Refuser d'y Aller [KV]

By joyyby

32.5K 3.5K 127

Saling mencintai namun tak dapat bersatu karena keegoisan masing-masing pihak. Yang satu brengsek dan pandai... More

1. Menyebalkan
2. Kakak?
3. Hungry
4. Kecelakaan
5. Sial
6. Aku... Manis?
7. Pergi lagi?
9. Being protective
10. Gengsi tapi mau
11. Dokter tampan
12. Masa sih?
13. Date?
14. Tiba-tiba
15. Normal
16. Menarik
17. Jealous
18. Teori cinta segitiga
19. Kerja kelompok
20. Silent love
21. Fight
22. Taruhan
23. Racing
24. Hospital
25. The girl's
26. Akur?
27. Orang tua
28. Woke up
29. Perlakuan manis
30. Batal
31. Sahabat
32. Taken?
33. Curhat
34. Kiss
35. Date!
36. Resmi, tapi...
37. Only
38. Caught
39. Basket
40. Boss
41. The Incident
42. Possible
43. Yeri
44. Datang
45. Lari
46. Problem
47. Snow
48. Everyone's fear
49. The ending

8. Keanehan

863 110 0
By joyyby

Hari ini hari Minggu. Hari yang menyenangkan untuk sebagian orang karena mereka bisa beraktivitas dengan bebas tanpa memusingkan pekerjaan atau sekolah.

Begitupun dengan Taehyung, ia memiliki waktu bersantai di hari Minggu ini.

"Bosan sekali. Apa aku ke toko buku saja ya?" Gumam Taehyung yang sedang menonton televisi sambil menggunting kuku tangannya.

Toko buku itu tidak seperti toko-toko lain yang jika hari Minggu akan tutup, ia selalu buka setiap harinya. Tapi kalau hari Minggu batas tutup tokonya hanya sampai jam 4 sore, kalau hari biasa bisa sampai malam.

"Ah benar, ke toko buku saja." Ucap Taehyung semangat sambil tersenyum dan bersiap-siap untuk mandi.

Setelah menghabiskan waktu untuk membilas tubuhnya sekitar 20 menit, ia berganti baju dan berjalan kaki menuju toko buku itu.

"Sekali-kali tidak apa lah jika berjalan kaki, mengirit uangku juga." Gumamnya pelan sambil menatap sekeliling jalanan yang tampak ramai seperti biasa, dan juga tidak ada kemacetan lalu lintas.

Kota Seoul itu indah sekali jika diperhatikan, tetapi karena kota itu sebagai pusat ibukota yang membuat kota itu selalu ramai dan padat setiap harinya. Tak jarang juga banyak orang-orang yang pindah ke kota lain karena ramai akan penduduk dan juga susah mencari pekerjaan.

Mata Taehyung terpaku saat melihat beberapa kertas bergambar anak kecil yang tertempel di pohon dan dinding-dinding bangunan yang ia lewati.

"Ah, anak hilang." Ucapnya pelan saat melihat gambar anak kecil tersebut yang terdapat kata 'dicari' digambar itu.

Hati Taehyung teriris saat membaca kalimat dimana disitu bertuliskan 'berumur 6 tahun, diculik setelah mengalami kecelakaan tunggal bersama kedua orang tuanya'. Dunia benar-benar kejam, mengapa anak sekecil itu harus merasakan penderitaan yang ia sendiri tidak mengerti?

Taehyung merasa beruntung, karena disaat dirinya mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, ia tidak mengalami apapun. Hanya luka-luka kecil dan syok berat yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit, sama seperti Namjoon pada saat itu.

Pihak polisi menyarankan agar Taehyung dirawat dan dibesarkan di panti asuhan, tetapi Namjoon menolak keras dan mengatakan kalau ia bisa merawat Taehyung. Namjoon saat itu sudah berusia 22 tahun, dia bisa merawat Taehyung dan memberikan kasih sayang kepadanya. Mengapa harus repot-repot menyerahkan Adiknya ke panti asuhan?

Tetapi biarpun begitu Taehyung tahu, semua itu dilakukan Namjoon hanya untuk dirinya. Kalau saat itu Taehyung tidak merengek takut dan juga Namjoon tidak sayang padanya, bisa saja ia sudah menjadi anak panti asuhan sekarang, mungkin juga tidak bisa kuliah.

Taehyung menghela nafas kasar. Moodnya yang awalnya bagus untuk pergi ke toko buku hilang begitu saja karena teringat memori menyakitkan itu.

Daripada memusingkan hal tidak jelas begitu, lebih baik ia lanjutkan saja perjalanannya ke toko buku itu.

• • •

Sudah lebih dari satu jam berlalu hanya untuk memilih-milih buku yang akan ia beli. Taehyung memang pemilih, benar-benar memilih barang yang bagus agar tidak balik dua kali hanya untuk komplein terhadap kualitas barang yang buruk.

Saat sedang menunduk untuk mengambil buku di rak yang agak bawah, ia merasakan pusing di kepalanya begitu hebat yang membuatnya berhenti dari aktivitas memilih bukunya.

Ia berusaha duduk di kursi yang ia lihat ada didekat situ dan memegang kepalanya berusaha membuat sakit kepalanya hilang.

Apa ini? Kenapa sakit sekali? Aku tidak pernah merasakan pusing di kepalaku sampai sesakit ini.

Taehyung masih tetap diposisi yang sama sambil membatin bingung, rasa sakit di kepalanya ini tiba-tiba sekali. Ia tidak pernah punya riwayat penyakit sebelumnya, ia juga tidak melakukan apapun hari ini yang membuat tubuhnya lelah. Bahkan ia sudah makan tadi, tapi mengapa rasanya aneh sekali, seperti bukan pusing biasa.

Ia tidak bisa memikirkan apapun saat ini, rasanya badannya lemas sekali. Hanya untuk mengambil handphone didalam tasnya rasanya sulit sekali.

Peluh keringat membasahi keningnya, ia benar-benar lemas sekarang.

Apa yang terjadi padaku?

Ingin rasanya pingsan saja, kepalanya sakit sekali sebelum bunyi nada dering ponsel miliknya membuatnya tersadar dan segera mengambil benda itu dan menjawab panggilan yang tertera disitu.

Jimin.

"Tae? Kau dimana? Aku ke rumahmu ya, ingin mengerjakan tugas dan juga--"

"J-jim..." Panggil Taehyung lemas.

"Tae?? Kau kenapa? Apa yang terjadi?! Kenapa suaramu lemas sekali?"

Ingin menjawab pertanyaan Jimin namun terlalu lemas dan membuatnya menjatuhkan ponselnya ke lantai.

Sontak aktivitas itu membuat pegawai yang bekerja di toko itu menoleh dan menghampiri Taehyung yang sudah pingsan dengan panik.

"Tuan?? Anda tidak apa-apa??"

"Hei-- HEI?! Tae jawab aku!! Apa yang terjadi??"

Masih terdengar bunyi sambungan telepon yang belum terputus, membuat pegawai wanita tadi mengambil handphone itu dan menjawabnya.

"Tuan?? Apa tuan mengenal tuan ini? Dia sedang memilih buku disini tetapi saya melihatnya menjatuhkan ponselnya dan pingsan tuan!" Teriak pegawai itu panik.

"Apa?! Dimana Taehyung? Kau bisa beritahu aku dia sedang ada dimana nona?"

"Di toko buku dekat kampus Yonsei tuan!"

Bip

Suara telepon yang dimatikan sepihak terdengar. Pegawai itu langsung memanggil teman-temannya yang lain untuk membopong Taehyung yang pingsan ke sofa dilantai bawah.

Sementara Jimin yang sedang panik sampai mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Kalau terlambat sedikit bisa-bisa terjadi sesuatu hal yang buruk kepada sahabatnya itu.

Dia pun merasa aneh akan kejadian barusan, seumur-umur hidupnya saat sedang bersama Taehyung, dia tidak pernah mendapati sahabatnya itu ada sakit atau bahkan pingsan. Mungkin dulu sewaktu mereka SMP, saat dihukum lari keliling lapangan dua puluh kali.

Tunggu aku bodoh!

• • •

Taehyung mengerjapkan matanya, dia kaget karena terbangun dikamar yang tidak ia kenali.

"Dimana aku? Tunggu, ini rumah sakit?!" Teriaknya panik, perasaan tadi ia sedang ada di toko buku. Kenapa sekarang ada ditempat ini? Ini adalah tempat yang menjadi tempat nomor satu yang dibenci Taehyung.

Jimin yang duduk disamping Taehyung sambil memainkan ponsel hanya bisa menghela nafas. Tidakkah si bodoh ini sadar, ia sudah membuat Jimin kalang kabut hanya dengan mendengar bahwa dirinya pingsan. Dan sekarang berteriak-teriak di rumah sakit?

"Tidak usah berteriak, Kim. Kau ada di rumah sakit dan kau tidak diculik."

Taehyung menoleh mendapati Jimin yang sedang duduk disebelahnya. Oh, ternyata dia.

"Hah... Kupikir siapa. Kenapa aku ada disini?" Tanya Taehyung lalu kembali membaringkan badannya dan mencari posisi yang nyaman.

Pertanyaan itu membuat Jimin mematikan ponselnya lalu duduk menghadap Taehyung sambil menatapnya tajam.

"Tae."

Suara itu membuat Taehyung membalikkan tubuhnya dan menghadap Jimin yang menatapnya tajam. Oke, kali ini bukan tatapan menyebalkan yang diberikan Jimin saat sedang meledeknya. Tetapi tatapan tajam yang membuat Taehyung menciut.

"E-eh? I-iya Jim?" Hei ayolah, siapa yang tidak takut kalau ditatap seperti itu? Kalau mau marah ya marah saja jangan menatap Taehyung seperti itu.

Menyadari Taehyung takut akan dirinya membuat Jimin kembali memasang wajah lembutnya kepada Taehyung. Takut saja jika sahabatnya ini menangis hanya karena ditatap olehnya.

"Kau kenapa Tae? Kenapa kau pingsan dengan wajah pucatmu tadi? Kenapa juga jika kau ingin ke toko buku itu harus sendiri? Kenapa tidak bersamaku? Dan pasti kau belum makan." Pertanyaan bertubi-tubi dilayangkan kepada si Kim Taehyung yang sudah membuat dia khawatir begini.

"Bisakah kau bertanya satu-satu?! Dasar bantet. Aku pingsan tadi y-ya tidak tahu! Aku juga bukan anak kecil yang harus ditemani olehmu! Dan aku sudah makan!" Dari yang awalnya takut membuat Taehyung menjadi kesal. Kenapa sahabatnya ini jadi protektif sekali?

Jimin kembali kesal dibuatnya. Taehyung ini memang keras kepala. Jangankan hal seperti ini, hal-hal besar saja dia keras kepala sekali.

"Kalau begitu kau tahu pasti aku khawatir Tae. Kau pikir siapa yang tidak panik saat menelepon seseorang lalu orang itu menyahut dengan suara lemas dan ada orang lain yang mengambil alih percakapan itu dan mengatakan kalau orang itu pingsan?!"

"Jangan nge-rap Jim! Kau kalau tidak kecapaian cita-citamu untuk menjadi penyanyi ya tidak usah bernyanyi di hadapanku!" Ucap Taehyung kesal.

Jimin kembali menghela nafas kasar. Susah sekali berargumen kalau bersama orang ini, rasanya ingin membuangnya kelaut kalau tidak ingat orang ini adalah sahabatnya.

"Terserah kau. Dokter bilang kau kelelahan akhir-akhir ini." Jeda Jimin disela-sela perkataannya.

Sebenarnya ia berbohong kepada Taehyung, tidak sepenuhnya sih. Dokter bilang Taehyung memang kelelahan, tapi dokter menyarankan untuk membawa Taehyung ke rumah sakit lagi jika terjadi hal yang sama. Karena menurut dokter ada sesuatu yang aneh di tubuh Taehyung, tapi dokter juga belum bisa memastikan hal itu.

"Obatmu sudah kumasukkan kedalam tasmu, dan sebelum pulang kau harus makan--"

"Tidak mau bubur." Tolak Taehyung cepat. Pasti kalau dia sakit begini akan disuguhi makanan lembek yang hambar itu.

Ingin memukul Taehyung, tapi anak itu lemah.

"Yang bilang bubur siapa? Intinya kau makan Tae! Jangan sakit dan membuatku khawatir!" Bentak Jimin emosi.

Mendengar itu spontan Taehyung menjadi diam. Dia menunduk takut akan bentakan Jimin barusan. Taehyung tahu sahabatnya ini khawatir, tapi Taehyung tidak menyangka akan dibentak begitu.

Melihat Taehyung menunduk membuat Jimin kembali duduk dan memeluk Taehyung.

"Maafkan aku Tae."

"Hiks... Jahat kau Park." Ucap Taehyung pelan masih takut dengan diiringi isakkan kecil.

"Makanya kau jangan keras kepala, Kim. Aku sahabatmu, aku tahu yang terbaik untukmu." Ucap Jimin lembut sambil mengusap air mata Taehyung dengan ibu jarinya.

Taehyung hanya mengangguk-angguk lucu sambil mengerucutkan bibirnya. Oh, betapa menggemaskannya dia.

"Yasudah, ayo pulang."

Taehyung menatap Jimin sambil mengedipkan matanya dengan bingung.

"Hah... Memangnya kau mau di rumah sakit terus? Ayo pulang. Mau kugendong?" Tawar Jimin dengan sabar.

Taehyung mengangguk senang lalu naik ke punggung Jimin.

"Ayo Jim, aku mau pulang."

"Hm." Jimin hanya berdehem pelan lalu berjalan keluar dari kamar rumah sakit itu sambil menggendong Taehyung.

• • •

To Be Continued

🐰🐯

Continue Reading

You'll Also Like

2K 240 5
[COMPLETE] berawal dari Taehyung yang terpilih sebagai salah satu peserta kelas nasional di Busan, mengenalkannya pada seseorang yang berhasil menari...
944K 87.7K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
122K 8.1K 9
(Completed) Hanya cerita tentang si manis Kim Taehyung yg bertemu dengan si tampan Jeon Jungkook yg memiliki sifat pervert, sifat pervert yg hanya di...
96.2K 8.1K 20
Andai saja, pada saat itu Taehyung tidak ikut melibatkan perasaannya hingga sejauh ini, mungkin yang akan terjadi sekarang tidaklah separah ini. pun...