The Devil Wears Hugo

By Amanda_Dulagan

9K 1K 233

From the prequels & sequels of The RCB Love Legacy. A short love story by Amanda Dulagan. More

PART I
PART III
PART IV
PART V
PART VI
PART VII
PART VIII
PART XI
PART X - FINALE

PART II

715 95 40
By Amanda_Dulagan

#THEDEVILWEARSHUGO

PART II

KURTIS’S P.O.V

It’s the day to fly back home.

Cukup sudah the horny party on Henji’s yacht, Seito’s sticky hotel party, Soong Jun’s Haloween sex party yang I refused to participate in, I am fucking exhausted.

What’s wrong with these Oriental part of Asians? They are fucking horny people. Patut pula most Asian porns are produced by these species.

Fuck if I would ever be hooked up with a Japanese. Saya pancung tu hidup-hidup.

Hurmmm. Mana saya mau balik ni ah? KK atau Milan?

Milan gives me a lot of headache, but KK gives me a lot of heartache.

Both kills me with aches.

Maybe I should just go back to KK and pergi melawat Kimmy sambil irritate Sydney Robinson. That should be a good idea memandangkan dia manusia yang paling menjengkelkan pernah saya jumpa.

Saya mau olok-olok, ejek-ejek, kasi sakit hati dia sebagaimana hati saya pun masih tersakiti sampai sekarang. I wish when I land in KK, Sydney sudah beruban, kerudut, boroi dan bida. Then Angel tidak mau dia sudah dan akan memilih saya.

Hahahaha! Wishful thinking, Kurtis. Tapi tidak salah bah untuk saya berangan-angan dan membalas dendam dengan kata-kata pedas kepada Sydney. Saya tersengih.

I should make my life as sweet as sugar and make Sydney Robinson as bitter as… apa yang bitter? Peria. Ya, betul! Peria! I hope your d*ck turns into rupa peria tapi version kurus dan pindik, Robinson!

Saya terketawa sendiri imagining Sydney’s d*ck looking like sebatang peria. Okay, bukan saja ketawa. I howled with laughter as I passed the immigration checkpoint.

Semua orang memandang saya dengan tatapan kehairanan.

“Capo, psstt!” Franco menepuk bahu saya. “You regret you didn’t join the gangbang?”

APA?! WHY WOULD I BE SAD UNTUK PERKARA YANG HINA DAN JIJIK?

Tawa saya mati, saya menatap Franco tajam dengan dahi berkerut.
“Why would I regret to such heinous behaviour? Killing is more pleasurable.”

“Because you sound… like… uh… an uomo pazzo.” Franco akhirnya menghabiskan kata-kata dia.

CRAZY MAN? Apa juga punya second in command ni berani cakap saya macam orang gila?

Saya menjeling saja si Franco. Ah well, mengaku juga I’m a crazy man. Crazy for money, power and blood. Not crazy for sex. Eh, satu lagi saya hampir lupa. Crazy for Angelarra.

Aii, sudahlah, Kurtis. Bini orang masih tu. Tapi kerana saya sudah sedar saya sangat cinta si bini orang, ku tunggu jandamu, Sydney Robinson.

BUAHAHAHA! Saya terbahak ketawa. Franco geleng-geleng kepala dia, bukan dia tau apa yang bermain dalam otak saya yang masih tergila-gilakan mantan kekasih saya.

Ah, bini orang, si mantan. I decided tu cubuk lagi IG si Kimmy. Eh, bukan pula saya unfollow si adik, malah tambah lagi saya mau tengok kalau dia ada post pasal Angel.

Memangpun ada post baru dia sama Angel. Uh, makin cantik saja Angel sejak beranak-pinak. Makin saya menyesal. Saya telah melepaskan kebahagiaan saya untuk kuasa. Bodoh sekali kan. Kuasa tu memang tidak akan hilang, kekayaan tu sudah mutlak. Argh!

Sedang saya berjalan menuju ke arah my private plane diiringi oleh orang-orang saya, tiba-tiba saya terasa sesuatu yang berat memerangkap kaki saya.

Eh, manusia pula yang merangkul kedua kaki saya sampai saya terasa keberatan mau melangkah maju. I was pulled back and nearly fell on my ass. Literally not on my ass, but on that person’s body.

I shook off the hold.
“Let go of me!”

“Please.” The soft voice from the ground begged.

Perempuan? Perempuan apa ni? Pengemis?

“Franco!” Saya panggil Franco yang duluan jalan di depan saya untuk memastikan kapal terbang saya aman dan selamat.

“Ca… Cap… po?” Franco kebingungan menatap pandangan di depan mata dia.

“Give the beggar some money.” Saya mengarahkan.

“How much?” Lagi dia tanya. Ciss!
“All your pay.” I am that sarcastic.

“I have not that much cash with me, capo.” Franco menjawab. “But I can give her your plane.”

APA?! I can wring his neck right now oh dia jawab saya begitu.

“Or one of the cards?” Dia kasi keluar one of the ATM cards dari my clients.

“Oi! Juta tu, setan!” Saya terlepas memaki.

Baru saya ingat Franco is an Italian. Dia bukan faham BM. Dengan sesuka hatinya dia menghulurkan the card kepada si pengemis. I didn’t bother to see her face. Macam mana an international airport in Japan boleh dicerobohi oleh pengemis jalanan?

“No!” Her voice hoarse. Dia menolak the ATM card. Kalau dia tidak tolak pun saya akan tampar kepala Franco kalau betul-betul kena terima.

I don’t have cash. Astaga. This is one of my first experience berdepan dengan pengemis jalanan. Dalam wallet saya yang ada cuma credit cards, gambar ehemmm, IDs and license saja. And exclusive membership cards.

Saya tengok jam tangan saya. Eee, saya sayang jam tangan saya. Then saya menatap my platinum wedding band di jari manis saya yang sepatutnya cincin perkahwinan saya dengan Angel.

Entah apa gila saya bagi dia my band instead of my watch. Murah lagi jam tangan saya daripada cincin saya, dan cincin saya means a lot to me.

Tapi saya telah melepaskan cincin saya. Dan yang paling menghairankan adalah perasaan saya setelah melepaskan the band. I felt like a heavy burden just slipped off my shoulders. Saya terasa ringan.

“Take this, you can get $200k for it.” I’m being generous bah hari ni. Maklumlah semua business transaction membuahkan hasil yang lumayan.

Dia menunduk sambil menggelengkan kepala. Saya memang tidak nampak muka dia sebab rambut dia yang hitam dan panjang menutupi muka dia.

“Take this and go!” I boomed. Dia tersentak terkejut.

“Br… bring me.” Her Japanese accent very thick sampai saya hampir tidak faham.

“No!” I’m irritated. “Take this now!” Saya tarik tangan dia and placed the band on her palm.

Macam terkena karan tangan saya tersentuh dia. Dubs dubs dubs jantung saya. Mau gila sudah kau, Kurtis.

“N-“ Tidak sempat dia habis bercakap saya terus meninggalkan dia dan naik ke kapal saya. My men blocked her way.

“Help me!” Dia menjerit. But I didn’t bother to turn back.

Beberapa minit kemudian kapal terbang saya pun berlepas. I start sipping my whiskey and smiled with satisfaction. Japan is crazy! Lama sudah saya tidak terasa adrenaline rush. And Japan managed to excite me. Saya menunggu pembalasan dendam kau, Black Dragon.

Tiba-tiba ada bunyi tembakan.

PANG!

“Shit!” Saya terkejut. “Franco!”

I followed protocols damn you, Japan! Apa salah saya?

Franco check keadaan, tapi tidak sampai sepuluh saat air muka dia berubah.

“Stop the plane!” Dia bilang. Apa? Kau ingat ini kereta kah suka-suka hati mau suruh orang stop-stop?

“We can’t land, Franco!” I tried to put some senses into that thick brainless skull of his. “The Japanese is going to shoot us!”

Tiba-tiba si Franco gila pergi buka the emergency exit door! Nasib belum berapa tinggi lagi paras kapal terbang dari bawah sebab kami baru juga berlepas.

“Grab my hand!” Franco teriak.

Saya bingung. What is happening? Saya berdiri dan berjalan ke arah Franco. The pressure from the air nearly threw me backward.

Holy fuck!

Si pengemis tadi terlentang on her stomache atas sayap kapal terbang. Then she grabbed Franco’s hand.

Franco yang tarik dia masuk kapal terbang saya tapi saya pula yang terhumban kebelakang, landing on my back with her ontop of me! Tubuh si pengemis terhampas atas tubuh saya!

I’m so shocked. Namun sempat saya menatap wajah dia yang nampak kotor, macam diconteng arang saja. But her eyes. She has the lightest hazel-brown eyes I have ever seen and shaped like a cat’s eye, and the thickest eyelashes. Hidung dia mancung and her… lips. Macam saya pernah nampak that sexy lips somewhere. Mana ya? Dubs jantung saya!

Saya tersentak, lantas saya menolak dia dari atas dada saya.

“I told you to go away!” Saya membentak dia.

“He… help me.” Dia melirih.

“Stop the plane!” Saya lagi yang mengarahkan the pilot to land. “Get her out!”

Franco muncul setelah dia pun terhumban lebih jauh ke belakang. Saya berdiri berdepan dengan si pengemis, Franco sedang meluru dari arah belakang to come to her rescue.

“We will help her, capo!” Aik? Berani kau meninggikan suara kau sama boss kau, Franco?

“We will no-“ Kata-kata saya terputus.

Si pengemis melemah. Tiba-tiba dia tumbang dan refleks saya menyambut dia. Dia pengsan!

Tangan saya melingkar di pinggang dia and just at that moment saya terasa telapak tangan saya basah.

“Shit!” Saya teriak. “She’s bleeding!”

Laju Franco menyambar tubuh si pengemis dari saya dan mengangkat dia ke… Eh, Franco, mana kau bawa dia tu?

“Get the doctor!” Saya teriak lagi.

Franco turned to me and rolled his eyes.
“We’re in the air, capo. The only doctor in the air now is God.”

Tuhan tu doctor? Kebodohan apakah lagi si Franco ni?

“Where are you carrying her to?” I called out to him.

“To your suite. Where else?” Astaga!
“So where am I gonna sleep?” Saya memprotes.

“On the sofa if you insist.” Hah? Dia suruh saya tidur atas sofa di my suite in my private plane?

“NO!” saya membantah lagi.

“The girl is half dead, capo! Do you want an innocent girl to die because of your selfishness? She took the bullet for your plane. For us! For you!” Franco vent out his frustration. “You owe her your life. The code, capo.”

Saya terdiam. Ya, sekejam-kejam saya sebagai ketua mafia, I will never let an innocent girl die.

Fine. Franco knows what to do.

Saya tersentak. Wait! Took the bullet? Maksudnya bunyi tembakan tadi tidak tersasar dari target kapal terbang saya. Tembakan tadi mengena tepat pada sasaran namun tubuh si pengemis yang tertembak instead of my plane.

Tidak sampai lima minit saya menyusul Franco in my suite. 

I saw him taking the complete set of emergency first aid kit from one of the cabinets in my washroom. Muka si pengemis pucat memutih sudah. Dia terlentang atas katil saya. Her blood soaked my bedsheets.

Franco came back with all the necessities to treat her wound. The kit, a bottle of whiskey, fresh clothes.

Saya nampak Franco unbuttoning her blouse. I’m supposed not to feel anything. Tapi entah kenapa macam saya tidak rela nampak Franco membuka pakaian dia.

“The gunshot is just above her ribcage.” Franco bilang. Above her ribcage? Below her boobs? “I have to undress her, maybe you should go out, capo, if you won’t be of any help.”

What?! Dia suruh saya keluar supaya dia boleh menelanjangkan si pengemis? Hell, no!

“You get out!” Saya melangkah ke arah dia and grabbed one of the towels from his hands. “I’ll do it.”

Franco menatap saya bingung. Dia ingat saya apa? I know how to treat gunshot wounds. Beribu kali sudah saya treat my own gunshot wounds.

“Cap-“ He started.
“Get out and lock the door behind you!” Saya mengarahkan.

Franco terdiam, lantas dalam beberapa saat dia melangkah keluar and locked the door behind him.

Saya mula membuka setiap butang baju dia. Jantung saya terasa macam menghempas-hempas di tulang dada saya menatap kulit dia yang putih mulus.

Next her bra. Nafas saya tersekat. Her pink n*pples seakan mengejek saya. As if saying to me ‘you can see me, but you can’t touch me.’

“Who said I can’t touch you? I won’t only touch you, I’ll suck you.” Eh, buduh! Did I say that outloud? Kau gila sudah, Kurtis bercakap sama n*pples.

I need to stop her bleeding and take out the bullet. I poured the whiskey on her wound prevent infection and dull the pain she’s unconsciously feeling once I take out the bullet.

I took the tools from the kit untuk mengeluarkan peluru dari tubuh dia. And true to what Franco said, it’s above her ribcage. Just below her boobs.

For the first time, tangan saya bergetar apabila mengeluarkan peluru.

Damn, sikit lagi! Sikit lagi! Tapi tidak saya dapat kasi keluar, the tool is too slippery . I have no choice. Saya menarik nafas dalam.

“Dammi forza, padre.” I made the sign of the cross, meminta Tuhan memberikan saya kekuatan.

Saya menunduk, bibir saya tersentuh isi kenyal yang merupakan her boobs. I had to take the edge of the bullet out with my teeth!

I felt the metal edge of the bullet. Gigi saya mengetap pada the peluru tersebut, pipi saya tersentuh her boobs yang macam a comfortable pillow. Saya terbuai beberapa saat, lalu tersentak bila saya terdengar dia meringis lemah.

Zap. I got the bullet out.

Lantas saya menjahit luka dia. Hanya mengambil beberapa minit untuk menjahit kemas luka dia.

Dia kembali tidak sedarkan diri bila saya start menjahit luka dia tadi.

Now it’s time to clean her up. Saya merendamkan dan memerah tuala kecil yang Franco sediakan tadi.

She’s already half naked, but I need to get her fully naked sebab tubuh dia melekit dengan darah kering sudah. And again, tangan saya bergetar.

I inhaled a sharp breath when I stripped her down to her panties. Even her silk white panties ada darah dari luka tembakan tadi.

And again, her clean shaven p*ssy seperti mengejek saya. As if saying ‘You can see me, but you can’t touch me’. Macam juga si n*pples tadi.

Ni kali saya terlepas dalam hati saja.
‘Who say I can’t touch you? I can even fuck you.’

Oi, Kurtis! Kasi bersih tu otak kau! Japan has polluted your mind enough with Henji and Soong Jun’s sex parties.

I shook my head hard and continued cleaning her up. Lantas I carried her to the left side of the bed so I can dress her up.

Shit! Apa baju saya mau kasi pakai dia? Mata saya melirik a small bagpack on the floor. Dia ada bawa backpack! Syukur.

Saya buka the backpack but found nothing except a bottle of mineral water, a picture frame of a young woman with a little girl and a passport. Tapi tiada pakaian.

Passport! Seems like I have luck finding passports.

Saya buka the passport. Dahi saya berkerut.

A Malaysian passport. She’s not Japanese? Kepala saya menoleh, mata saya menatap wajah dia. But she does look Japanese juga.

Dan saya tersedar lagi sesuatu. Her passport expired 10 years ago!

And her name.

GIGI AMMAN.

Gigi? Macam saya teringat seseorang yang bernama Gigi. Tapi I don’t remember Amman. What is wrong with the world and Gigi? Tiba-tiba ramai pula nama perempuan Gigi.

Oh, out of all that I cleaned, I forgot to clean her face.

I wet another fresh towel and started to clean her face. Saya mau tengok wajah dia sama kah tidak dengan wajah budak dalam tu passport.

DUBS jantung saya! Cantik. Sangat-sangat cantik.

Tapi tidak sangat iras dengan wajah budak dalam tu passport. Saya tidak puas hati. Saya membeliak mata dia untuk membuat perbandingan lagi. Kanan, okay. Kiri, okay.

That same light hazel brown eyes.

I looked at the date of birth in the passport.

She’s 24.

Hmmm. Why would a beautiful 24 year-old woman mau jadi pengemis jalanan? She could easily become a model or an actress. Or a porn st-. PAAAP! Saya tampar pipi saya sendiri. Stop your stupid thoughts, Bestian.

Wait, maybe she is a porn star yang datang to Japan atas paksaan. Mungkin dia mangsa pemerdagangan manusia!

Eh, buduh. Saya nampak bibir dia memucat, hampir biru. Sejuk bah ni gila! Dan dia tiada pakaian extra lagi tu. I walked to my closet and took out one of my shirts. Saya memakaikan dia my shirt, and even my shirt is thick, her hard n*pples masih jelas nampak menegak. Saya gigitlah tu tidak lama.

I walked to the washroom with her bra and panties in my hand. And in the sink, saya mula menggosok dan membilas her bra and panties.

Silk bra and panties? Pengemis mana yang memakai pakaian dalam mahal begini? Tambah lagi saya yakin yang she’s a porn star yang lari dari bapa ayam dia.
I wanted to re-route to Milan bah tu. Tapi nampaknya KK lebih dekat because si pengemis need a doctor to attend to her.

So we landed in KK a few hours later.

Saya mengangkat si pengemis until the lift stopped and I stood in front of the suite. Franco rang the bell for me.

The door to the suite opened.

“What the fuck is that?” KARTER.

“A human as you can see.” I rolled my eyes. 

“Why are you bringing a human to my house?” Buduh punya adik. Syukurlah saya bawa manusia. Kalau dia mati di kapal saya, bukan kah saya bawa mayat dan hantu sudah?

“Karter baby?” Suara Kleo kedengaran. “What is…”

Kleo terdiam.

“Pinjam satu bilik.” Saya bilang.
“You should start buying your own house.” Karter membebel.

I travel a lot. Buat apa mau beli rumah sendiri? Lagipun dad sudah beli balik rumah lama kami. And Uncle Harren pun ada rumah sini.

“Why don’t you be a sweet fratello and give your big brother a unit here?” Saya menyeringai. Lama sudah saya aim kena bagi satu bah! Ciss punya Karter!

“No!” Karter menjeling saya. “Kau pengacau. Go build your our condo.”

“Capo.” Franco mencelah, dia mau angkat si pengemis dari saya. BUUUK, saya sigung dia. “Ouch!”

“Don’t touch her.” Saya menjeling Franco.

“Hisssh! prima se ne andò, ora la gente vuole essere arrabbiata e vuole resistere.” Macam saya tidak dapat dengar! Dia bilang tadi diamenghalau, sekarang mau marah pula orang mau pegang.

“Che cosa?” Apa saya tanya dia.
“Niente.” Dia jawab saya, tiada.

“Kleo.” Saya menyapa Kleo. She’s more reasonable than Krazy Karter. “Her name is Gigi, she’s a Sabahan who escaped from human trafficking in Japan. She got shot, instead of my plane. The Japanese government was aiming for my plane. She took the shot.”

Mata Kleo terbulat, dia menekup mulut dia in shock.

“Oh God!” Kleo exclaimed. “Human trafficking? Bring her to the room there. Is… is she a…?”

“Yes, she’s a porn star.” Saya jawab dengan confident.

Continue Reading

You'll Also Like

68K 2.1K 15
"Are you sure this is okay, Kacchan? What if Aizawa-Sensei catches us?" "Relax, Nerd. I'm right here with you. What could go wrong?" "O-okay... I-if...
11.7K 629 53
"Batalkan." Dia memandangnya dengan keliru. "Batalkan.Awak tak patut kahwin dengan saya"katanya dengan lembut "Kenapa"akhirnya dia bers...
46.4K 1K 20
[Book Two] A degree, new house, her dream job, two kittens, a ring, and her best friend, Sasha, all weren't enough to keep Lyra's past from catching...
41K 1.1K 21
"Hello, I'm Kyotani Kentaro's cousin, Okamoto Kasumi. Nice to meet you." Silence filled the gym. Like one, they turned to Kyotani who was - still - s...