AGUARA

By leven_ar

1.8K 398 121

Kisah tentang Racelio Aguara pangeran dari kerajaan Amara yang berusaha mencari jati dirinya. Mempelajari kek... More

โš ๏ธโš ๏ธWAJIB BACA!โš ๏ธโš ๏ธ
PROLOG ๐Ÿ•ฏ๏ธ
1. Memperbaiki ๐ŸŒฑ
2. Bingung ๐ŸŒณ
4. Pesta ๐ŸŽŠ
5. Ingkar ๐ŸŽญ
6. Siapa? ๐Ÿฅ€
07. Rutinitas ๐Ÿ“ƒ

3. Menjelajahi hutan ๐Ÿž๏ธ

138 32 6
By leven_ar

Setelah selesai makan di rumah bibi Wizel ketiganya memutuskan untuk menjelajahi hutan sambil bercerita banyak hal.

Dimulai dari ujung barat ke timur hingga menelusuri sungai di wilayah utara. Akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat di air terjun wilayah selatan. Sebenarnya mereka bukan hanya sekedar iseng untuk menjelajahi tapi juga untuk memastikan apakah ada hal yang mencurigakan atau tidak.

Suara air terjun ditengah-tengah keheningan mengalun begitu tenang. Angin sepoi yang begitu menyejukkan. Mereka masih bungkam. Diam melepas lelah setelah perjalanan panjang.

Lima menit berlalu. Tetap tidak ada yang bersuara ketiganya merebahkan diri di atas rerumputan dekat dengan air terjun di bawah pohon besar.

"Ngomong-ngomong penghuni hutan Lentera adakah yang berwujud kupu-kupu dengan cahaya merah pekat?" Pangeran bertanya membuka suara.

"Setauku tidak ada. Kau melihat sesuatu tadi?" Lora berkata sambil bangun duduk menatap Racel.

"Iya tadi di sebelah barat perbatasan. Apakah kau melihatnya Rizard?"

"Apa kupu-kupu yang kau maksud itu lebih besar dua kali lipat dari ukuran biasanya?" Tanya Rizard memastikan.

"Kau benar."

"Aku melihatnya. Samar." Rizard mengangguk membenarkan.

Itu artinya hanya Lora yang tak melihat. Ah mungkin karna di perjalanan tadi dia hanya fokus pada ketakutannya berjalan lurus mengikuti Rizard dan Racel. Iya Lora takut hantu.

"Kenapa kau tak melihatnya Lora? Kau ini melihat apa?" Pangeran bersuara. Pasalnya Lora tidak berjalan begitu jauh dari mereka.

"Kau lupa Racel? Lora kan penakut mana bisa fokus." Sanggahnya sambil tersenyum mengejek.

Lora hanya menatap tajam Rizard tidak ingin mengelak juga karna memang begitu fakta yang ada.

"Ah ngomong-ngomong bagaimana persiapanmu untuk besok malam Racel?" Rizard menoleh menatap pangeran mencari jawaban.

Alis Racelio bertaut. Bertanya. Persiapan? Besok malam? Memang ada hal istimewa apa? Seingat dia orang tuanya tidak berpesan apa-apa.

"Maksudmu?"

"Bukankah kau sudah diberi tau? Tentang pesta besok malam tentang perjodohanmu. Akan ada banyak calon dan tamu undangan yang akan datang." Jelasnya pada Racelio.

Lelucon macam apa lagi ini? Sepertinya semesta memang ingin bercanda dengan dirinya. Bahkan tidak ada yang memberutahu padahal ini menyangkut dirinya. Miris.

Atau jangan-jangan ini alasan ayahnya mengijinkan keluar? Ah ayolah bahkan dia masih sangat muda.

Terlalu banyak pertanyaan yng ada dibenark Racelio. Kenapa? Kenapa harus dirinya? Kenapa bukan kakaknya yang terlihat lebih siap. Apa alasan mereka? Egois.

"Kau orang pertama yang memberitauku Rizard. Rasanya aku ini seperti boneka? Tidak pantas menentukan pilihanku sendiri. Harus bagaimana lagi agar mereka mengerti kalau aku punya jalan hidup sendiri?" Nadanya terdengar lesu. Benar-benar muak dengan semua yang terjadi.

Lora melihat pangeran sendu. Ia juga tak tau harus bagaimana tidak memiliki kendali untuk hal itu.
"Kalau kau butuh bantuan untuk kabur panggil aku."

"Aku juga akan membantu. Semampuku." Rizard menambahi.

"Ya tentu saja."

Jujur hatinya masih berkecamuk. Tidak pentingkah pendapatnya? Bukankah hal ini menyangkut masa depannya? Sebenarnya kenapa?

"Ini sudah malam ayo pulang." Ajak Lora sambil berdiri menyeret kasar tangan Rizard.

"Kau ingin ku pukul?" Kata Rizard sinis.

"Kalian duluan saja. Aku masih ingin disini." Sebenarnya dia hanya tidak ingin pulang. Apalagi setelah mendengar fakta yang mengejutkan.

"Aku duluan." Kata Rizard kemudian menyeret Lora kasar. Lora hanya melotot tajam.

Hanya tersisa Racel disini. Sendirian. Menatap langit yang penuh dengan ratusan ribu bintang. Tiba-tiba saja Ia teringat masa kecilnya. Racel akan menuju atap untuk melihat bintang dikala hatinya terasa gundah.

Dan hal itu berlangsung hingga sekarang. Perasaanya akan jauh lebih baik.

Sudah berjam-jam ia berdiam diri di sini. Setelah merasa benar-benar bisa mengontrol emosinya ia memutuskan untuk pulang. Menelusuri jalan setapak menuju pedesaan.

Saat Ia sampai di tengah hutan tiba-tiba ada sekumpulan kunang-kunang yang menghampirinya. Membentuk sebuah senyuman.

"Kalian memintaku tersenyum?" Tanya pangeran memastikan. Kemudian kelompok kunang-kunang itu membentuk jempol tanda mengiyakan.

Pangeran tersenyum hangat. Terlihat manis. Senyum itu jarang sekali ia tunjukkan.

"Aku sudah tersenyum. Lalu apa?"

Kemudian mereka merubah bentuknya menjadi lampu bulat. Menemani pangeran sepanjang perjalanan pulang. Hingga sampai di perbatasan. Kumpulan kunang-kunang itu tiba-tiba menghilang.

Disisi lain ada manusia yang tersenyum menatap punggung pangeran. Senyum itu terlihat sangat licik.

"Tunggu sebentar lagi pangeran."

🪴🪴

Sesampainya di istana pangeran segera berjalan menuju kamarnya. Ingin segera beristirahat karena hari ini benar-benar melelahkan.

Namun saat melewati taman Ia melihat siluet manusia yang duduk sendirian sambil melihat ke arah kolam.

"Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut malam." Kata pangeran kepada orang itu.

"Ah kakak sudah pulang? Apa kau baik-baik saja?" Itu adiknya yang terlihat sangat antusias melihat kakaknya bertanya khawatir?

"Tentu aku baik-baik saja. Kenapa masih disini? Tidur El."

"Aku hanya menunggumu. Tadi aku dihukum bunda." Katanya mengadu.

"Lain kali jangan menungguku. Laku kenapa kau bisa sampai dihukum bunda?"

"Ketahuan bolos latihan pedang." Elvano berkata sambil menundukkan kepala takut kalau sang abang juga akan memarahinya.

"Kau belum makan?" Tanya Racelio memastikan. Wajah sang adik terlihat sangat pucat. Apalagi kalau dihukum bunda pasti dirinya tidak akan mau bertemu di meja makan. Ia cukup hapal dengan hal itu.

Elvano mendongak kemudian menggeleng pelan. Terlihat senang ketika kakaknya perhatian.

Kemudian tangannya digandeng. Berjalan mengikuti langkah Racelio. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan keduanya saling bungkam. Canggung.

Ia sudah sampai di kamar sang kakak? Untuk apa?

"Kau mau ikut aku memasak atau menuggu di kasurku?" Menoleh menatap Elvano.

"Ikut memasak. Tapi kenapa kesini? Kenapa tidak ke dapur?" Tanya El penasaran.

"Disini juga ada dapur El."

Racelio melangkah pergi menuju sebuah pintu di sebelah lemari besar miliknya. Terlihat dapur mini dengan berbagai perlengkapan. Sedangkan Elvano menatap takjub. Dapurnya begitu bersih dan rapi.

"Kau ingin makan apa?"

"Nasi goreng!" Jawabannya antusias.

"Dengan telor mata sapi?" Racel tersenyum samar mengelus puncak kepala sang adik. Sejujurnya dia sangat menyayangi Elvano. Satu-satunya keluarga yang benar-benar berharga.

Racelio tau kalau Elvano berusaha dekat dengannya saat elvano masih balita. Ia juga tau kalau sang adik sering mengintip kegiatannya, Mengikutinya menuju taman, dan selalu curi-curi pandang.

Racelio juga ingin dekat dengannya, tapi tidak bisa.

"Apa ada yang bisa kubantu?" Tanya Elvano mengintip sang kakak yang sedang menyiapkan bumbu.

"Tentu saja. Kau cuci sayurnya." Elvano kemudian berlari kecil menuju tempat cuci. Bergumam riang. Racel tersenyum tipis menyaksikan tingkah sang adik.

Keduanya saling tenggelam pada kegiatan masing-masing. Elvano yang terus meniup api dan Racelio yang menggoreng nasi.

Beberapa menit berlalu dengan cepat. Nasi gorengnya sudah matang.

"Ayo bawa ke kamar saja. Disini kotor." Kata Racel pada El.

Elvano menghabiskan nasi goreng itu dengan lahap. Ia tidak menyangka kalau sang kakak jago dalam urusan dapur. Ini adalah nasi goreng terenak yang pernah ia makan.

"Kak aku ingin bertanya boleh?" Katanya setelah menelan suapan terkahir.

"Apa?"

"Kau tidak marah dengan ayah bunda? Aku saja kesal harus melakukan banyak hal! Aku tidak suka diatur! Aku lebih suka membaca dan membuat ramuan agar bisa menyembuhkan banyak orang." Keluhnya kesal.

"Tentu saja aku marah, tapi itu percuma El mereka tidak akan mendengar dan akan terus memaksa keinginannya."

Elvano mengangguk menyetujui. Bahkan disaat dirinya memberontak pun tidak ada yang peduli.

"Letakkan piringnya di meja dan segera tidur. Ini sudah larut."

Setelah menaruh piring kotor itu Elvano melangkah pergi, namum saat ingin menarik gagang pintu kakaknya mencegah.

"Tak ingin tidur bersamaku?"

Elvano tersenyum sumringah kemudian berlari merebahkan tubuhnya di kasur sang kakak.

"Tidur nyenyak El." Katanya lembut sambil mengusap surai sang adik.

Ia baru menyadari Elvano tumbuh begitu cepat. Banyak waktu yang mereka lewatkan hingga membuat mereka tidak terlalu dekat. Dulu pernah ada rasa iri ketika melihat sang adik mendapatkan perhatian penuh dari ayah dan bunda. Tapi sekarang tidak lagi. Disini yang bersalah adalah orang tuanya.

  Setelah merasa adiknya sudah lelap. Racelio berdiri mengambil alat lukisnya dan keluar balkon. Menatap langit malam yang bintangnya mulai menghilang. Ia melukis mencoba menyalurkan emosinya hari ini.

🪴🪴








Oke cuuuttt 🎬

Gimana? Gimana?

Btw prens nanti tokohnya bakal banyak banget semoga kalian gak mumet (。•̀ᴗ-)✧

Kalian tau gak kalau hari ini tuh World Suicide Prevention Day (hari pencegahan bunuh diri sedunia) so I just wanna say kalian hebat banget udah bertahan sampai sekarang!!
♡(ӦvӦ。) semangat terus yaaaa!!

Funfact aku ngetik ini di bawah pohon cabe (θ‿θ)

Soalnya di rumah tuh berisik baaangettt. Emak gue nyetel lagu neol saranghae versi dangdut sama love talk koplo kenceng banget. Yang ada gue malah joget bukan ngetik (◔‿◔)

Dah bye bye!

Hope u guys enjoy!!

Continue Reading

You'll Also Like

607K 58.1K 28
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
356K 24.4K 24
Bagaimana jika kamu sedang tidur dengan nyaman, tiba tiba terbangun menjadi kembaran tidak identik antagonis?? Ngerinya adalah para tokoh malah tero...
529K 43.8K 29
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
288K 23.9K 27
โ€ขโ€ขAlethea Andhira Gadis cantik yang memiliki kehidupan sederhana. Sosoknya yang cantik tidak membuatnya memiliki banyak teman karena status sosialnya...