LI(E)AR | 00 Line ✓

Por ALO-EVERA

480K 151K 101K

Bohong? Itu biasa terjadi. Tapi, kalau pembohongnya banyak? Wah, itu sih beda lagi. Más

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Epilog
Penjelasan

24

8.2K 3.2K 2.5K
Por ALO-EVERA

Dua hal yang perlu kalian ketahui. Pertama, Jeno bukan pelakunya. Kedua, dibeberapa chapter sebelumnya terdapat clue siapa yang bunuh Hyunjoon.






Hari ini hujan begitu deras seolah-olah menangisi kepergian tiga pemuda korban pembunuhan. Jasad Eric dan Soobin tidak bisa diselamatkan, namun tetap dibuatkan makam. Lokasinya jauh sekali, orang tua kedua belah pihak hanya mengijinkan keluarga besar saja untuk datang ke acara pemakaman, berbeda dengan Yonghee yang berlokasi tak jauh dari rumahnya.

Jinyoung menatap kosong makam Yonghee. Tak peduli hujan, tak peduli dirinya kedinginan, tak peduli pakaiannya basah.

Tak jauh disana, Yangyang dan Haechan merasa iba, namun mereka tidak diperbolehkan mendekat.

Jinyoung kehilangan Seungmin, Eric, dan Yonghee, teman terdekatnya. Dia sangat terpukul karena kepergian mereka.

Pelakunya benar-benar membuat mereka marah, aksi mereka melebar kemana-mana. Orang-orang tidak bersalah terkena imbasnya, entah siapa setelah ini, yang pasti hidup mereka tidak aman lagi.

"Yangyang, lo masih mau hidup gak?"

Pertanyaan mendadak Haechan mengejutkan Yangyang. "Ya mau lah! Masih banyak yang harus gue lakuin di dunia, gue belum bahagiain orang tua gue."

"Kaget banget kayaknya..."

"Ya kaget lah, lo tanya begitu di kuburan."

Haechan menundukkan kepala, menghindari tatapan Yangyang. "Gue juga masih pingin hidup, Yang... lebih tepatnya hidup bebas."

"Maksudnya? Selama ini hidup lo terkekang gitu?"

"Gak, bukan itu." Haechan menatap lurus lawan bicaranya. "Gue pingin semuanya cepet selesai, gue gak mau terus-terusan begini."

Yangyang memilih tak menanggapi pernyataan tersebut, rasanya aneh, entah kenapa hatinya mendadak was-was, padahal tidak ada apa-apa.

"Oh ya, tadi malem lo cerita soal gunting pas malam minggu. Terus gimana?"

Haechan tertawa renyah. "Gue beralasan nemu gunting itu di jalan terus gue bawa karena gue pikir itu penting. Jeno sama Renjun percaya aja, kalau Soobin atau Yoshi yang tau pasti gak bakal percaya."

Kok rasanya ada yang janggal, tapi apa? Perasaan Yangyang semakin was-was detik demi detik, apa sebaiknya dia pergi saja? Tapi kan dia nebeng Haechan, masa iya dia pergi duluan sementara Haechan ditinggal.

"Lo mau pergi kemana?" Tanya Haechan berpindah posisi ke depannya, menghalanginya agar tidak pergi kemanapun.

"Pulang, gue pesen baju lima hari yang lalu, siapa tau paketnya udah sampe," jawab Yangyang berbohong. Duh, kok dia deg degan begini sih?!

"Ohh... gue kira mau kabur..."

"Haha, apa sih, Chan? Kabur apaan coba, emangnya gue lagi diincer pelakunya?"

Haechan bergeming. Oke, perasaan Yangyang berubah menjadi buruk, tidak lagi was-was seperti sebelumnya. Sekarang dia bimbang, dia ingin pergi tapi hujan deras begini sulit mencari angkutan umum.

Tatapan Haechan berubah cepat, jantung Yangyang berdegup semakin cepat.

"Maaf, Yangyang. Maaf karena bohongin lo, gue terpaksa lakuin ini."

"Hah? Bohong ap-"






BUGH!






Suara keras dari arah belakang membuat Jinyoung berbalik dengan cepat, matanya terbelalak melihat Yangyang ambruk tak sadarkan diri di bawah derasnya hujan.

"Woi! Lo ngapain hah?!"

Haechan menolehkan kepala, memberi isyarat diam dengan jari telunjuk di depan bibir kepada Jinyoung, lalu terkekeh disusul petir yang menyambar.



















































































Hyunjin menaikkan posisi maskernya. Sekarang dia bukanlah Hwang Hyunjin si pemuda tampan yang biasa, dia adalah buronan. Polisi terus mencarinya, bertanya kepada warga apakah pernah melihatnya atau tidak.

Memakai kacamata, wig, dan masker menjadi cara pertama untuk menghindar dan bersembunyi bila keluar dari markas. Tidak nyaman namun harus dilakukan bila tak ingin masuk penjara.

Sial, siapa yang berani melaporkannya kepada polisi? Dia akui dia termasuk komplotan pembunuh bayaran yang mengincar teman-temannya, namun dia tidak membunuh Jisung.

Justru dia marah kepada pelaku yang membunuh Jisung. Jisung juga bagian dari pelaku, tapi bukan berarti dia bisa dibunuh seenaknya. Jisung itu temannya, dia tidak terima.

Memangnya apa yang Jisung lakukan? Dia yang menyebabkan Bomin koma dan dia yang membuat mobil Eric hilang kendali dan menabrak Jongho. Hal seperti itu bukan hal besar bagi pembunuh bayaran, tidak memberi kesan apapun.

Kalau kalian berpikir pelakunya hanya dua atau tiga orang, maka kalian salah. Pelakunya lebih dari tiga.

Di trotoar yang sepi pejalan kaki ini membuat perasaan Hyunjin menjadi tak nyaman. Dia takut polisi tiba-tiba muncul.

Tidak, rupanya bukan polisi yang muncul, tapi seseorang yang ia kenal, berjalan bersama dengan anak kecil berusia delapan sampai sembilan tahun.

Anehnya, orang itu hanya melewatinya saja, tidak menyapa atau tidak mencegatnya.

"Yoshi?"

Orang itu berhenti berjalan, menoleh ke arahnya sambil mempertahankan posisi payung di atas kepalanya dan anak kecil tersebut.

"Ya?"

Hyunjin mengernyit, dia tidak salah dengar nih?

"Mau kemana?" Tanyanya basa-basi.

"Pulang...?"

"Bukannya rumah lo lewat sana ya?"

Yoshi memandang Hyunjin dengan tatapan asing. "Rumah gue memang disana, tapi udah lama gak ditempatin."

Sejak kapan Yoshi punya dua rumah, apa karena mereka tidak dekat makanya Hyunjin tidak tahu?

"Dia siapa?"

"Siapa?"

"Anak kecil itu."

"Adek gue."

Hah? Adik? Sejak kapan Yoshi punya adik kecil?! Bukannya Yoshi anak tunggal? Setahu Hyunjin sih begitu, soalnya di rumah Yoshi hanya dia seorang, melihat orang tuanya saja jarang.

"Kenapa ngeliatin adek gue? Jangan jadi pedofil."

"Eng-enggak! Gue duluan ya, gue buru-buru," pamit Hyunjin gelagapan.

"Tunggu!" Seru Yoshi mencegah.

"Apa?"

"Lo siapa? Lo kenal gue? Gue gak inget kita pernah ketemu."

Lah? Loh? LAH?!

"Jangan bercanda, gue Hyunjin, temen lo," jawab Hyunjin sedikit ngegas.

"Kakak, dia temen kakak? Kok gak pernah diajak ke rumah?" Tanya anak kecil di samping Yoshi sambil menarik-narik baju sang kakak.

"Bukan, dek. Kakak juga bingung kenapa dia kenal kakak."

Hyunjin ngeblank. Dia diprank apa gimana sih?!

"Lo habis kejedot tembok? Gue temen lo, bego!"

"Ihh, dia ngomong bego! Nanti aku mau ngadu ke bunda, kakak aku dikatain bego sama orang jelek."

Tau ah! Hyunjin memilih pergi daripada berlama-lama disana. Dia bingung, Yoshi kenapa berperilaku seperti itu kepadanya? Masa iya karena sekarang dia buronan? Masa iya karena itu si Yoshi pura-pura tidak kenal dengannya? Teganya...

Melihat Hyunjin pergi terburu-buru seperti itu, anak kecil di samping Yoshi terkikik geli.

"Hihi, kakak tadi kasian banget ya. Kayaknya dia takut diaduin ke mama. Lagian kakak Yoshi yang ganteng dikatain bego."

"Lain kali kalau ketemu dia jangan ditanggapin ya. Yuk kakak anterin pulang, nanti kakakmu panik karena kamu hilang tiba-tiba."

"Okey! Makasih banyak kakak ganteng, kapan-kapan main ke rumahku ya kalau aku lagi gak di Kanada, pasti kakakku kaget. Aku mau foto komuknya."

Yoshi tertawa geli lalu mencubit pelan hidung anak kecil tersebut. "Kamu ini ya. Omong-omong, makasih banyak bantuannya. Nih permen buat kamu, jangan cerita ke siapa siapa kalau kamu ketemu kakak."

"Siap, kak Yoshi yang ganteng!"

Nah, sekarang apa yang harus Yoshi lakukan ya? Ah, sepertinya mengunjungi Bomin di rumah sakit lebih baik daripada berduaan dengan Shotaro yang masih emosi perkara kemarin.



























































































Jongho bersenandung sambil menenteng dua kantong plastik berisi ayam kentaki, bubur ayam berkuah, dua kaleng soda berwarna merah, dan susu cokelat hangat.

Dia tidak sabar makan bersama dengan Bomin. Eh?

Hahaha, benar sekali, Bomin itu sudah bangun dari koma!

Kapan? Dia bangun dari koma setelah seseorang berhasil membebaskannya dari alam bawah sadarnya. Entah siapa orang itu, Jongho sangat berterima kasih.

Kenapa teman-temannya tidak tahu? Jongho itu ingin sekali memberi tahu mereka, tapi sikap mereka yang sekarang seakan-akan melupakan Bomin karena sibuk mengurus masalah pelaku. Lebih baik tutup mulut daripada Bomin diincar lagi oleh pelakunya.

"Ini ayam baunya enak banget, pasti si Bomin lahap makannya. Dia kan udah lama gak makan makanan kayak gini."

Senyuman di bibir Jongho merekah seperti bunga, hatinya gembira karena Bomin berangsur-angsur pulih. Tinggal latihan jalan saja baru pulang. Latihan jalan diperlukan bagi orang yang sudah lama terbaring lemah.

Ruangan Bomin sudah di depan mata, dia mengambil nafas dalam-dalam, mengumpulkan tenaga untuk berseru kepada temannya sambil menunjukkan apa yang dia bawa.

Ceklek!

"Bomin~! Tebak apa yang gue ba... wa."

Klontang!

A-apa-apaan ini... tidak mungkin... TIDAK MUNGKIN!

Tolong katakan apa yang Jongho lihat hanyalah ilusi.... ini tidak mungkin... bagaimana bisa...

Bagaimana bisa Bomin tergeletak tak bernyawa di lantai dengan darah mengalir dari pergelangan tangannya disertai pisau yang dibiarkan menancap di dada.

Seguir leyendo

También te gustarán

58.5K 9.7K 10
Brothers night goes wrong tonight. Oh wait, what is it? m/t/h written by Penguanlin, 2019.
Reveal | The Boyz ✓ Por MAYA

Misterio / Suspenso

291K 70.9K 16
❝Ayo mengungkap siapa pelaku yang sebenarnya.❞
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
68.5K 7.2K 78
Sinopsis Yu MengMeng telah bertransmigrasi ke novel pengantin pelarian CEO sebagai "roti", seperti dalam "roti dalam oven". Ibunya adalah wanita yang...