The Devil Wears Hugo

By Amanda_Dulagan

9K 1K 233

From the prequels & sequels of The RCB Love Legacy. A short love story by Amanda Dulagan. More

PART II
PART III
PART IV
PART V
PART VI
PART VII
PART VIII
PART XI
PART X - FINALE

PART I

1.5K 114 38
By Amanda_Dulagan

#THEDEVILWEARSHUGO

PART I

KURTIS'S P.O.V

Has it been 3 years already? Yes, more than 3 years to be precise, more than 4 years perhaps. Dan saya masih belum dapat move on dari Angel. Bagi saya dialah cinta sejati saya, cinta mati saya, Angelarra Love Ashburn.

Namun saya tertewas di tangan Sydney Robinson. Sialan punya Robinson! Kalau bukan kerana budi, sudah lama saya menghabiskan dia. But we have that Mafia code of ethics. You can never kill someone that you are indebted to, lebih-lebih lagi tiada istilah pengkhianatan di antara Sydney Robinson, Angel dan saya.

Ya, saya mengaku saya salah kerana telah memungkiri janji saya kepada Angel. I promised to return every month, I promised we would still be together, I promised I will reveal our relationship when she turns 18.

Janji tinggal janji, Kurt.

Walau apapun yang telah saya lakukan, walau sekuat mana perjuangan saya untuk memenangi hati Angel kembali, saya gagal.

I remembered the day I first saw her again after returning from Milan. I was 23 and she was that beautiful 15 year-old girl. Attraction happened, lust happened. And when I had to leave, and even all through those years I still denied my feelings for her. I denied my love for her.

Dan di saat melihat kedekatan Angel dengan Sydney, saya cemburu. Tapi saya masih keras kepala. I admitted I needed her in my life, I admitted I wanted her to love me. Only me. But I never admitted I love her. That was my biggest regret.

Sakit hati saya melihat kebahagiaan Angel dan Sydney. Uh, bukan saya stalk dorang di IG, but it seems Kimmy is actively posting about them.

Terbaru Kimmy posted pink balloons and decorations dengan caption...

Congratulations @rara_ashburn & @syd_suede_robinson. OMG I can't believe I have twin nieces! River St. Germain & Paris St. Esprit, you adorable creatures, zia loves you! #BFF #twindotters #ashburnrobinsons

Kimmy ni menambah lagi garam pada luka saya. Saya unfollow lah dia ni tidak lama.

Who names their kids River and Paris anyways? Sungai Paris? Yang saya tau ada Kampung Paris sana di Kinabatangan. And the first son tu apa nama dia? Madrid kah Barcelona? Entah apa kejangkitan nama-nama anak-anak keturunan Robinsons tu. Kimmy pun kejangkitan. Rome and Sahara. Kenapa tidak kasi nama Napoleon and Mandela saja?

Uh, you're getting so bitter, Bestian.

Terlintas pula di otak saya, kalau saya diberi peluang lagi untuk mempunyai zuriat Bersama Angel, I would name our daughters Angelarra II and Angelarra III. Biar semua nama anak-anak kami Angelarra!

Sebegitu obsess kah saya?

Saya tersentak dari lamunan saya apabila suara lelaki yang lantang menusuk gegendang telinga saya. Sikit saya humban dia with my dagger gara-gara terkejut.

"Capo, your first meeting is with Seito Nagawa." Franco, my new second in command mula membaca jadual saya.

I'll be in Japan for a week. A good retreat for my mind and body.

"Last is with the Black Dragons." Sudah lebih sepuluh minit Franco membebel. "Do you want your sniper or should I prepare your katana? Nel caso in cui." Just in case dia bilang.

"Maybe I should meet them empty handed." Saya bilang. Sama saja macam membunuh diri kan?

"Capo." Franco rolled his eyes. "You know they are dangerous and will taunt you just to pick a fight."

Yes, I know. The Yakuzas what they call mafias in Japan are blood-thirsty these days. But I don't think they'll pick a fight, they need my chain of supply if they are to remain the most powerful and fearsome Asian gangsters.

"Sumo fighters don't need weapons." Saya membalas dengan nada yang datar.

"They have fats, capo." Franco menatap saya dengan tatapan memalas. "You have bones."

Saya menaikkan satu kudou. Bones? I have muscles. Kau buta kah, Franco?

"And by the way, they are wrestlers not fighters." Did Franco just sniggered?

"What's your point, Franco?" Saya melemparkan tatapan membunuh pada Franco.

Franco menghembus nafas kasar.
"I'll prepare both." And he walked away.

***

My private plane landed at Osaka International Airport.

Japan has this undang-undang yang menetapkan every private plane must touchdown at their airports and every passenger needs to go through security checkpoint. Dulu saya pernah cuba melanggar undang-undang dorang, namun setelah my private plane hampir shot down 20,000 feet in the air, saya taubat.

Setelah limpas immigration checkpoint, saya dan orang-orang saya berjalan menuju last checkpoint sebelum tiba di pintu ketibaan.

I saw the back of a dark haired girl berjalan meluru to the security checkpoint.

Tiba-tiba sesuatu terjatuh dari the pocket of her long black velvet coat and that thing landed at my feet.

I bent down and picked it up.

A PASSPORT.

Mata saya sempat lagi melirik security-security yang tunduk hormat dengan dia. Saya menjadi penasaran. Kenapa dorang bowing down to her? Anak ketua Yakuza kali dia ni.

Jadi dengan busybodynya saya membuka passport dia.

GIGI MANAMI OSAKA.

Saya terkekeh geli. This city belongs to her is it? Sampai nama pun sama dengan bandaraya.

"GIGI" Suara saya bergema in the security hall.

Imagine those Japanese faces with their jaws dropping in shock bila saya panggil nama tu perempuan.

She turned slowly. I couldn't see her eyes sebab dia memakai kaca mata hitam. Her black sunglasses is so big until it covered her eyebrows and half a quarter of her nose. I can only see her nose tip that's so red and her full lips that's also red. Naturally red. And her very pale skin. Dia ada selesema kah ni?

The girl named Gigi not Hadid snatched her passport ungraciously from my hands. I wasn't ready for this kind of behaviour, kalau saya tau, saya tidak akan melepaskan her passport.

"Don't ever call me Gigi." Her voice tingled my senses.

"Ah well okay, teeth." Saya sengaja! Saya terkekeh geli lagi. Bagus-bagus kena sebut nama macam Gigi Hadid dia mau juga marah-marah. Rasalah kau kena panggil gigi.

"Teeth?" Again her voice sends shivers down my spine. "Kau mengolok nama saya kah ni?"

Okay, that's a shock for me.

"Fine. Nice to meet you and you're welcome, Miss Osaka." Saya sengaja cakap you're welcome, kasi rasa sikit tu ketidaksopanan dia. Tiadapun ungkapan thank you sebab saya terjumpa passport dia.

I saw her tilted a smile sambil dia jilat bibir dia. Shit, punya sexy! Tiba-tiba hati saya berdegup kencang. Buduh kau, Kurtis! Baru nampak bibir sudah otak kau ke laut. Padan muka kau kalau dia buka kaca mata dia menampakkan kudou yang botak dan mata yang juling.

"You." Jari telunjuk dia di tekan di dada saya. "call me Your Highness."

Ah apa? HAHAHAHA! I threw my head back dan saya terketawa terbahak-bahak.

By the time, my laughter died down, she's gone from my sight.

Mana si Gigi not Hadid yang pandai cakap BM dan nama sama dengan the city of Osaka menghilang?

And just like that, she's gone.

***

GIGI'S P.O.V

"Anata no denka." Beberapa orang yang berpakaian serba hitam menunduk hormat.

Saya mengeluh dalam keletihan dan kebosanan.
"Can you guys give me a break already?"

Ini semestinya kerja si dad. Tiada lain dan tiada bukan memang dad lah yang suruh his men mengekori, mengejar dan menjemput saya.

Dorang menggelengkan kepala saja buat pura-pura bodoh. Bikin panas! Sudahlah saya sedih dan sedang berkabung, tambah lagi dorang bikin sesak kepala otak saya.

"Tell DADDY-SAN I'll be sleeping in a hotel tonight." Saya memprotes.
"Onegaishimasu, denka." Salah seorang daripada dorang merayu. "Ō wa watashitachi o koroshimasu."

Oh? Berapa orang sudah daripada dorang yang sudah kena pancung kepala? Seriously I can't count. I can't even relate to that emotion anymore setelah 12 tahun berdepan dengan perkara yang sama.

Ya, saya baru tinggal di Osaka, Japan selama 12 tahun bila tanpa angin, tanpa ribut I was taken away from KK, from my beloved mother, dan dipaksa tinggal di Japan dengan the father I've never known since the day I start breathing air. Mummy tidak pernah cerita apa-apapun tentang bapa kandung saya, so saya anggap saja saya tiada bapa. Tapi saya masih mendapatkan kasih sayang seorang lelaki dari datuk saya.

Dan kini, saya hanya ada datuk dan nenek saya di KK. Saya berkabung atas kematian mummy saya yang tercinta. Mummy patah hati setelah saya dibawa ke Japan dan mummy tidak dibenarkan melawat saya.

Uh. Back to the airport yang ramai orang berpusu-pusu mengejar penerbangan masing-masing dan tidak lupa dorang yang baru melalui pintu ketibaan macam saya juga sedang bertolak-tolak untuk melalui pintu keluar dengan pantas to catch a taxi home, saya sengaja lagi memperlambatkan langkah saya.

Hampir lagi saya menghampas handbag LV saya ke muka lelaki yang teriak 'takshi, takshi!' di telinga saya. Soi punya orang! Sikit my black sunglasses terlepas.

I cannot show my face. Bukan saja mata saya bengkak dan masih merah gara-gara menangis 7 hari 7 malam, but I really can't let anybody see me. Saya boleh saja fly by our private plane, tapi saya kan degil. So saya terbang by commercial flight.

Fine. Nampaknya saya sudah dikepung bukan saja dad's men tapi all those people that I've been avoiding my whole life in Japan. Kalau saya tidak pakai cermin mata hitam kali the flashes of their cameras sudah membutakan mata saya. Ciss!

I have no choice but to follow dad's men, kalau saya berkeras untuk naik taxi to the nearest or furthest hotel, tetap juga saya akan diekori oleh half the population of Japan.

Sampai saja dalam kereta hitam yang entah panjang berapa kilometer badan ni kereta, lantas saya menghampaskan diri saya against the leather seats.

Saya mengeluarkan sebatang rokok dari handbag saya and lit it up, sambil menurunkan tingkap kereta.

"Denka." Suara garau salah seorang dari orang dad. "Kitsuen suru no wa yoku arimasen." Dia melarang saya merokok, tidak bagus konon untuk kesihatan saya dia bilang.

"Shut up" Saya menjeling dia yang sedang duduk di hadapan saya. "I can do what the fuck I want to do."

"Aiteiru mado wa ansatsu no kikaidesu, anata no denka." Dia bilang satu peluang untuk pembunuh upahan untuk membunuh saya dengan tingkap kereta yang berbuka.

Bagus! Bagus lagi saya mati dan jumpa mummy daripada hidup dengan bapa kandung saya yang sudah beristeri dan anak perempuan yang satu tahun saja lebih muda dari saya.

Yaga pressed a button and the window slide up. Closed.

Saya masih sakit hati, saya hisap saja rokok saya dalam aircond dan keadaan tingkap kereta bertutup. Tidak sampai dua minit saya terbatuk-batuk tersedut sendiri asap rokok yang tebal. Saya terdengar Yaga terkekeh geli. Kitai!

"Babi!" Saya memaki. Bukan juga dia faham. Kesian itu babi juga yang salah bah kan.

Saya meneruskan merokok sampai mata saya berair gara-gara terlampau batuk, saya stop bila mata saya berair sudah. Degil kan saya? Tapi beginilah saya setelah menjangkaui usia remaja dan dilarang berjumpa dengan mummy, tambahan lagi tiba-tiba mendapat berita kematian mummy, saya telah kehilangan mummy selama-lamanya. Saya mengesat air mata saya di sebalik kaca mata hitam saya.

Yaga menghulurkan saya sekotak tissue. Saya merebut tu kotak tissue dari dia dan buang ke lantai. Saya pijak-pijak tu kotak tissue dengan penuh amarah sambil melepaskan geram.

Tatapan saya kosong. I emptied my thoughts as the car drove away from Osaka International Airport. Saya block segala imbasan kenangan bersama mummy dan kehidupan saya yang bahagia di KK sebelum semua kebahagiaan itu dirampas oleh seorang yang bergelar bapa. Bapa yang hanya setelah 12 tahun baru mau mempertontonkan tanggungjawab dia.

***

When the speed of the car slowed down and nearing to a halt, I know I'm back. Back, not home.

Saya membuka pintu sendiri tanpa menunggu bantuan dari orang-orang dad.

"Okaerinasai, denka." Semua menyapa kedatangan saya secara serentak sambil membongkokkan badan. Welcome back kepalamu semua!

Saya tidak menyahut sapaan sopan dorang, pantas saja saya masuk to the large hall and took the lift to my suite.

Tidak sampai sepuluh minit saya baring di katil untuk merehatkan tubuh saya yang lelah, sudah ada lagi announcement yang saya benci.

TOK TOK TOK!

"Ten'nōheika." Suara lantang itu mengumumkan kedatangan si bapa.

Apa lagi dia mau ni?

"Watashi no ōjo." Suara garau dad mencemarkan indera pendengaran saya.

"Just say what you want to say, dad." Saya menghembus nafas kasar tanpa bersusah-payah untuk bangun dari katil. "And speak in English. Melayu pun kau faham bah." Saya tersenyum sinis.

Masa kan 3 tahun di KK zaman muda dulu tidak pandai berbahasa local Sabahan? Mummy bukan pandai cakap Jepun pun kecuali sayonara, arigato sama apa tu I love you-I love you dalam Bahasa Jepun. Saya sememangnya sudah fasih berbahasa Jepun memandangkan 12 tahun sudah saya hidup sini dan dipaksa belajar bahasa dorang.

Dua hingga tiga tahun pertama memang saya bertutur dalam Bahasa Jepun, namun setelah usia saya bertambah dan sakit hati saya semakin parah, saya tidak mau bertutur sudah dalam Bahasa ibunda bapa saya. Instead, I speak in English atau bila saya marah dan mula memaki, keluarlah segala BM Sabahan saya.

"Hijō ni shitsurei!" Kurang ajar dia bilang. Tapi yang marah tu bukan bapa saya, dia adalah ibu tiri saya.

"Hiromi!" Suara dad bergema di ruang bilik tidur saya. Ibu tiri saya terdiam setelah dibentak oleh dad.

"You will marry Raion Kizoku." What?! Suka hati, suka badan mau kasi kahwin saya macam saya ni apa? Barang lelong? Bundle? Roti kahwin? Anjay!

"I will not marry Raion or anybody that you match me with!" Saya memberontak.

"HA-" Si ibu tiri cuba mencelah.
"Hiromi!" Lagi dad memberi amaran.

Saya berani menantang dad. Saya tidak akan kahwin dengan sesiapapun lelaki pilihan dad atau si ibu tiri untung kepentingan diplomatic atau whatsoever kepentingan dorang.

"You will need to produce heirs!" Dad's voice boomed.

"Then get your sweet 'legal bloodline' daughter to open her legs and give you heirs!" I snapped back at dad.

Si ibu tiri maju ke depan dan ingin melayangkan sebuah tamparan ke muka saya, saya sempat menangkap pergelangan tangan dia.

"Watashinojinsei de, dare mo watashi ni taishite yubi o ageta koto wa arimasen. Watashi wa anata no yogoretate ga watashi no kanpekina hada, jaakuna mamahaha ni fure sasenaideshou." I said in a deadly voice.

Never in my life has anyone raised a finger against me. I wouldn't let your dirty hands touch my flawless skin, evil stepmother. Itulah kata-kata saya kepada dia. Lantas dia menjerit histeris.

Saya tanpa memperdulikan jeritan dia tambah lagi provoke si ibu tiri.
"I was trained like a man to fight and to kill, you were not."

Saya sedar saya menekankan the 'legal bloodline'pada dad tadi sehingga muka dad putih memucat.

Kerana inilah dad telah meninggalkan mummy yang telah dia kahwin secara sah di sisi undang-undang Malaysia dalam keadaan mengandung.

Dad went back to Japan to marry his father's wishes. And never returned. Tahu-tahu saya ada adik tiri yang cuma satu tahun lebih muda dari saya.

Kalau dad sudah ada pewaris, kenapa lagi perlu cari saya dan merampas saya dari mummy? Saya benci! Saya benci bapa saya!

"If you expect love, Manami, love is not in our blood! Love is not in our cards!" Dad saja punya suara boleh menggegarkan satu Jepun. Tapi tidak menggegarkan saya.

"Then it's either I flip the card or I slit myself and drain out every drop of blood I have in my body that symbolizes I'm your daughter." I said in a low but firm voice. "I would rather die than marry any men you bring before me, Ten'nō-San."

Dad menghembus nafas kasar menghadapi pemberontakkan dan kedegilan saya.

"Stubborn child." Dad bilang. Saya langsung tidak terkesan dengan kata-kata dad. "I have only one option for you if you refuse to marry my choice, watashi no ōjo."

***

KURTIS'S P.O.V

Siapa cakap the Japanese Yakuzas tidak akan mau cari gaduh lagi tu?

SAYA.

Dan saya sangat silap.

Ketua Black Dragons nampaknya trying to rip me off my profit. Saya menjual senjata yang top class made in Russia dan dia cuba nego sampai satu sen pun tidak akan ada keuntungan berpihak saya.

Bila saya membantah dan menolak untuk menjual kesemua senjata yang dorang tawar-menawar dengan saya, dorang mengepung saya and my men.

I am out-numbered of course. Tidakkan saya mau bawa 100 orang-orang saya to Japan hanya untuk urusan jual beli senjata api?

So it's 20 against 100, hmmm?

Saya cuba melengahkan masa.
"Hold there. I'll call my brother to see if he agrees to your bid." As if lah Karter ada kena-mengena dengan my business deals.

TUT TUT. TUT TUT. TUT TUT.

Punya setan ni anak tidak jawab panggilan saya. Manalah tau dia ngam-ngam di Tokyo kah, Seoul kah, boleh juga saya minta tolong dia fly his Kargu-2 quadcopter drone his wife gifted him as a wedding anniversary present. That drone can kill even the furthest target. Gila Karter dapat bini satu kepala pembunuh macam dia. Hahahaha!

Saya call lagi balik. Ni kali saya video call.

"Ssshhh!" Saya menempelkan jari telunjuk di bibir saya, signaling the Black Dragons to be silent. Drama! Tapi kau memang ada rencana lebih bagus bah, Kurt.

Ketujuh kali baru Karter si durjana jawab panggilan saya!

"Argh! Fuck! Argh, baby!" What the hell...?! Suara bitin Karter mencemarkan telinga saya, sial!

Bukan saja telinga! He's holding up his handphone menampakkan separuh tubuh dia yang telanjang dan sedang bergerak seakan menghantam-hantam. Is he doggy-ing?!

Kedengaran lagi suara jeritan Kleo!
"Karter! Harder, baby, harder!" Sial bah ni laki bini!

"Oiii!" Saya teriak, muka saya memerah sudah menahan amarah dan ummm... malu.

"Kau yang Oi! Anak setan!" Karter membalas. Masih lagi dia sedang menujah. "Apa kau mau?!"

Jelaslah bah saya mau minta tolong kalau saya call kan? Bukanlah saya call dia setiap kali saya mau minta tolong saja, 9 out of 10 memanglah mau minta tolong. Tsk tsk. Yang 1 case tu biasanya pasal keluarga.

"Ho bisogno del tuo drone per aiutarmi." Saya bilang saya perlu pertolongan drone dia.

"Arkhhh, I'm cumming, baby!" Saya tutup tu screen handphone dengan telapak tangan saya. I'm not watching my brother's porn clip. "You're IL PADRINO, go help yourself." Dia tercungap-cungap. "Turn, baby!"

Astaga, kitai! Saya sangka dia sudah climax!

"Ho solo bisogno di una distrazione. 10 piedi e basta." I just need a distraction. 10 feet, itu saja.

"Location!" Karter snapped. Saya tersenyum puas. Si jipun semua tu bukan fahampun Italian. Tsk tsk.

In only a few seconds, ada tiga letupan 10 meter di sekeliling kami. More than half of Black Dragon's men either died or injured.

Eh, di mana juga adikku setan tu? Macam dekat saja dia ni tau sebab beberapa saat saja dia meletupkan setiap sudut gudang yang merupakan lokasi transaksi business yang sepatutnya berjalan dengan lancar.

Nearly half of the Black Dragon's men are dead and another half are injured.

I swipe up my katana behind my back with one hand and with my other free hand saya mengheret collar baju ketua gangster cap itik dorang.

I slammed his face against the cold metal table. Dia menggigil ketakutan, sudah mengagak yang dia akan dipancung.

No! I won't let you die... yet.

I snapped his wrist with a BRAAAK sound and he screamed in pain. And...

Swoooshhh!

"Argh!!!" Dia menjerit, tangan dia berlumuran darah.

I shrugged as I saw what used to be his hand menggelupur di lantai.
"I don't negotiate to lose." Saya berdesis di telinga dia.

Lantas saya mengukir lengan tanpa jari dan telapak dia with a big 'B'. Macam mainan Zorro bah kau ni, Kurtis. Tsk tsk.

"Kare no inu ni sore o ataete kudasai!" I shouted my orders. Mata saya tertumpu pada tangan dia yang telah saya potong dengan katana saya.

Ya, biar anjing kau makan daging tuan dia.

I smiled evilly and walked out of the shabbled warehouse.

"Capo! Shall we burn down the warehouse now?" Franco tanya saya.

"No." I love this game. I am IL PADRINO. Karter might like to just kill, but I like to torture my enemies that dare to cross paths with me. Death is too easy for traitors like that filthy dragon. Ciss, dragon konon! "I want him to get up and seek revenge."

"Huh?" Franco nampak kebingungan.

"You don't kill your enemies at first sight, Franco." Saya menyeringai. "You torture them at first sight.

I saw Franco gulped in fear as I looked into his eyes with fire. Fire to kill, but not just yet. I am not done with my latest playtoy.

***

Dua hari kemudian saya ada meeting dengan salah satu lagi kumpulan Yakuza Jepun yang diketuai oleh Henji Hakamura Hardison. Boleh tahan rupa ni orang, campuran Jepun and American.

But kerana dia kasi tangguh meeting kami yang sepatutnya diadakan sebelum meeting saya dengan the Black Dragon, I am not impressed by him.

This time the meeting is on a private yacht. Kleo's yacht lebih mahal dari ni dan lebih luxurious. Sempat backing-up adik ipar nampaknya kau kan, Kurtis?

Saya menyedut my cigar and puffed it in the face of a Japanese whore yang sedang duduk di atas paha saya dengan tubuh dia yang hampir bogel. Saya menatap her boobs dengan tatapan tanpa dosa.

I am single and rejected. So I should enjoy the view, shouldn't I? Kalau tidak silap saya dulu-dulu the Japanese call these kind of women as 'Geisha'.

Kedengaran the beat of the music blasted through my ears and the whole ocean, duh. The DJ's a guy dan all the whores sedang menggeser-geser tubuh dia meminta perhatian.

I looked at Henji yang sudah half naked dan dikelilingi jalang-jalang pemuas nafsu dia.

Ini I'm impressed. He didn't looked a little bit affected by lust walau lima perempuan sedang mengerjakan dia. Instead, like me dia smoked his cigar, calm and steady.

Enough now.

Saya memulakan urusniaga perniagaan. Now, back to business. Saya signal Franco to bring two briefcases filled with weapons that cost $5million.

"I heard what you did to Dragon." Henji memulakan bicara. Not a sound of Japanese accent in his English. He sounded very American.

Saya menatap dia tanpa mata saya berkedip dan dengan satu kudou menaik sambil tersenyum macam setan.
"You dare to negotiate?"

Henji threw his head back and laughed out loud.
"I am a lot of things. You can call me whatever you want. Except cheap."

I like this guy. Saya tersengih mendengar kata-kata dia. Well, even all these women seems expensive. Who would want to buy a whore a Gucci bikini? I'd rather buy it for mom's poodles at home. Smirk, smirk.

Saya terasa the woman on my lap mula unbuttoning my shirt as I watched Franco opening the briefcase to display the content.

Henji meneliti barangan $5million yang sekarang berada depan mata dia. Dia tersenyum puas.

"Cash?" Dia tanya saya.

"I prefer card." Tsk tsk. He handed me an ATM card.

This is how I want my transactions to be. My clients must all prepare a card in hand under the name of an anonymous card holder under my instructions.

Franco took the card and cross-examine it to ensure no fraud atau sebarang penipuan. Bila Franco mengangguk, then I started to sip the expensive Whiskey that Henji served me earlier.

The woman on my lap sudah menjadi semakin liar dan berani. Dia mula menjilat dada saya.

Just then Henji's handphone started ringing. He answered the call with a wide grin on his face.

"Heika." Dia mula bertutur dalam Bahasa Jepun yang saya boleh tangkap sikit-sikit.

Saya boleh faham sikit, saya boleh bertutur juga, cuma tidak fasih. I'm good at the bad, evil phrases and some basic ones. Tapi kalau sudah mendalam susah sudah saya mau tangkap.

Senyuman Henji memudar. Bukan lagi memudar, mati terus senyuman dia.

"Manami? Osaka?" Macam dia mengulang kata-kata tu orang di hujung talian. "Wakatta."

Manami? Osaka? Saya pun mengulang kata-kata dia tadi di kepala otak saya. Macam familiar. Macam saya pernah dengar. Hurmmm.

Ada perempuan bernama Manami yang menetap di Osaka. And by Henji's looks, a Yakuza to a Mafia, I know that look so well.

It's gonna be an assassination. Manami of Osaka is going down, six-feet deep.

Tapi kenapa tu nama mengganggu fikiran saya ah? Tiba-tiba dubs dubs dubs jantung saya. Saya okay kah ni? Eh, atau saya terangsangkah oleh jilatan si jalang ni?

I felt uncomfortable and pushed si jalang off my lap. Dia merengek her protests. Saya melemparkan dia tatapan membunuh, dengan pantas dia menyingkirkan diri dia dari mata saya. Pencemaran!

"Everything good?" Henji tanya saya sambil tersenyum, seakan tiadapun dia dapat apa-apa panggilan tadi.

Saya mengangguk. The transaction's smooth. Tapi macam gatal hati saya mau tanya the details of Manami of Osaka's assassination plan.

MANAMI.

I hope she's an old lady yang ada penyakit dan minta diri dia sendiri dibunuh oleh pembunuh upahan. Or maybe a bitch that deserves to be murdered kerana dengan beraninya cuba merampas laki orang. Some badass bitch pay to kill her husband's mistress. Tsk tsk.

But I doubt that. Saya sangat ragu. Uh, fikiran dan jantung saya tidak keruan memikirkan pembunuhan yang akan dirancang dengan sangat teliti oleh Henji Hakamura Hardison.

Why is it bothering me so much?

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 169K 63
The story of Abeer Singh Rathore and Chandni Sharma continue.............. when Destiny bond two strangers in holy bond accidentally ❣️ Cover credit...
4.4M 279K 104
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
68K 2.1K 15
"Are you sure this is okay, Kacchan? What if Aizawa-Sensei catches us?" "Relax, Nerd. I'm right here with you. What could go wrong?" "O-okay... I-if...
DARK MOON By d

Teen Fiction

5.7K 446 20
Adrian dan Luna adalah pasangan yang paling hangat bercinta di sekolah mereka. Kemana sahaja mereka pergi selalu berdua. Malah mereka juga sentiasa m...