Afterglow | In Repair

By Tirecstasy

15.1K 2.9K 2.7K

Kenapa orang yang takut menyakiti hati orang lain malah tetap berpeluang disakiti oleh orang lain..? Juga ke... More

prolusio: jelita renjani
prolusio: joshua gautrama
‼️read this before you start reading the whole story‼️
1 | nayna and her fiance
2 | requirements
3 | as husband and wife
4 | depends on her, he said
5 | an old friend's wish
6 | joshua's future wife
7 | the gautrama(s)

prolusio: viart farhanidar

1.6K 329 208
By Tirecstasy

You drew memories in my mind,
I could never erase.
You painted colors in my heart,
I could never replace.

—perry poetry

prolusio: ego yang dikurangi demi kembalinya separuh hati

*

NAMA lengkapnya Viart Farhanidar.

Orang-orang biasa memanggilnya hanya dengan nama depan yang tersemat yaitu Viart. Orang yang lebih dekat lagi tak jarang juga menyapanya dengan nama Vi, tapi jangan pernah berani-berani memanggil dirinya dengan sebutan Art tanpa embel-embel lain karena tak seperti namanya, Viart itu membenci seni.

Sejak Viart menginjak usia legalnya, Viart menyadari bahwa nama yang dimilikinya ini penuh tanda tidak pasti. Nama yang bisa dipakai baik perempuan maupun laki-laki, yang berarti kedua orang tuanya pun tidak ingin ambil pusing bila sewaktu-waktu bayi yang keluar dari ruang bersalin malah jenis kelaminnya melenceng dari perkiraan USG—hal yang sangat berkemungkinan terjadi.

Viart membenci hal-hal yang tidak pasti, namanya dan seni sudah cukup menjadi contoh dari beragam ketidakpastian yang acap menyertainya setiap hari.

Keduanya berkaitan satu sama lain. Nama Viart diberikan Ayah yang juga seorang seniman lawas tidak terkenal yang bisa-bisanya punya pengharapan suatu ketika Viart akan mengikuti jejak bermusiknya—tentunya Viart versi suksesnya, tanpa mengekori segala kegagalan yang meliputi nama Ayah yang masih selalu mengandai kalau lagu ciptaannya bisa disetel barang di radio lokal setidaknya sekali.

Ayah tidak seburuk itu. Malahan, Ayah masih tahu diri buat menafkahi keluarganya bagaimana pun cara mengais pundi-pundi rupiah hasil kerja serabutan sana-sini. Sifatnya hangat dan tenang, jarang marah apalagi memberikan bentakan tak berdasar bila emosinya sedang tidak karuan—Ayah anti berbuat begitu. Baik pada Mama, Viart, maupun pada Lena adiknya.

Kendati demikian, jika Viart diberi sebuah pertanyaan seputar dia kelak ingin menjadi seperti ayahnya atau tidak, Viart tidak akan pikir panjang untuk tegas menjawab tidak.

Menyaksikan Ayah menjalani kebodohan seiring merentanya usia—berhenti kerja dari suatu perusahaan milik negara yang gajinya sungguh menjamin hanya demi memfokuskan diri pada hal yang tadinya sebatas hobi. Ayah kerap berpikir bila suatu hari dia akan punya peluang dan peruntungan di dunia musik, namun bukankah pilihan yang telah dia jalani itu sangat konyol? Seolah remaja kelebihan hormon penuh kelabilan yang bisa seenaknya bertindak gegabah tanpa memikirkan kondisi keluarga. Viart beserta keluarga yang semula dapat makan pakai lauk daging dan ayam setiap harinya menjadi kian tak punya nafsu makan dengan lauk-pauk sederhana yang disajikan makin seadanya. Nyaris semua uang hasil jerih payah Ayah ludes dipakai sebagai pengeluaran percuma yang didedikasikan untuk karir yang tak ada cerah-cerahnya.

Karena peristiwa yang menimpa Ayah tersebut, Viart menjauhi semua hal berbau seni—termasuk menghindar untuk berteman dengan seorang seniman. Dia yakin banyak seniman yang akan memuji namanya bagus, tapi Viart sama sekali tidak butuh itu sebab satu kata namanya bahkan mampu mengungkit rasa sakit hati yang telah lama tercipta.

"Nama yang bagus."

Ah, lagi-lagi Viart sudah menduga hal ini akan terjadi.

Viart hanya mampu menipiskan bibir dan mengangguk singkat sebagai respon ketika wanita berambut lurus itu tersenyum sangat tulus. Senyumnya sangat manis, seolah Viart bisa merasakan ada kiloan gula pasir mampir di lidahnya. Bagaimana pun, wajar dia tersenyum selega itu setelah Viart bantu untuk lepas dari bidikan para kakak tingkat buaya di Fakultas Teknik yang suka menargetkan kalangan adik tingkat cantik sebagai santapan hangat.

"Jurusan apa?"

"Teknik sipil."

Wanita berbibir peach itu mengangguk. Dia membawa dua buku di pelukannya. Yang satu novel dengan ketebalan sekitar tujuh ratus halaman, yang satunya lagi buku cetak yang dari judulnya menandakan kalau dia berasal dari Fakultas Bahasa.

Ini sudah dua minggu sejak perkuliahan berjalan intensif selepas OSPEK. Viart tipis-tipis pernah dengar bahwa wanita di hadapannya ini sempat viral karena didapuk sebagai mahasiswa baru paling cantik di kampus. Fotonya direpost di akun khas milik kampus yang hanya menampilkan wajah-wajah orang rupawan—dia dapat angka likes paling banyak, yang membuktikan seberapa banyak diakuinya kalau dia sungguhan paling cantik.

"Aku duluan, ya? Makasih banyak, Art."

Viart menunda berlalunya wanita itu, "Nama lo?"

"Jelita. Jelita Renjani."

Tanpa Viart sadari, itu jadi kali pertama panggilan Art yang keluar dari mulut seseorang tak membuat telinganya merasa benci.

"She's pretty, right?"

Viart mendapati Jami tiba-tiba sudah kembali ke tempat duduknya dengan membawa dua gelas jus jambu. Tak lama, ibu kantin menyusul datang menyajikan pesanan soto keduanya. Jami masih berharap Viart segera menjawab pertanyaannya sebelumnya ketika ekor mata pria itu tak lepas memandangi eksistensi wanita berkuncir kuda yang tengah tertawa di dekat pelataran fakultas mereka.

"Cakep ya, bro? Namanya Jelita. Masih maba tapi bayak yang naksir." ujar Jami lagi, berbicara seolah dia kakak tingkat padahal mereka satu angkatan.

"Gue tahu."

"Lah? Tumben?" kening Jami berkerut, "Tumben banget tau-tauan soal cewek cantik? Biasanya bodoamatan."

"Dia cewek yang gue selametin kemaren."

"Yang lo bilang lo pura-pura ngajak ngobrol dia pas dia mau lewat depan kating itu?"

Viart hanya mengangguk kecil. Ia mulai mengaduk sotonya ketika Jelita nampak memasuki ambang kantin Fakultas Teknik dimana wanita itu kemarin ketakutan digoda banyak tongkrongan mahasiswa. Kini Jelita ditemani salah seorang temannya yang lebih jangkung darinya. Kedatangan keduanya cukup menarik atensi seisi kantin sebab siapa juga yang tidak tahu Jelita Renjani? Maba cantik yang ramah, yang katanya juga seorang penulis punya nama. Dan satu lagi, dia berteman dengan Seli—maba paling bodygoals incaran para lelaki hidung belang yang kini menemani Jelita memasuki kantin FT.

Jami menyenggol kecil betis Viart dengan kakinya tatkala Viart baru mau fokus memakan sotonya. Tahu-tahu, kedua mahasiswi yang dijadikan pusat tertujunya pasangan netra seisi kantin itu sudah berdiri beberapa langkah dari meja Viart dan Jami. Senyuman itu terulas lagi. Untuk Viart yang manisnya masih sama seperti yang dia berikan terakhir kali.

"Ehm—hai, Art?"

Dia nampak agak gugup, terlihat dari caranya menggenggam erat paper bag yang sedari tadi dia tenteng. Viart perlu disenggol lagi betisnya karena pria itu malah terbengong-bengong dibuatnya, Jami berbisik sampai butuh seperkian detik bagi Viart untuk menyadari bahwa sosok Jelita Renjani kini nyata di hadapannya.

"Art?"

"Ya? Ada apa, ya?"

Jami merutuk dalam hati. Bagaimana bisa Viart menanggapi wanita cantik dengan pertanyaan formal dan raut wajah kelewat datar begitu?

"Ini, jadi—" Jelita meletakkan paper bag di atas meja, paper bag itu tidak terlalu besar untuk mengambil sisa tempat kosong di antara mangkuk soto dan gelas berisi jus. "Aku ada brownies untuk kamu. Sama ada sandwich juga, aku harap kamu bisa makan ini nanti meskipun sekarang kamu baru mau makan. Sebagai tanda terima kasih aku karena kamu udah nolongin aku kemarin."

Viart berdeham, menatap kosong paper bag Jelita. "Itu bukan apa-apa. Gue ikhlas nolongin lo."

"Pemberian tanda terima kasih bukan berarti menilai orang yang memberi pertolongan itu nggak ikhlas, kan?"

Viart terbungkam. Ternyata, wanita itu pandai menyusun kata saat berbicara.

"Ini sebagai rasa tahu diri aku. Karena aku rasa, kata terima kasih aja nggak cukup untuk diberikan ke kamu."

Akhirnya, Viart mengangguk kecil dan menerima pemberian itu. Well, dia memang tidak banyak omong dengan orang yang belum ia kenal. Mungkin ini alasannya banyak wanita yang segan mendekatinya saking meluasnya aura dingin menyebar ketika kita berada di sekitarnya.

Sebelum Viart berterima kasih, atau bahkan sebelum dia terlintas untuk berujar kata tersebut, Jelita lagi-lagi mengulas senyum.

"Once again, terima kasih, Art."

Selepas kepergian Jelita, Viart baru tahu bahwa sebatas kata terima kasih bisa membuatnya kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri.

"For the first time, you let someone call you Art." komentar Jami.

Selepas kepergian Jelita, Viart baru tahu bahwa kata Art dalam namanya bisa berdendang sebegitu merdu di telinga, membuat Viart terbayang-bayang dan mulai memiliki hasrat menuju kata bersama dengan pemilik nama Jelita.

Viart bisa bilang, mendapatkan hati Jelita tidak sesulit yang ia kira. Tapi membiarkan wanita itu pergi begitu saja, rasa sulitnya bahkan lebih dari kata tak terkira.

Ketika Viart terus membiarkan Jelita memanggilnya Art, dia juga termakan pendiriannya sendiri untuk membiarkan seniman mana pun masuk dalam hidupnya karena Jelita menjadi salah satunya.

Mulanya, Viart pikir itu bukan masalah besar. Jelita berbeda dengan Ayah. Dia menghasilkan karya tulis dengan novel-novelnya yang sukses, bukan berpacu pada musik dan buang-buang waktu seperti Ayah yang hanya menghasilkan stress.

Namun rupanya, keduanya sama saja.

Banyak hal yang Viart tidak suka ketika Jelita hidup bersamanya, banyak hal yang Viart tidak suka ketika kata bersama dengan Jelita telah jadi miliknya.

Viart tahu seberapa enteng Jelita menerima maaf tatkala seringnya Viart membuat kesalahan tak terduga. Tapi malam itu, ego Viart menghancurkan segalanya. Ketika permintaan cerai Jelita terujar sebegitu seriusnya, itu menjadi salah satu peristiwa besar yang mengguncang Viart selama ia hidup di dunia.

Dia telah berupaya, mencari yang lebih baik dari Jelita sampai ibarat menjarah ke pelosok kota. Saking terlalu sering dia mencari. Terlalu sering dia gagal menemui yang cocok di hati.

Viart paham kalau ia sudah berada di puncak putus asa saat dia berani mendatangi kediaman sementara Jelita di Kota Kembang padahal dia jelas dilarang keras barang menginjaki teras. Bermodal menerobos hujan deras dan memohon maaf dengan ego yang lebih tertebas, Viart tidak menyangka bahwa Jelita masih punya stok kata maaf buatnya.

Maka, mulai saat itu, Viart bertekad untuk berubah. Ia sadar ego tingginya membuat Jelita gerah, egonya membuat Jelita lelah merasa disetir ke arah yang dimana wanita itu tidak ingin melangkah.

Menatap Jelita yang kini bisa bersisihan dengannya lagi masih terasa seperti mimpi. Manik matanya betah menatapi presensi wanita itu seolah memastikan diri kalau wanita itu sungguhan ada di sini.

"Semua akan aku lakuan. Apapun, demi kembali lagi sama kamu."

Ketika senyum Jelita mengembang, sebelum mobil sedannya berlalu melaju, Viart berbisik pada dirinya sendiri.

"J, I won't let you go too far. Without me. Again."








bersambung ke chapter satu.

—❦—

Tira's notes:

Yash finally kalian tau siapa itu Art. apa ada yang nyangka kalo Art itu hanya sebatas panggilan dan bukan kependekan dari nama Viart?

sebelumnya, aku mau kasih tau dulu untuk taehyung-jisoo shipper please don't be so toxic untuk ngeskip-skip bagian tokoh lain dan maunya baca soal mereka doang. aku bocorin kalo part joshua di sini bakal lebih banyak meskipun viart juga penting. kalo kalian berencana skip-skip gitu mending berhenti baca dari sekarang dan hapus ini dari library kalian dari sekarang. aku tekankan sekali lagi setiap part di cerita ini bakalan penting karena aku buat cerita ini jadi lebih padat. kalo kamu nggak bener-bener ngikutin dengan baik, kamu nggak akan bisa masuk dan ngerti alur ceritanya. 

kira-kira ada yang bisa nebak atau ada yang mau berteori kira-kira cerita ini bakalan kayak gimana nanti?

oiya, chapter satu bakalan rilis setelah KKN tamat atau mendekati beberapa chapter lagi tamat ya. nggak akan terlalu lama kok, sekitar dua minggu lagi i guess(?) Prudentirals udah terbiasa sabar kan nunggu aku update hehehe...

target votementnya masih sama ya, 100+ votes dan 110+ comments. sambil nunggu chapter satu update, yuk ajak temen-temen kalian yang jisoo harem ship atau carat atau blink atau apapun baca cerita ini! percaya deh ngikutin cerita ini pas on going bakal lebih seru daripada tinggal baca pas udah tamat

gitu aja. makasih buat yang udah votement dan maaf karena update hari ini lebih ngaret dari dua hari sebelumnya

dadah, Prudens, have a good night and i hope y'all have a great day tomorrow!

Jakarta, October 25th 2021

Continue Reading

You'll Also Like

35.6K 7.3K 10
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
441K 4.6K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
1.4M 81.2K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi πŸ”žπŸ”ž Homophobic? Nagajusey...
1M 84.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...