Villainess Queen

By pockynop

555K 91.8K 4.6K

๐ŸŒธ3. Reincarnation Series Karina Lunarie Winston memiliki banyak penyesalan di kehidupannya. Andai saja dia t... More

Cast
Prolog
BAB 1 - Sepuluh tahun yang lalu
BAB 2 - Warna Emosi
Bab 3 - Potensi
Bab 4 - Jenius
Bab 5 - Divisi Sihir
Bab 6 - Perdebatan
Bab 7 - Makhluk Mitos
Bab 8 - Luka
Bab 9 - Tepi Danau
Bab 11 - Tawaran
Bab 12 - Keturunan Naga
Bab 13 - Lebih Dekat
Bab 14 - Lepaskan Aku
Bab 15 - Lepaskan Dia
Bab 16 - A Letter
Bab 17 - Next Level
Bab 18 - Potongan Memori
Bab 19 - Siblings
Bab 20 - Trauma
Bab 21 - Nightmare
Bab 22 - Aku bukan dia
Bab 23 - Pesta Dansa
Bab 24 - Rahasia
Bab 25 - True Colors
Bab 26 - Hingga Akhir
Bab 27 - Kesempatan kedua
Bab 28 - Rencana
Bab 29 - The Truth
Bab 30 - Sepuluh Tahun
Bab 31 - Obsesi
Bab 32 - Hadiah
Bab 33 - Bad Day
Bab 34 - Naga
Bab 35 - Posesif
Bab 36 - Kecelakaan
Bab 37 - Pembalasan

Bab 10 - Terlambat

16.8K 3K 143
By pockynop

Karina terbangun di tengah malam, dia merasa kepalanya sakit, bdan tubuhnya menggigil kedinginan. Namun tenggorokannya terasa sakit dan kering, dia merasa sangat haus.

"Aku demam," gumamnya melangkah untuk mengambil air minum di dapur mini asramanya. Dia merasakan kepalanya makin berat dan sakit saat dia bangun dari kasurnya.

"Aku lupa kalau aku mudah sakit, kalau tahu begini aku tak akan terbawa emosi dan melompat ke danau. Kukira mungkin aku akan mati, tapi aku tak menyangka danau itu tak dalam." keluhnya setelah menenggak habis segelas air yang baru saja diambilnya.

"Menyusahkan sekali." Karina bersusah payah kembali ke kasurnya, dia tak tahan lagi karena kepalanya berdenyut. Karina kembali terlelap berharap demamnya akan turun besok pagi. Untunglah besok hari libur jadi dia tak akan khawatir untuk bangun terlambat.

"Hmm.." Karina melenguh tak nyaman saat matanya terpejam. Dia merasakan rasa dingin menempel dikeningnya, meski sulit dia berusaha membuka matanya dan samar-samar melihat seseorang tengah menyeka wajahnya dengan handuk basah hangat.

Siapa?

Apa itu Elle? Bukan. Sosok didepannya adalah laki-laki. Tapi siapa?

Karina kembali memejamkan matanya karena kepalanya terasa pusing dan pandangannya buram. Terlebih lagi lampu dikamarnya mati dan hanya ada penerangan lampu tidur redup di dekat kasurnya membuat Karina makin tak bisa melihat wajah orang yang tengah merawatnya.

"Si-siapa?" Tanyanya dengan susah payah, suaranya terdengar serak hampir berbisik.

"Kembali tidur, ini masih malam." Balas suara itu berbisik cepat.

Itu bohong, Karina samar-samar bisa melihat cahaya menembus gorden jendela kamarnya. Ini seharusnya sudah pagi. Namun, Karina tak memiliki tenaga untuk menyanggahnya, bahkan membuka matanya saja sangat susah. Sepertinya dia terkena flu berat karena melompat ke danau. Konyol sekali.

"Ha..." Karina mendesah nyaman ketika sebuah telapak tangan sengaja menutup kedua matanya paksa agar kembali terpejam.

"Tidurlah, demammu masih belum turun." Ujar suara itu lagi. Kali ini Karina benar-benar mendengar suaranya dengan jelas, dan dia rasa dia tahu siapa itu. Dia sangat mengenal suara ini. Jaesar.

'Kenapa sekarang kau bersikap baik padaku?' Karina ingin sekali menanyakan hal itu sekarang. Namun apalah daya, dia dengan cepat kembali terlelap. Saat itu dia kembali bermimpi. Mimpi buruk yang hampir tiap malam selalu menghampirinya saat malam datang. Itu adalah saat-saat terburuk ketika emosinya mengambil alih dan membunuh orang-orang tak bersalah disekitarnya. Keserakahan dan obsesinya menghancurkan segalanya. Itu bukan hanya sekedar mimpi, namun masa-masa yang pernah dialaminya sendiri sebelum dia kembali ke masa lalu.

***

Karina kembali terbangun ketika hari sudah siang, dia merasakan haus dan lapar. Dia berusaha duduk meski masih merasakan sakit kepala. "Uhh.." erangnya seraya memijat keningnya perlahan.

"Kau sudah bangun?" Sebuah suara kemudian membuat Karina tersentak dan dengan cepat menoleh.

Sosok Jaesar benar-benar ada di kamarnya saat ini seraya menatapnya khawatir. Jadi itu bukan mimpi bahwa Jaesar yang merawatnya. Karina kira dia berhalusinasi saja, tapi itu semua nyata.

"Kau... Kenapa?" Karina tak mengerti.

Tap. Jaesar menaruh telapak tangannya di kening Karina, "Demammu masih belum turun."

Jaesar berjalan kembali ke arah bagian dapur Karina dan membawakannya semangkuk bubur dan air putih, "Kau harus makan. Aku baru saja membuat bubur."

Jaesar? Membuat bubur? Sejak kapan dia bisa memasak?

Karina mengernyitkan dahinya melihat bubur di hadapannya, tapi mau tak mau memakannya karena dia merasa sangat lapar. Setelah selesai makan dan minum, Jaesar kembali memberinya obat yang dia dapatkan dari klinik akademi tadi pagi dan menyuruh Karina untuk meminumnya.

"Kembalilah istirahat. Aku akan pergi setelah kau tidur." Katanya mendorong bahu Karina agar kembali berbaring dan menyelimutinya.

"Kenapa kau membantuku?" Karina tak tahan lagi dan bertanya karena penasaran.

"Kemarin aku kesini untuk berbicara denganmu, tapi sepertinya kau sudah tidur karena tak juga membukakanku pintu. Namun ternyata pintu kamarmu tak terkunci jadi aku masuk untuk memeriksa, dan aku melihat kalau kau sakit, jadi..." Jaesar sengaja tak meneruskan kalimatnya karena dia yakin Karina juga tahu kelanjutannya seperti apa yang dia lihat sekarang.

"Terima kasih." Ucap Karina seraya membalikkan badannya memunggungi sosok Jaesar.

Dia tak mengira Jaesar akan merawatnya seperti ini. Ini tak pernah terjadi di kehidupan sebelumnya, karena itu Karina sangat bingung saat ini. Apa ini terjadi karena tindakannya selama ini yang berbeda dari sebelumnya? Itu mungkin saja. Semakin tindakannya berbeda maka semua yang terjadi di sekitarnya juga akan berubah dan berbeda dari sebelumnya.

Namun, keputusan Karina tetap tak akan berubah. Dia yakin, perasaannya terhadap Jaesar akan menghilang lama kelamaan. Sebenarnya, selain rasa suka dan rasa bersalahnya pada Jaesar, Karina juga membencinya. Mengenang masa lalu bagaimana Jaesar telah memperlakukannya dengan buruk serta mengabaikannya selama bertahun-tahun. Bahkan setelah semua yang dilakukan Karina untuk mendukung dirinya dengan tulus. Seandainya saja Jaesar memperlakukannya dengan baik, mungkin saja Karina tak akan mengambil jalan yang salah dan menjadi wanita serta ratu kejam yang haus akan kekuasaan.

Karina menghentikan semua pikiran dan penyesalan itu, lagi pula semuanya sudah berlalu. Hal seperti itu tak akan mungkin lagi terjadi di masa depan, karena Karina tak mungkin akan memilih pilihan yang sama seperti sebelumnya.

Seperti itulah Karina akhirnya kembali tertidur karena efek obat yang diminumnya. Sementara Jaesar tengah duduk di kursi yang ada disamping kasur Karina sambil memandangnya kosong. Dia kembali berpikir apa yang sebenarnya dia lakukan selama ini terhadap Karina sangatlah salah. Penyesalan memang selalu datang diakhir, semuanya sudah terlambat untuk memperbaiki hubungan mereka yang terlanjur rusak.

Jaesar sejak kecil selalu bersama Karina, dia tahu betapa rapuhnya tubuh Karina, dia tahu bagaimana menderitanya gadis itu karena diabaikan oleh ayahnya. Namun entah sejak kapan sosok Karina mulai mengganggunya karena gadis itu semakin arogan dan terobsesi pada dirinya. Jaesar perlahan mulai risih dan membencinya. Sikap Karina yang kekanak-kanakan membuatnya melakukan hal-hal jahat pada gadis bangsawan lainnya yang berani menganggu atau dekat dengan Jaesar.

Jaesar membenci Karina yang bersikap arogan, seolah-olah kalau Jaesar adalah barang miliknya. Sejak saat itulah Jaesar berhenti bersikap lembut dan hangat padanya. Jaesar mulai menunjukkan sikap acuh tak acuh dan mengabaikannya, dia bermaksud membuat Karina jera dan berubah sedikit demi sedikit. Namun dia salah. Tindakannya malah membuat semuanya menjadi petaka.

Karina memang berubah, tapi dia berubah ke arah lain yang kini tak bisa digapainya. Ekspresi sedih dan penuh kekecewaan selalu terlihat diwajah Karina tiap kali mereka bertemu. Melihat ekspresi itu, hati Jaesar sangat sakit. Kini bukan Jaesar yang mengabaikan Karina, justru malah sebaliknya.

"Dimana letak kesalahannya?" gumam Jaesar tersenyum pahit memandang wajah Karina yang tertidur pulas. "Apa aku tak memiliki kesempatan lagi? Apakah semuanya benar-benar sudah terlambat?" Jaesar mengulurkan tangannya ke arah Karina, dengan perlahan dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

Perlahan Jaesar menggenggam tangan Karina, dia mengecupnya dengan lembut.

"Aku benar-benar tak ingin melepaskanmu, Karina," suaranya bergetar, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam. Emosinya terasa campur aduk, dadanya sesak karena tak mampu mengungkapkan perasaannya saat ini.

"Aku tak sanggup untuk melepaskanmu." Dia menitikkan air mata, tak mampu lagi menahan semuanya. Namun dengan cepat mengusapnya, takut kalau-kalau Karina tiba-tiba membuka matanya dan melihatnya.

"Maaf. Maafkan aku." Setelah mengatakan itu, Jaesar bangkit dan keluar dari kamar Karina. Namun, saat pintu tertutup Karina membuka matanya. Dia mendengar semuanya, dia tak benar-benar tidur.

Namun bahkan setelah mendengar pengakuan dan penyesalan itu, Karina tetap tak tergerak. Dia sama sekali tak merasakan apapun di hatinya. Dia hanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya dan beberapa saat kemudian benar-benar tidur.

Mungkin inikah dinamakan mati rasa? Mungkin saat ini Karina benar-benar telah melupakan perasaannya pada Jaesar.

Malam itu, untuk pertama kalinya Karina tidur dengan nyenyak semenjak dia kembali ke masa lalu. Mimpi buruk tentang saat-saat kematiannya yang biasanya datang saat tengah malam kini tak datang.

***

2 Oktober 2021


Continue Reading

You'll Also Like

216K 9K 30
Nakala Sunyi Semesta Setelah tragedi di rel kereta api malam itu Kala di buat heran dengan hal aneh yang terjadi pada nya, kala pikir malam itu dia m...
219K 16.8K 18
[SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR!!] Jiwanya berpindah memasuki raga permaisuri didalam novel? Bukankah terdengar aneh dan gila? Tentu saja, t...
1M 65.9K 43
Daddyyyyyy๐Ÿ˜ก "el mau daddy๐Ÿฅบ"
1.8M 101K 25
โApakah aku bisa menjadi ibu yang baik?โž โPukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.โž ยฉbininya_renmin, 2022