Komang

By DimskiDimski

376K 9.9K 187

Cerita tentang Komang dan empat orang sahabatnya di masa-masa mereka menikmati gejolak remaja SMA. Dari salin... More

Bagian 1 dan 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43

Bagian 39

4.9K 155 3
By DimskiDimski

Ferdian bangun, dilihatnya Felix sudah tidak ada. Dia menyibakkan selimutnya setelah itu berjalan ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, dia membuka lemari baju dan memakai celana boxer dan kaos tanpa lengan. Ferdian mengambil handphonenya, dilihatnya ada beberapa pesan dari ibunya, ayahnya dan Mang Wimang. Dia melihat pesan yang dikirim oleh Felix. Ferdian tersenyum.

Ferdian kemudian turun dan menuju dapur. Diambilnya gelas setelah itu diisinya dengan air hangat. Baru saja dia hendak minum, terdengar bel berbunyi. Ferdian bergegas ke depan.

"Felix?"

Felix yang masih duduk di motornya membuka helm lalu tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Lo itu darimana? Kok ngga pake baju sih?"

Felix kemudian melihat ke arah badannya sendiri. Ditepuknya jidatnya. Ini yang menyebabkan di lampu merah orang orang khususnya perempuan melihat pada dirinya sambil senyum senyum.

Ferdian membuka pintu gerbang.

"Ayo masuk, duuuhh ... Lo itu ada ada aja deh. Kok bisa sampai lupa pake kaos gitu?"

Felix mendorong motornya masuk ke halaman garasi. Ferdian kembali mengunci pintu gerbang. Setelah itu dia menyuruh Felix ke kamarnya.

"Sana ke kamar, ambil kaos, lo cari yang cukup ama badan lo."

Felix berlari ke kamar Ferdian. Setelah mengunci pintu depan, Ferdian menyusul Felix ke kamarnya.

"Lhoo kok malah berdiri nungguin bukannya cari kaos di lemari?"

Felix berjalan ke arah Ferdian dan kemudian memeluknya.

"Felix! Bau asem lo itu."

Felix kemudian mencium dahi Ferdian. Ferdian terdiam. Hatinya bertanya-tanya, ada apakah gerangan?.

Felix melepaskan pelukannya lalu menarik Ferdian supaya dia duduk di kursi yang ada di kamar itu. Ferdian menurutinya. Dia duduk di kursi setelah itu Felix berlutut di hadapannya.

"Ini ada apa yaa? Lo mau ngelamar gue atau gimana ini?"

Felix mengeluarkan handphonenya dan kemudian memberikannya pada Ferdian. Ferdian menerima handphone itu dan membaca pesan yang ada di handphone itu. Muka Ferdian berubah, matanya tampak bersinar. Ditatapnya Felix tak percaya. Dipegangnya kedua pipi Felix.

"Komang pulang? Komang di rumahnya?"

Felix mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ferdian berdiri dan menarik Felix untuk berdiri lalu dipeluknya Felix dan Ferdian menangis di dada Felix.

***

Komang mengetuk pintu rumah. Ibunya membukakan pintu. Wajah sang ibu tampak terkejut namun hatinya tidak bisa dibohongi, ada rasa gembira anak satu-satunya pulang.

"Ibu ... "

Komang lalu memeluk ibunya dan menangis tersedu sedu di pelukan ibunya.

"Hei hei hei .. anak ibu kenapa? Kok nangis sampai sesak gini? Boleh, Komang boleh nangis sama ibu sepuas hati Komang biar Komang bisa lega."

Ibunya berkata sambil terus mengelus-elus kepala anaknya. Komang terus terisak-isak.

"Maafin, Komang, Bu. Maafin, Komang."

"Ngga perlu ada yang dimaafin, ibu lihat Komang pulang pun sekarang hati ibu senang."

Ibu Komang melepaskan pelukan anaknya. Diusapnya air mata di pipi Komang,setelah itu dia mengandeng Komang dan membawa ke kamar Komang.

"Tiap hari ibu bersihkan, karena ibu pengen kalo anak ibu datang, kamar ini tetap bersih dan bisa langsung dipakai istirahat. Sekarang, Komang istirahat yaa. Ibu nanti masakin masakan kesukaan Komang. Tidur, 'nak. Lepaskan gundah di hati. Tidur."

Komang menuruti kata ibunya, dia memejamkan matanya, sementara ibunya terus mengelus-elus kepala Komang. Komang tak lama kemudian terlelap.

Ibu Komang lalu keluar kamar, ditutupnya pintu perlahan, setelah itu dia mengambil handphonenya dan mengirimkan pesan kepada Felix. Dulu Komang pernah berpesan pada ibunya, apa pun itu jika ada apa apa dengan dirinya, ibunya diminta untuk kontak Felix, karena Felix adalah satu-satunya orang yang Komang percaya.

Ibu Komang baru saja selesai memasak ketika mendengar pintu diketuk. Hatinya berdebar senang, ini pasti Felix datang. Pikirnya dalam hati. Dengan wajah tersenyum Ibu Komang segera berjalan ke depan dan kemudian membuka pintu depan. Dugaannya ternyata benar.

Felix mencium tangan Ibu Komang, demikian juga dengan Ferdian.

"Dimana Komang, Bu?"

"Di kamar, tadi lagi istirahat, mungkin sekarang sudah bangun. Ibu mau meneruskan masak yaa, kalian ke kamar Komang saja."

Felix mengangguk kemudian menarik tangan Ferdian menuju kamar Komang. Ferdian masih tidak percaya bahwa dia ada kembali di rumah Komang untuk bertemu dengan Komang.

Felix mengetuk pintu kamar Komang.

"Masuk, Bu, ngapain sih pake ketuk pintu segala?."

Felix membuka pintu kamar dan tersenyum lebar melihat sahabatnya sedang berbaring di tempat tidur.

Komang terkejut dan tersenyum melihat sahabatnya datang. Felix masuk ke kamar diikuti oleh Ferdian. Begitu melihat wajah Ferdian, senyum Komang hilang dan kemudian dia membalikkan badannya.

"Komang?"

Felix bingung dengan perubahan sikap Komang yang mendadak.

"Ini aku, Ferdian. Kamu kenapa? Marah sama aku?"

Ferdian pun terkejut melihat perubahan sikap Komang. Dia bingung kesalahan apa yang dia buat sehingga membuat Komang tak mau lagi melihat wajahnya.

"Komang?"

Ferdian kembali memanggil nama Komang.

"Lo kenapa sih, 'mang? Ini Ferdian datang buat lo."

Komang tak membalikkan badannya.

"Kalian pulang aja. Gue masih capek dan ngga pengen ketemu siapa-siapa."

Felix dan Ferdian saling berpandangan.

"Lo denger nggak kata gue? Pulang lo!!!"

Felix menarik napas panjang. Dia kenal baik sifat sahabatnya ini. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Komang. Ferdian matanya berkaca-kaca.

"Kamu beneran pengen aku pulang? Kamu ngga mau lihat aku sebentar aja?"

"Gue bilang balik lo! Ngga budeg kan lo!"

Felix menahan rasa marahnya, dia tidak bisa melihat Ferdian menangis. Ditariknya tangan Ferdian keluar kamar setelah itu ditutupnya pintu kamar.

Komang menarik napas panjang, matanya mengucurkan air mata. Betapa dia sangat kangen dan pengen sekali memeluk Ferdian.

***

Dalam perjalanan pulang, Ferdian hanya diam. Felix pun membawa motornya perlahan. Hatinya masih dongkol dan kesal atas perlakuan Komang pada mereka berdua khususnya pada Ferdian.

Sesampainya di rumah Ferdian, Felix mematikan mesin motor, Ferdian turun dari motor lalu menoleh ke arah Felix sambil memegang lengan Felix.

"Gue boleh minta lo ada sama gue ngga sekarang?"

Felix hanya mengangguk, dia kemudian turun dari motor dan memasukan motornya ke garasi rumah Ferdian. Setelah itu dia menyusul Ferdian masuk dan menuju kamar Ferdian.

Dilihatnya Ferdian tidur telungkup di tempat tidurnya. Terdengar isakan lirih. Felix menutup pintu kamar, menguncinya dan kemudian berjalan mendekat Ferdian. Dia kemudian membalikkan badan Ferdian lalu menariknya hingga terduduk dan setelah itu memeluknya.

"Lo nangis sepuas hati lo didada gue."

Tangis Ferdian pun pecah. Felix berulang kali mencium kepala Ferdian dan mengelus elus punggung Ferdian. Dibiarkannya Ferdian menangis sampai selesai.

"Kenapa, 'lix? Kenapa dia jadi benci sama gue? Salah gue apa?."

Felix diam tak menjawab apa apa karena dia sendiri tidak tahu kenapa Komang bersikap seperti itu.

"Dia benci karena lo sama gue dekat? Bukannya itu permintaan dia yaa? Dia minta lo buat jagain dia selama dia ngga ada kan? Iyaa kaaan? Iyaa kaan, 'lix? Salah gue apa?"

"Ngga ada yang salah. Lo ngga salah apa-apa. Mungkin Komang belum mau cerita. Pasti ada yang dia sembunyiin dan belum mau cerita. Lo tenang yaa. Gue pasti selesaiin masalah ini. Gue janji."

Ferdian melepas pelukan Felix. Lalu ditatapnya Felix. Felix menghapus air mata di pipi Ferdian lalu tersenyum.

"Sekarang gue mau lo istirahat yaa. Gue gantiin baju lo, ini baju dari jalan. Kotor."

Ferdian diam saja. Felix beranjak dari tempat tidur, membuka lemari pakaian Ferdian lalu mengambil kaos tanpa lengan dan celana boxer kesukaan Ferdian jika dia sedang di rumah.

Felix kembali ke tempat tidur lalu dibukanya kaos Ferdian yang sedang dipakainya. Dipakaikannya kaos tanpa lengan itu. Setelah itu dia mendorong Ferdian dengan perlahan agar tiduran, lalu dibukanya celana panjang yang dipakai oleh Ferdian setelah itu dia memakaikan celana boxer.

Felix menarik selimut lalu menyalakan ac. Diciumnya kening Ferdian.

"Istirahat yaa."

"Lo mau kemana? Jangan kemana-mana yaa, lo disini kan?"

"Iyaa, gue mau turun sebentar, mau ngerokok. Nanti gue tidur disamping lo. Gue janji gue ngga akan kemana-mana."

Felix kemudian berdiri, berjalan menuju jendela, lalu ditutupnya tirai jendela kamar Ferdian. Setelah itu dia merapatkan selimut Ferdian, mengusap kepalanya dengan lembut dan kemudian keluar kamar.

**

"Pak, ada Ferdian? Saya temannya Ferdian. Disuruh kesini sama Felix."

"Ooh, ada, ada. Sok mangga masuk. Cep Pelik ada di taman belakang lagi ngarokok. Ini teh siapa?"

"Stevan."

Mang Wimang lalu mengunci pintu gerbang setelah Stevan memasukkan motornya ke garasi rumah Ferdian. Dia lalu mempersilahkan Stevan untuk mengikutinya menuju taman belakang. Felix melambaikan tangannya ketika melihat Stevan yang berjalan dibelakang Mang Wimang.

"Tumben lo minta gue kesini dan urgent. Ada apa? Lo bikin gue ngga enak ati."

Felix tersenyum.

"Nanti gue jelasin. Gue lagi nunggu Soni."

"Waduhh, ini ada apa. 'lix? Curiga ada huru hara lagi kalo lo ngumpulin squad kayak gini."

Felix menghisap rokoknya terus menghembuskan asapnya pelan-pelan.

Tak lama terdengar suara bel. Mang Wimang bergegas ke depan.

"Itu pasti Soni."

Benar saja, Soni jalan dibelakang Mang Wimang dan kemudian duduk bergabung di taman belakang rumah Ferdian.

"Ini mau pada minum apa atuh? Mamang bikinin."

"Kayaknya kopi enak, Mang?"

"Siap. Tiga tiganya mau ngopi ieu teh? Okeh atuh sama mamang dibikinin kopi yaa."

Ketiga anak itu mengangguk bersamaan dan mengucapkan terima kasih.

"Ferdian mana, 'lix? Kok ngga keliatan?"

Soni bertanya sambil menyalakan rokok.

"Ada di kamarnya, gue suruh istirahat. Kasian dia, hatinya lagi hancur."

"Hah? Kenapa?"

Aldo tak jadi melanjutkan omongannya. Mang Wimang datang membawa tiga cangkir berisi kopi. Felix memberi isyarat dengan matanya supaya Aldo diam dulu.

"Sok mangga diminum kopinya. Cep Pelik, Dian kemana?"

"Istirahat, mang, tidur. Dia bilang kepalanya agak pusing. Jadi mau tidur dulu katanya."

"Oh ya udah atuh. Mamang mah percaya sama Cep Pelik dan Cep Komang kalo urusan ngejagain Dian."

Muka Felix memerah, sementara dua temannya menahan tawa. Mang Wimang kemudian kembali ngurus pekerjaannya.

Setelah Mang Wimang pergi, Felix kemudian menceritakan pada dua sahabatnya perkara Komang dan Ferdian. Stevan dan Soni mendengarkan tanpa memberi komentar apa pun. Felix bercerita bagaimana Komang menolak melihat muka Ferdian dan bagaimana Ferdian menangis bertanya-tanya apa salah dia.

Lama ketiga anak tersebut diam dengan pikirannya masing-masing. Masing-masing sibuk memikirkan bagaimana caranya menolong Komang dan Ferdian agar kembali baik hubungannya. 

Continue Reading

You'll Also Like

166K 9.3K 52
🔞 Yesha, gadis yang terjebak di markas Geng pembunuh bayaran, ia benci dihadapkan dengan situasi seperti itu, namun pada akhirnya ia memilih untuk m...
2.3M 330K 42
[DIBUKUKAN] [TERSEDIA DALAM BENTUK PDF] [NOMIN - JAEYONG - MARKHYUCK] Kenapa aku selalu diminta menyelamatkan dunia orang lain disaat duniaku sendir...
My sekretaris (21+) By L

General Fiction

341K 3.3K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
13.5K 437 3
begone be·gone /biˈɡôn,-ˈɡän/ exclamation go away (as an expression of annoyance). *** Mostly, sad. ***