"Jika bintang membuatmu lupa bahwa kita sedang bertengkar, maka aku bersedia memberikannya hari ini juga."
-
Pukul 10.30 malam.
Tubuh Eunji di tahan beberapa laki-laki karena wanita itu nyaris terjerembab akibat sepatu tinggi yang ia gunakan. Lantas tertawa-tawa tak jelas.
Sedangkan Han GoEun, dengan satu kancing yang belum tuntas di tutup. Serta berhasil menahan pijakan kaki agar tak terjatuh, ternyata tanpa disadari dirinya sudah berada di pelukan seorang laki-laki yang baru saja ia tabrak.
Walau jarak wajah mereka sangat dekat. Tetapi mata GoEun terlihat menyipit karena tetiba merasa sulit mengenali. "Siapa, ya?" tanyanya pelan.
Di ruangan yang diisi dengan suara bising, seharusnya cukup sulit untuk mendengar pertanyaan tadi. Namun jika sedekat ini, tidak mungkin tak mendengar.
Dan tanpa disangka, laki-laki itu justru tersenyum lebar. "Tebak?" Pintanya lalu kedua tangannya menarik tubuh Han GoEun lebih dekat agar wanita itu mudah menjawab.
Kerutan di kening Han GoEun menghilang dalam sekejap. Dan matanya membulat, seakan-akan tak pernah merasa mabuk. Lalu melepas diri dari rengkuhan itu.
"Sorry," ujar Han GoEun menunduk sopan. Matanya mengerjap. "Tidak sengaja." Lanjut wanita itu.
"Tidak mengenali karena sudah merasa mabuk, hm?" tanya laki-laki itu lagi. Sudut bibirnya tertukik kala melihat wanita di depannya terlihat kikuk. Matanya menurun menatap satu kancing wanita itu yang terbuka.
"Tidak, kau salah paham." Jawab GoEun cepat. Lantas berbalik hendak pergi. Belum genap satu menit setelah menjawab pertanyaan lawan bicaranya, tubuh GoEun justru kehilangan keseimbangan.
Salah satu high heels-nya patah karena insiden tabrakan beberapa saat tadi. Dengan sigap, laki-laki itu sudah bersiap menangkap tubuh Han GoEun jika saja tidak ada orang lain yang mendorongnya menjauh. Dan di waktu bersamaan, si pendorong menangkap tubuh GoEun.
"Awww!" pekik GoEun disela kebisingan club malam itu. Telapak kirinya menapak lantai dan tertekuk hingga terkilir.
Belum selesai wanita itu meringis kesakitan, tubuhnya sudah terambang pelan dan masuk ke dalam dekapan seseorang lagi. Membuat GoEun bersungut kesal dan berusaha mendorong laki-laki yang tengah memeluk pinggangnya itu.
Mengapa pula ia berpindah-pindah pelukan dari satu orang ke orang lainnya?
"Lepas!" teriak GoEun. Kedua tangannya memukul-mukul tak tentu arah. "Akan kulaporkan pada suamiku!"
"Aku suamimu."
Ujaran dua kata itu berhasil menghentikan pukulan GoEun. Wanita itu menatap suaminya lekat-lekat. Bahkan menangkup dan menggerakkan wajah Jaehyun untuk memastikan. Tak sadar bahwa kini keduanya telah menjadi pusat perhatian.
"Jaehyun?" tanya GoEun dengan alis berkerut.
"Ya, that's me." Jawab Jaehyun. Tangannya melingkar sempurna di pinggang GoEun. Tak membiarkannya jauh sesentipun. Kemudian matanya beralih, menatap sosok manusia yang tengah tersenyum usil.
"Tidak ada yang lucu." Sembur Jaehyun langsung.
Musik terus berdentum dan para pegawai memilih melipir menjauh walau beberapa masih berusaha mencuri pandang menganalisa hal yang sedang terjadi itu. Bambam yang lebih dulu bergerak kala Jungkook berusaha mendekat. Mencoba menjadi penghalau jikalau salah satu di antara mereka berusaha memulai perkelahian.
"Bukankah harusnya kau berterima kasih padaku karena berhasil menangkap istrimu sebelum ia terjatuh tadi?" tanya Jungkook. Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Jaehyun tak menyahut. Ia sedang menetralisir amarahnya karena melihat pemandangan beberapa saat tadi. Namun Han GoEun memilih menoleh menatap Jungkook yang berdiri tak jauh darinya. Kemudian membungkukkan kepala sembari tersenyum lalu berujar, "Terima kasih."
Tak hanya Jungkook, bahkan beberapa laki-laki satu gangnya itu terkekeh gemas melihat tingkah wanita yang nyaris kehilangan kesadaran itu.
"Senang melihatmu datang ke sini. Walau hanya untuk mengambil istrimu pulang," lanjut Jungkook. Bambam yang kini berada dekat Jungkook pun berusaha membuatnya berhenti bicara.
"Istrimu pintar sekali mengendalikan diri. Saat orang-orang memilih minum sampai tak tau batas. Ia justru hanya berdiri di samping wanita pemabuk walau akhirnya sekarang pun ia juga mabuk." Jelas Jungkook lagi. Kini diselingi tawa. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak menjabarkan bagimana sifat wanita yang baru ia temui beberapa jam itu.
"Aku tidak mabuk," sahut GoEun lagi, dalam dekapan sang suami. Tangannya bahkan bergerak ke kanan-kiri berusaha menghalau ucapan Jungkook pada Jaehyun.
"Babe," panggil Jaehyun pelan, hanya agar wanitanya saja yang mendengar. "Be quiet, okay?"
GoEun menatapnya beberapa detik sebelum menggerakkan tangan di depan mulutnya sendiri seraya mengunci bibir rapat-rapat. Kemudian merebahkan kepala di dada sang suami.
Jaehyun menatap lawan bicaranya lagi. Perubahan rautnya cepat berganti lalu berujar, "Kami pulang duluan."
"Begitu saja? Kau sama sekali tidak ingin bicara bersama kita?" Jungkook menyekal lengan Jaehyun yang segera ditepis kasar. Eunwoo juga ikut mendekat, bersama Bambam yang terlihat mulai khawatir.
"Tidak boleh ada keributan. Semua pegawai dari dua perusahaan ada di tempat ini. Jaga sikapmu, Jungkook." Seru Eunwoo. Suaranya menderu marah dengan senyum yang dipaksakan. Percayalah bahwa senyuman Eunwoo itu hanya sebagai pengalih perhatian untuk memastikan bahwa tidak ada yang merasa curiga terhadap insiden ini.
"Seperti yang kau bilang tadi, istriku sudah mabuk. Kita bisa melakukan pembicaraan di kesempatan lain tapi tidak sekarang." Balas Jaehyun sengit.
"Jaehyun, cobalah tersenyum sekarang agar orang-orang tak curiga." Pinta Bambam, juga dengan tersenyum. "Han GoEunssi, apakah kau masih sadar?"
Kala namanya disebut, mata wanita itu kembali terbuka sayup-sayup. Ia menoleh dan Jaehyun pun memberinya akses untuk berdiri menghadap mereka. "Aku sangat sadar," balas GoEun semangat.
Tetapi kemudian wajahnya meringis. Lalu mendongak menatap suaminya, "Babe, sepertinya kakiku terkilir." Rengeknya.
Sungguh. Bukan hanya Jaehyun yang terpaku. Keempat laki-laki itu selalu merasa gemas setiap kali wanita itu bertingkah. Bibir yang melengkuk sedih, mata sendu serta rengekkan manja, siapa yang tidak akan merasa gemas?
"Yang mana?" tanya Jaehyun. Suaranya melembut, berbanding terbalik saat berbicara pada Jungkook.
"Iniii," GoEun mengangkat kaki kirinya. Saat menyadari kaki heels itu bergelayut pasrah, ia semakin merengek. "Hwaaa, sepatu aku rusaaaak!"
Tidak bisa dibiarkan. Jaehyun menyadari bahwa semua teman-temannya sudah terfokus pada istrinya saja. Ia merengkuh tubuh Han GoEun dan sontak menggendongnya. Sudah tak peduli pada semua orang yang melihat ke arahnya. Ia berani jamin tidak ada satupun orang yang berani mengatakan macam-macam ke pihak luar.
"Sudah puas dengan pertunjukannya? Kami pulang!" sembur Jaehyun langsung melangkah lebar. Beberapa penjaga yang memencar mulai bergerak satu-persatu mengekori Sang Tuan.
GoEun yang sibuk memeluk suaminya itu justru tengah merengek sedih hanya karena sepasang high heels. "Semua gara-gara Eunji," sungutnya rendah. Tetapi kepalanya justru terangkat, mencari keberadaan Eunji yang sebetulnya sangat sia-sia.
Jaehyun yang paham akan maksud istrinya pun berujar lembut, "Sahabatmu bersama orang-orang baik. Dia akan pulang dengan selamat, jika kamu ingin tau."
"Tidak," balas GoEun. "Dia sudah membuatku menabrak orang, nyaris terjatuh, kakiku terkilir dan terakhir sepatuku menjadi patah." Ujarnya cemberut. Lalu merebahkan diri lagi pada pundak Jaehyun.
Langkah kaki Jaehyun berbelok mantap menuju pelataran lobby. "Kita bisa membeli sepatumu lagi nanti,"
"Harus sama persis seperti milikku sekarang, ya?" pinta GoEun menatap Jaehyun dengan matanya yang menyendu.
"Boleh. Ambil apapun yang kamu inginkan. Semuanya bisa kamu miliki," jawab Jaehyun santai.
"Tapi kakiku sakit. Apa aku masih bisa berjalan?"
Lelaki itu terkekeh mendengar celotehan mabuk sang istri. Tak mengherankan bahwa semua orang bisa merasa sangat gemas pada wanita itu.
"Kakimu hanya terkilir, sayang. Akan kuobati, nanti."
Han GoEun menghela nafas. Mengintrupsi Jaehyun hingga laki-laki itu kembali menunduk menatap sang Istri.
"Kenapa?"
"Aku sedang berpikir,"
"Tentang?"
"Apakah uang yang kamu miliki bisa membeli bintang?"
Mulut Jaehyun terbuka. Senyumnya mengembang. "Kamu ingin membeli bintang? Bintang langit?"
Wanita itu mengangguk. "Jika kita ingin membeli bintang, apakah kita harus datang ke NASA?"
"Kurasa begitu. Akan kucari tau, nanti."
"Bagaimana jika bintang yang kita beli, terdapat kehidupan alien yang selama ini kamu percayai itu?" tanya Han GoEun semakin meracau tak jelas.
Kekehan Jaehyun bahkan semakin panjang mengiri pertanyaan-pertanyaan sang istri. Sedangkan beberapa mobil sudah terparkir di depan gedung. Tanpa diminta, salah satu pintu tersebut telah dibuka otomatis, memudahkan Jaehyun untuk mengamankan sang Istri beserta dirinya.
"Akan kujawab semua pertanyaanmu setelah kita sampai di rumah, okay?" balas Jaehyun. Membiarkan sang Istri merebahkan diri di atas pangkuannya. "Kamu ingin pulang kemana?"
Wajah GoEun memiring, alisnya bertaut. "Tentu saja rumah kita. Memangnya kita harus pulang kemana lagi selain ke sana?"
Menemukan fakta bahwa istrinya mampu menjawab seperti itu disaat dirinya dipengaruhi alkohol, sedikit membuat Jeong Jaehyun tersentak sedih. Wanita itu tidak ingat bahwa mereka sedang berselisih pendapat.
Namun walau begitu laki-laki itu tetap tersenyum, "Kamu benar. Tentu saja pulang ke rumah kita."
Dan dengan perlahan mobil itu segera berjalan menjauh meninggalkan club.
🍑🍑🍑
Ayo follow akun wattpad authornya!
Instagram: @1497_tjae
Twitter: @fourteenjae
Tiktok: @fourteenjae
2020 - fourteenjae