Sudah dua bulan lebih berlalu.
Tidak ada yang berubah, semua masih tetap sama. Hanya saja Jungkook makin menyebalkan untuk Taehyung. Jimin pun semakin protektif, berlebihan memang.
Tapi ada satu yang mengganjal di pikiran Taehyung.
Kakak.
Taehyung menghela nafas sambil memperhatikan jam dinding yang ada di kelasnya. Sebentar lagi kelas akan berakhir dan mungkin ia akan langsung pulang ke apartemennya.
Lagi pula ia mau kemana memangnya? Tugasnya semakin hari semakin banyak, mengutuk dosen-dosen itu pun percuma.
Lamunan Taehyung terpecah saat seseorang memanggilnya, "Taehyung?" Ah, Hyungsik rupanya.
"Kenapa?"
Hyungsik hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya ini, melamun merupakan hobi favoritnya.
"Kau asik melamun, kelas sudah berakhir." Ucap Hyungsik sambil membereskan barang-barangnya kedalam tasnya.
Perkataan Hyungsik membuat Taehyung mengedarkan pandangannya ke seisi kelas.
Wow, kosong.
"Aku duluan, jangan melamun terus. Bisa-bisa kau menabrak orang nanti." Kata Hyungsik sambil menepuk pundak Taehyung pelan.
Apa aku memang selalu melamun ya?
Buru-buru ia membereskan barang-barangnya dan pergi dari kelas, Jimin sedang tidak ada kelas hari ini. Ia tak mau ketinggalan bis lagi seperti kemarin-kemarin.
Taehyung sudah sampai di halte bis yang biasa menjadi tempat dia untuk menunggu. Ia merogoh kantong celananya untuk mencari permen karet.
Selain melamun juga ternyata hobi barunya adalah memakan permen karet. Ia ingat betul saking seringnya dia makan permen karet, Jimin sampai marah-marah.
Katanya, "Keseringan makan permen karet. Sampai angin pun kau kunyah."
Padahal ia juga tidak tahu, mulutnya hanya bergerak sendiri, mungkin sudah menjadi kebiasaan.
Saat bis sudah sampai, ia langsung naik dan memilih duduk di paling belakang dekat jendela. Ia suka duduk di belakang. Dulu juga begitu di kelasnya, tapi dosen Choi memindahkannya kedepan karena ia sering melamun.
Taehyung hanya menatap jalan raya yang padat akan kendaraan. Tidak ada yang berubah, semuanya masih sama.
Begitu pula dengan kehidupannya, tidak ada yang berubah. Taehyung benar-benar merasa hidupnya terlalu monoton untuk ukuran anak muda.
Tidak ada yang bisa dilakukan.
Taehyung hanya menghela nafas sambil menatap ponselnya. Sudah lama sekali sejak Namjoon menghubunginya.
Biasanya Namjoon akan menanyakan kabar misalnya sekedar bertanya sudah makan atau belum dan juga kabar kuliahnya. Tapi ini tidak. Benar-benar tidak ada kabar.
Taehyung sudah berkali-kali mengirimkan pesan bahkan menelepon tapi tetap saja jawabannya sibuk. Ia tahu Kakaknya itu memang orang sibuk, tapi sesibuk apa sih?
Tangannya bergerak untuk mengetikkan beberapa kalimat di ponselnya setelah itu ia kembali menatap jalanan.
Netranya menangkap sebuah gedung yang ia tahu adalah rumah sakit. Rumah sakit dimana kejadian beberapa bulan yang lalu saat ia pingsan di toko buku.
Entah bagaimana bisa Taehyung sekarang sudah berdiri dari duduknya dan menyetop bis itu untuk berhenti. Ia turun dari bis itu lalu berjalan kearah rumah sakit itu.
Bukan karena iseng atau hanya bermain-main, tapi Taehyung menyadari adanya keanehan pada dirinya akhir-akhir ini.
Seperti mimisan ketika telat makan, kepala pusing setengah mati ketika kurang tidur, dan sebagainya. Ia hanya ingin memastikan, apakah ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
Segera mendaftar di resepsionis rumah sakit, lalu menunggu namanya dipanggil.
Drrtt drtt
Baru saja ingin duduk, ia mendapatkan telepon
Duh, si bantet.
"Halo."
"Kau ada dimana? Sudah makan belum? Kau--"
"Berisik kau."
Taehyung berdecak malas mendengar nada itu, memotong ucapan Jimin itu adalah hal terbaik. Karena kalau tidak, sahabatnya itu akan terus mengomel dari huruf A sampai Z tak ada habisnya.
"Yak! Aku ini mengkhawatirkanmu bodoh!"
Spontan Taehyung menjauhkan handphone nya dari telinganya. Kenapa orang ini kalau berbicara harus pakai nada tinggi sih? Sudah cempreng, tidak santai pula kalau berbicara.
"Bisakah kau kecilkan suaramu? Aku sedang ada di rum- toko buku! Iya toko buku! Orang-orang pada melihat ke arahku bodoh!" Ucap Taehyung meringis karena orang-orang yang ada di rumah sakit itu menatap aneh ke arahnya.
Ia juga tidak tahu mengapa berbohong kepada Jimin, tapi yang pasti Jimin tidak boleh tahu soal ini. Nanti anak itu khawatir lalu datang kesini dengan kebut-kebutan.
"Yasudah. Aku tutup dulu, jangan lupa makan!"
"Iyaaa Jim." Ucap Taehyung lelah ditanyai terus oleh Jimin.
Tut
Sambungan telepon putus dari sebelah sana. Dasar bantet bodoh, sudah membuat dia malu dengan cara berteriak-teriak sambil telepon, sudah begitu dimatikan sepihak pula.
Taehyung menggeser-geser beranda handphone nya bosan sambil iseng melihat log panggilan telepon. Ia kembali menghela nafas karena melihat kontak Namjoon disitu.
Kakak dimana sih?
"Kim Taehyung!" Panggil resepsionis tadi tempat Taehyung mendaftar.
Buru-buru Taehyung berdiri lalu menghampiri resepsionis itu, ia hanya ingin segera pulang dari tempat ini karena merasa tidak enak membohongi Jimin.
"Silahkan anda ke ruangan Dokter Min. Anda tinggal lurus ke lorong yang ada di sebelah sana lalu di pojok ada pintu bertuliskan 'Min Yoongi'." Ucap seorang wanita yang bekerja menjadi resepsionis itu sambil tersenyum.
"Nee, kamsahamnida." Balas Taehyung ramah.
Taehyung berjalan ke ruangan yang dimaksud lalu mengetuk pintunya.
Ruangan terbuka lalu ada seorang dokter berperawakan putih bersurai cokelat yang memakai kacamata.
Tampan!
Batin Taehyung melihat namja itu.
Dokter tadi yang ingin keluar untuk ke kamar mandi pun kembali masuk lalu mempersilahkan Taehyung untuk duduk.
"Kim Taehyung. Ada keluhan apa?"
Taehyung yang sudah duduk tapi masih melamun pun hanya diam sambil menatap dokter itu.
Yoongi, nama dokter itu. Hanya menatap Taehyung aneh sambil berdecak.
"Aku tahu aku tampan, tapi aku dokter disini." Ucap Yoongi.
"Ah! A-anu maaf! Dokter tadi tanya apa?" Ucap Taehyung tersadar akan lamunan bodohnya.
Terdengar helaan nafas dari dokter berkulit pucat itu. "Ada keluhan apa?"
"Aku sebenarnya tak tahu kenapa aku datang kesini. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan diriku, aku sering mimisan ketika telat makan, pusing juga tiba-tiba datang sakit sekali. Dan juga rambutku rontok, padahal aku laki-laki." Jelas Taehyung panjang lebar.
Yoongi tampak berpikir sambil menatap Taehyung, sepertinya pasiennya ini mengalami sesuatu yang aneh.
"Baiklah kau akan melakukan rontgen di bagian kepalamu." Ucap Yoongi.
Taehyung hanya mengangguk mengiyakan, karena ia tidak tahu harus apa. Semoga saja dokter ini ada solusinya.
• • •
Setelah selesai melakukan rontgen, Yoongi memberikan resep beberapa obat kepada Taehyung bila terjadi gejala-gejala yang disebutkan tadi.
"Datang besok untuk mengambil hasil rontgen nya. Jika kau merasakan pusing yang tidak biasa, segera minum obat ini. Dan jangan terlambat makan." Ucap Yoongi.
"Oke baiklah, sepertinya dokter masih muda. Umur dokter berapa?" Tanya Taehyung ngelantur.
"Dua puluh sembilan." Ucap Yoongi singkat, ia tak tahu kenapa namja aneh di depannya ini bertanya seperti itu.
"Woah, kau seusia Kakakku! Oke aku pergi dulu Kak Yoongi." Ucap Taehyung lalu menyambar resep obat yang ada di atas meja tadi lalu keluar dari ruangan Yoongi.
Yoongi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Taehyung. Pasien yang unik, pikirnya.
• • •
To Be Continued
🐰🐯