Komang

By DimskiDimski

397K 10.2K 195

Cerita tentang Komang dan empat orang sahabatnya di masa-masa mereka menikmati gejolak remaja SMA. Dari salin... More

Bagian 1 dan 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 43

Bagian 42

5.6K 187 2
By DimskiDimski

Ibunya Komang turun dari ojek yang mengantarkannya. Baru saja dia membuka pintu pagar, Felix yang naik motor berhenti pas didepan pintu pagar.

"Eh, dari mana tho Nak Felix? Mau ketemu Komang?"

Felix membuka helm, turun dari motor dan mencium tangan ibunya Komang.

"Iyaa, Bu."

"Ayook masuk, motornya masukin aja."

Felix mendorong motornya masuk kedalam halaman kecil rumah Komang sementara ibunya Komang mengetuk pintu rumahnya. Tak lama Komang membukakan pintu, dia mencium tangan ibunya. Dia tersenyum lebar ketika melihat Felix.

"Halah itu senyum lebar banget. Kemaren aja lo kayak ayam sakit."

Komang meninju lengan sahabatnya.

"Rese lo yaa."

"Ada yang mau gue omongin sama lo. Kita ngobrol di kamar yaa."

Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah dan Komang menutup pintu.

"Komang, ibu mau pergi lagi sehabis shalat. Ada arisan RT. Mau ibu bikinkan kopi atau teh buat kamu sama Nak Felix?"

"Enggak usah, Bu, nanti Komang bikin kalo Felix mau ngopi."

Komang pun mendorong Felix masuk ke dalam kamarnya.

"Lo ada apa sih? Kirim WA bilang mau ada yang mau diomongin dan harus sekarang. Sampai gue ngga sempat pamit ama nyokap, gue itu baru sampai toko."

"Hehehe. Sorry .. Sorry. Gue mau ngomong panjang lebar nih dan lo harus siapin mental dan gue ini mau ngomong sama lo karena lo taulah cuma lo satu-satunya yang gue percaya kan."

Felix kemudian duduk di tempat tidur Komang. Dan Komang pun menyenderkan dirinya di kepala tempat tidur. Felix menyalakan rokok dan menaruh kotak rokoknya itu di tempat tidur. Diambilnya handphonenya lalu dipindahkannya ke nada tak bersuara. Sepertinya pembicaraan Komang ini penting pikirnya.

Komang lalu mulai bercerita dari malam ketika dia diculik dari panti, sampai kemudian dia dibebaskan dan pada hari itu kenapa dia menolak untuk melihat Ferdian. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak lagi punya harga. Komang bercerita sambil air matanya bercucuran.

Felix yang melihat diri sahabatnya seperti itu kemudian dia mendekat dan memeluk Komang. Tumpah semua beban dan emosi yang selama ini ditahan oleh Komang. Baru sekali ini selama kenal Komang, Felix melihat Komang menangis dengan keras. Dibiarkannya sahabatnya itu mengeluarkan isi hati dan emosi dirinya.

Setelah dirasa Komang sudah mulai tenang. Felix melepaskan pelukannya. Dia menyalakan sebatang rokok lalu diberikannya kepada Komang.

"Gue ambil air putih bentar yaa."

Felix kembali dengan satu gelas air putih, diberikannya pada Komang dan diteguk langsung oleh Komang sampai habis.

"Sekarang gue mau tanya sama lo yaa, 'mang? Lo maunya gimana? Gue akan berusaha untuk ngerti maunya lo gimana."

Komang menarik napas panjang.

"Gue bingung, 'lix. Gue kangen banget sama Dian. Kalo aja lo tau gimana rasanya waktu dia datang dan gue ngga mau liat mukanya karena ... Yaa gitulah. Gue kangen banget."

"Lo cuman kangen aja? Lo ngga sayang ama dia? Lo ngga mau lagi jadi pacarnya?"

Komang terdiam mendengar pertanyaan Felix.

"Sorry gue tanya apa adanya, gue males muter muter buat tanya. Lo bisa jawab ngga pertanyaan gue?"

"Gue kangen sama dia. Gue ngga akan pernah bisa ngga sayang sama dia. Dia itu orang yang ngubah gue jadi orang yang lebih baik, dia ngejalanin apa yang gue minta untuk bantu gue menjadi orang yang lebih baik biar nyokap gue bangga sama gue. Gue kalo bisa nikah ama dia, nikah deh, 'lix."

Felix menarik napas lega. Matanya menyorotkan sinar kehangatan dan berkaca-kaca. Komang kembali memeluk sahabatnya itu.

"Oke, sekarang gue mau tanya lagi. Lo kapan siap ketemu dia? Itu aja dulu, urusan lain lain mah belakanganlah, kalo ada itu juga."

"Gue terserah lo. Lo yang aturlah. Nanti juga kalo ketemu sama Dian dan dia ternyata sakit hati dengan sikap gue kemaren itu dan mutusin hubungan, gue siap. Gue siap, 'lix, karena gue tau lo udah jagain dia luar dalem dan gue berharap kalo gue ngga jadi lagi sama dia, lo yang jadi pendampingnya. Gue ikhlas."

Felix menepuk-nepuk pundak Komang.

"Nah ini yang gue maksud urusan lain lain. Mudah-mudahan ngga sampai kejadian. Gue pengen liat lo berubah dan jadi orang yang baik seperti yang lo bilang ke Ferdian."

"Lo mau kopi?"

"Mau tapi gue ngga mau ngopi di rumah lo. Lo butuh udara segar. Ngopi di toko gue sambil bantuin gue, nyokap gue pasti senang liat lo."

Komang mengacungkan jempolnya.

**

Felix menekan bel rumah Ferdian, Mang Wimang membukakan pintu gerbang, Felix kemudian mendorong motornya masuk ke garasi. Dia bertanya kepada Mang Wimang apakah Ferdian ada di rumah, Mang Wimang menjawab Ferdian sedang baca buku di taman belakang. Felix kemudian mengacungkan jempol dan setelah menstandarkan motornya dia bergegas ke taman belakang.

Dilihatnya Ferdian sedang membaca dan membelakangi dirinya. Felix berjalan pelan-pelan dan kemudian menutup mata Ferdian dari belakang.

"Felix Wibowo, ngapain sih?"

"Kok lo tau ini gue?"

"Bau asem lo."

Felix tertawa kemudian dia memeluk Ferdian dari belakang. Ferdian memegang tangan Felix dengan kedua tangannya. Lalu dia menengadah dan melihat wajah Felix lagi tersenyum menatapnya.

Felix kemudian pindah dan duduk didepan Ferdian.

"Gue malam ini ngga tidur sini yaa. Ada kebaktian di rumah dan nyokap mau minta tolong gue bantuin. Lo ngga apa apa kan?"

"Kebaktian? Eh, sini gue ikut ke rumah lo deh. Gue bisa bantuin nyokap."

Felix menggelengkan kepalanya.

"Lo dirumah aja. Kalo ada apa-apa segera telpon gue."

"Kok gue ngga boleh ke rumah lo? Ada apa?"

Felix mengacak-acak rambut Ferdian.

"Ngga ada apa apa. Gue mau lo di rumah istirahat. Jangan tidur terlalu malam. Besok sore gue jemput lo yaa. Gue mau ajak lo ke tempat teman gue."

"Ke tempat teman lo? Tumbenan lo ngajak gue ngumpul ama teman lo."

"Hahahahah .. Temen gue yaa temen lo juga kali, ama Aldo, Soni."

"Oooh .. Hahaha. Oke. Yakin nih ngga mau dibantuin di rumah?"

Setelah ngobrol-ngobrol sebentar Felix pamit pulang dengan alasan ibunya pasti sudah menunggu.

Felix kemudian menaiki motornya dan melesat melaju meninggalkan rumah Ferdian. Rumah yang banyak sekali kenangannya buat Felix. Matanya basah tapi dia lebih bahagia karena Komang akhirnya mau bertemu Ferdian, terserah apa pun hasilnya nanti.

Sementara setelah Felix pulang, Ferdian kembali ke bangku taman belakang. Dia duduk disitu dan entah kenapa dia merasa bahwa semalam itu adalah terakhir kalinya Felix menginap di rumahnya. Ferdian berusaha menepis pemikiran itu tapi melihat Felix ketika berpamitan tadi dan menatap Ferdian cukup lama, membuatnya menjadi gelisah.

Akankah dia ditinggal oleh Felix?

**

Sore itu suasana di rumah Komang tampak penuh dengan tawa dan canda. Soni, Stevan asyik ngobrol dengan Komang, kadang kadang saling meledek, kadang kadang satu sama lainnya memukul dengan bercanda.

Felix menjemput Ferdian yang memakai celana pendek warna krem dan kaos tangan panjang warna biru navy. Felix tersenyum melihat Ferdian yang tampak rapi, wangi.

"Mau kemana sih?"

"Udah ikut aja, anak-anak udah pada nungguin."

Ferdian kemudian memakai helm dan naik ke atas motor.

"Jangan ngebut."

"Iyaa, bawel banget sih lo."

Felix menyalakan motornya lalu setelah itu motor itu melaju meninggalkan perumahan tempat Ferdian tinggal.

Semua orang yang ada di ruang tamu rumah Komang terdiam, ketika melihat ada motor berhenti didepan rumah Komang.

Komang sendiri menjadi salah tingkah.

Ferdian turun dari motor dengan ragu-ragu. Dia belum membuka helmnya. Dia menatap Felix.

"Kok kesini?"

"Lo percaya gue kan?"

"Tapi .. "

Ferdian masih mengingat dengan baik bagaimana Komang langsung membalikkan badannya begitu bertemu dengan dia dan menyuruhnya pulang.

"Percaya sama gue yaa. Semua akan baik-baik aja."

Ferdian mengangguk. Dia kemudian membuka helmnya dan mengikuti Felix yang memasuki halaman rumah Komang dengan menuntun motornya.

Kedua anak itu lalu masuk ke dalam. Komang menyambut dengan agak sedikit kaku, sementara Stevan dan Soni berusaha untuk memecahkan suasana.

"Apa kabar?"

Komang bertanya dengan agak sedikit kaku.

"Err .. Baik. Ibu kemana?"

"Ooh anu .. Ibu pergi sama ibu-ibu RT ke Puncak, katanya menginap semalam disana."

Ferdian masih berdiri. Felix kemudian menyuruhnya duduk. Komang masuk ke dalam untuk mengambilkan minum untuk kedua temannya yang baru saja datang.

Selang satu jam setelah kedatangan Felix dan Ferdian, Stevan dan Soni pamitan pulang. Mereka pamit setelah mendapatkan kode dari Felix. Dan kedua anak itu mengerti.

Setelah Stevan dan Soni pulang, Felix lalu berdiri. Dia menatap Ferdian dan Komang bergantian.

"Gue ingin kalian nyelesaiin masalah kalian. Gue ngga mau diantara kita berlima ada ganjalan. Bicarain. Keluarin aja semua yang kalian mau keluarin. Kasih tau gue hasilnya karena gue sekarang akan balik ke toko karena gue janji ama nyokap buat tutup toko."

"Eh .. 'lix ... "

Ferdian berkata sambil hendak berdiri dari duduknya. Komang memegang tangan Ferdian. Felix tersenyum, menepuk pundak Ferdian dan setelah itu dia keluar dari ruang tamu rumah Komang. Terdengar suara motor menjauh. Keheningan terjadi ruang tamu itu.

Komang menunduk, sementara Ferdian diam dengan pandangan mengarah ke meja tamu. Komang kemudian berdiri, menutup pintu rumahnya dan menguncinya. Ditariknya Ferdian ke kamarnya.

Sesampai di kamar, Komang mendudukkan Ferdian di tepian tempat tidur lalu dia mengambil kursi yang ada di kamarnya itu dan menaruhnya di depan Ferdian, Komang lalu duduk di kursi itu.

"Gue mau ngomong sama lo. Gue cuman minta lo dengerin gue sampai selesai. Setelah itu apa pun yang lo mau katakan dan lakukan, gue terima. Tapi kasih kesempatan gue sekarang untuk ngomong sama lo."

Dan berceritalah Komang tentang segala sesuatunya dari mulai dia suka main sama waria, suka jadi panggilan tante-tante, penculikan di panti oleh suami seorang tante yang sering manggil dia, pemerkosaan dia oleh anak buah si suami tante itu.

Setelah selesai bercerita, Komang diam. Dia menatap Ferdian yang tak mengatakan apa pun. Kamar terasa hening.

Tiba-tiba Ferdian memeluk Komang dan kemudian menangis. Komang terkejut tapi kemudian dia memeluk balik sambil matanya terus meneteskan air mata.

Disela-sela tangisnya Ferdian berkata pada Komang.

"Aku ngga perduli dengan masa lalu kamu, aku ngga perduli kalo kamu ngerasa hancur harga diri kamu sebagai laki-laki karena kamu diperkosa oleh laki-laki, aku ngga perduli semua itu, Komang. Yang aku tau dan aku perduli adalah aku sayang kamu. Kalo kamu sayang aku balik, itu udah lebih dari cukup."

Komang menangis terisak mendengar kata-kata Ferdian.

"Lo tau ngga gue itu kangen banget sama lo. Dari semenjak kejadian yang gue ngelakuin tindakan goblok ke lo, gue tiap malam kangen ama lo, mikirin lo. Gue ngga mau kehilangan lo tapi gue takut lo udah ngga mau terima gue lagi. Gue sayang banget sama lo, Dian. Sayang banget."

Sekuat apa pun laki-laki, tak pernah ada pantangan untuk menangis karena dengan menangis beban akan terasa ringan dan emosi akan keluar sehingga pada akhirnya dapat berpikir secara nalar.

"Kamu bilang takut aku ngga mau terima kamu lagi?"

Komang kemudian mendorong dengan lembut Ferdian sehingga keduanya bertatapan.

Komang mengangguk.

Ferdian mendekat setelah itu diciumnya Komang dengan lembut. Komang agak ragu membalas ciuman itu awal mulanya, namun Ferdian tetap menciumnya dengan lembut. Lidahnya bermain di dalam mulut Komang. Komang kemudian mulai merespons ciuman Ferdian.

Ferdian kemudian menarik kaos Komang. Setelah itu dibenamkannya wajahnya di dada yang selama ini dia rindukan. Dihirupnya bau badan Komang yang masih sama. Ferdian kemudian memeluk Komang dengan erat.

"Sekarang aku jawab. Aku terima kamu apa adanya."

Komang meneteskan lagi air matanya. Menarik napas panjang dengan rasa lega. Dia kemudian menarik kaos Ferdian, merebahkannya diatas tempat tidurnya setelah itu dia mencium Ferdian.

Setelah beberapa saat berciuman, Komang kemudian mengarahkan mulutnya ke puting Ferdian, menggigit dan mengisapnya dengan penuh rasa. Ferdian mengerang, mendesah. Komang kemudian berdiri dan membuka celananya, setelah itu dia membuka celana Ferdian.

Ferdian bangun, duduk di tepian tempat tidur, dia menengadahkan muka menatap Komang, Komang menatap balik sambil tersenyum. Ferdian menggenggam kontol Komang dan kemudian meremasnya perlahan sampai kontol itu berdiri tegak lalu dimasukkannya kontol itu ke dalam mulutnya.

"Arrrggghhhh .. Ngentttooottt Diaaaaaaaannn ... Aaaahhh .. Sssshhh .. Shhhh ... Anjing! Enaaakh angeett ... Argghh .. "

Ferdian terus mengisap-isap kontol Komang sambil jari-jarinya membelai perut dan dada Komang. Komang terus menikmati isapan Ferdian yang telah lama tidak dirasakan olehnya. Komang merasa dirinya akan segera meledakkan isi kontolnya. Dia kemudian menarik kontolnya dari mulut Ferdian.

Didorongnya Ferdian hingga rebah. Setelah itu dia mengambil bantal dan mengganjal pantat Ferdian. Komang jongkok di depan pantat Ferdian kemudian membasahi lubang pantat itu dengan ludahnya.

Setelah itu dia berdiri dan memasukkan kontolnya perlahan ke lubang pantat Ferdian.

"Aaaahh ... Aargghh ... Sssh .. Pelan-pelan, baby ... Arrrhhhh .. terusssshh .. "

"Anjiinggg sempittthh, 'yaanggg .. Arggghh enaaakkhhh .. Hooohhh ... Ssshhh .. "

Setelah masuk semua, Komang mulai menggenjotkan kontolnya itu perlahan. Dia kemudian menurunkan badannya dan mencium Ferdian.

Udara panas yang ada di kamar Komang membuat keduanya dibanjiri keringat. Komang terus menggenjot lubang pantat Ferdian, sampai kemudian Ferdian mengerang karena akhirnya dia keluar.

"Baby ... aaargghh aku kelu ... arrggghhh .. Oooh baby .... "

Komang mempercepat genjotannya dan akhirnya dia pun sama keluar.

"Anjingggggghh .. ngentoottt pacaarrr guee enaaakh bangett .. aarggh guee keluarrggghh, 'yaangggg"

Entah berapa banyak air mani yang disemprotkan di lubang pantat Ferdian sampai keluar dari pantatnya.

Komang kemudian melepaskan kontolnya dan setelah itu dia merebahkan dirinya diatas Ferdian dan menatap Ferdian.

"Terima kasih buat semuanya. Aku sayang kamu."

"Hahahaha, gaya banget pake aku akuan. Udah ah aku lebih senang kamu tetap pake lo gue karena aku kamu itu hanya dari aku aja."

"Siap!. Gue ngga akan pergi-pergi lagi. Gue janji gue akan ada di samping lo terus. Gue janji gue ngga akan nutup nutupin apa apa lagi sama lo. Gue janji kan mau ubah diri gue jadi orang yang lebih baik? Dan lo udah janji mau bantu gue."

Ferdian tersenyum hangat. Matanya menatap mata Komang.

"Kok ada yang ngeganjal lagi di perut aku?"

"Hahahaha, minta jatah teroooss nihhh .. udah lama ngga dimanjain."

Dan sore menuju malam dan malam masih panjang sampai dengan esok harinya. Entah berapa kali dan berapa lama dua orang yang kembali bersatu itu bermain-main. 

Continue Reading

You'll Also Like

Kisah Tyo By Tyo Caleyshan

Historical Fiction

243K 4.5K 68
Tolong di Follow ya , makasih . Cerita ini mengandung Porno Seks sesama jenis kalau tidak suka jangan di baca !!!! ini hanyalah kisahku untuk berbag...
2.9K 307 24
Sebenernya ngga niat bikin, cuma lagi gabut aja. Kalo kepo mending langsung baca aja deh! Ceritanya tentang jay yang jadi duda dan punya anak kemba...
18.4K 584 3
Guntur (Top), seorang anak teknik mesin yang terkenal akan ketampanan dan kegagahannya. Plus, serba bisa. Rei (Boti), seorang anak keperawatan yang m...
51.2K 2.7K 32
๐Ÿณ๏ธโ€๐ŸŒˆ GAY STORY Adrian, namanya terseret kasus penggelapan dana perusahaan yang sama sekali tidak ia lakukan. Tapi hakim sudah memutuskan Adrian seb...