kecil itu akan melakukan hal yang sama—menghampirinya, menepuk tangannya—dikala Soobin Down.

"Aku gak sedih, kok. Cuman nyesek aja." Lalu tertawa hambar di akhir kalimat.

Si buntalan yang seolah mengerti, melakukan gerakan memutar di atas paha Soobin, lalu setelahnya mendongak menatap si majikan.

Terus melakukan hal yang sama, hingga majikannya itu terkekeh karenanya.

"Kamu ini kenapa gemesin banget, sih?" Soobin hendak mencium Odi, tapi duri-duri di tubuh hewan tersebut terlebih dulu menegang, membuatnya urung. "Iya, iya. Makasi, ya."

Duri-duri di tubuh buntalan itu mulai menurun, membuat sebuah ide jahil terlintas di benak Soobin.

"Tapi aku mau cium." Dan benar, duri-duri itu kembali menegang, lantas hal itu membuat Soobin tertawa karna gemas.

Buntalan yang berada di tangannya ini begitu menggemaskan. Gayanya saja mencoba untuk menyemangatinya, berlaku menggemaskan, namun, menolak keras untuk di cium olehnya.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama, sebelum sebuah ketukan di pintu rumahnya terdengar berkali-kali.

Soobin meredakan tawanya, berniat membukakan tapi, mana mungkin.

Menaruh kembali Odi pada ranjang, lalu berjalan mendekat ke arah pintu kamarnya, menguping apa yang tengah terjadi di luar sana.

Bukannya mendapatkan apa yang dia mau, pintu kamarnya malah di buka dan menampakkan Yoongi serta para polisi dan di samping itu terlihat Moonbyul.

Yoongi langsung menariknya, melingkarkan lengan di leher Soobin. Tangan kanan pria paruhbaya itu menunjuk para polisi serta Moonbyul.

"Jangan ada yang berani mendekat atau nyawanya bakal melayang!" ancam pria paruhbaya itu, mengarah ke Soobin.

Soobin sendiri hanya bergeming, tatapan sendu menghiasi netranya, yang kini perlahan meredup.

Dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Biarlah jika memang cerita hidupnya sampai sini, dia rela. Biarkan dia menemui kebahagiaan abadi di atas sana.

"Han Yoongi! Aku akan memberikan semua uangku sesuai keinginanmu. Jadi, tolong lepaskan putraku!" mohon Moonbyul, menatap dengan tatapan memohon kepada Yoongi.

Soobin melirik sekilas Moonbyul—wanita yang mengaku sebagai Ibunya. Atau memang benar bahwa dirinya adalah anak wanita itu?

"Cih, emang lo mampu? Lo udah jatuh miskin, mana bisa lo kasih gue uang sesuai jumlah yang gue mauin," decih Yoongi. Pria paruhbaya itu mengeratkan tangannya pada leher Soobin, yang mana lantas membuat pemuda itu meronta karna pasokan oksigen yang mulai menipis.

"Han Yoongi!"

"A—yah …."

Soobin memukul lengan yang mencekik lehernya, kepalanya menggeleng pelan dengan mulut terbuka, meraup oksigen di sekitaran yang semakin menipis. Pandangannya mulai memburam, hingga dia merasakan tubuhnya di hempaskan. Kepalanya membentur tembok di belakang, dan kesadaran yang perlahan menghilang.

Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, dia mendengar teriakan dan suara tembakan dari luar.


To Be Continued …

Entah kenapa nulis part ini sambil denger lagu Bang JB - Love Yourself kane banget :')

Continue Reading

You'll Also Like

3.3K 285 15
Tentang 7 orang remaja yang dipertemukan lalu menjalani bersama-sama beratnya cobaan hidup yang diberikan. "Semangat!" ? Halah, basi. Karena masin...
3.4K 286 10
Usahakan sebelum maupun sesudah membaca di vote dulu ya :" . . . Bukan perkara melepaskan, melainkan perkara untuk bagaimana cara untuk mengikhlaskan...
7.1K 387 18
[brothership] [Lagi direvisi ^⁠_⁠^] "Menjadi tunarungu itu menyedihkan. Bahkan lebih baik tiada daripada harus hidup dengan alat pendengar." ©horangh...
11.3K 1.3K 17
Perihal tetap bertahan atau menyerah untuk mendapatkan kasih sayang. Highest Rank #4 - asahi [10/04/23] #2 - watanabeharuto [05/05/23] [15/06/23] #1...