Komang

By DimskiDimski

376K 9.9K 187

Cerita tentang Komang dan empat orang sahabatnya di masa-masa mereka menikmati gejolak remaja SMA. Dari salin... More

Bagian 1 dan 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43

Bagian 37

5.2K 173 3
By DimskiDimski

Komang tidak bisa berkata apa apa. Ketika sadar, kembali dia ada dalam keadaan terikat. Yang membuat berbeda adalah kali ini dia terikat dalam posisi berdiri dan kedua tangannya terikat keatas. Sepertinya dia terikat di Gudang, hanya ada dirinya dan ada beberapa rongsokan bangku kayu bekas di salah satu sudut gudang itu.

Hal lain yang disadari oleh Komang adalah ia terikat dalam keadaan telanjang bulat. Badannya basah berkeringat karena tak ada jendela atau pintu yang dibuka. Ruangan gudang itu panas.

Komang memejamkan matanya, kepalanya masih terasa agak pusing. Dia berusaha untuk berpikir dan mengingat semua kejadian dari mulai dia dibantu kabur dan sampai terikat di ruangan berupa gudang ini. Teka-teki mulai tergambar jelas di benaknya. Rangkaian puzzle terurai dan menyusun pada awalnya berantakan namun lambat laun tergambar jelas.

Terdengar pintu gudang dibuka, dua orang laki-laki berbadan tegap masuk dan kemudian berjalan mendekati Komang yang sedang berdiri terikat dalam keadaan telanjang bulat dan bercucuran keringat. Ada keinginan untuk melawan di hati Komang tapi dia menyadari sendiri kondisinya yang sedang tidak dalam keadaan fit.

Dua laki-laki itu kemudian melepaskan tali yang mengikat kedua tangan Komang. Setelah itu keduanya berdiri di sisi kiri dan kanan lalu membawa Komang keluar ruangan. Sebelumnya mata Komang ditutup. Tak lama Komang merasa dia ditidurkan di atas kasur lalu kedua tangannya masing-masing diborgol ke tempat tidur. Dua orang itu kemudian keluar kamar setelah membuka penutup mata Komang.

Komang membuka matanya dan melihat sekelilingnya, dia berada di satu kamar kecil yang hanya ada tempat tidur yang dia tiduri itu dan tak ada jendela. Suasananya panas. Masing-masing tangannya terborgol di kepala tempat tidur. Hanya kakinya saja yang bebas.

Seseorang membuka pintu kamar, Komang menoleh, sepertinya salah satu orang yang tadi membawanya dari Gudang ke kamar tersebut. Dia membawa sebotol air mineral, lalu berjalan mendekati Komang, setelah itu dengan gerakan cepat dia membuka mulut Komang dengan menekan hidung Komang, mulut Komang terbuka dan orang itu kemudian menuangkan air dari botol mineral itu sampai kemudian Komang tersedak. Setelah itu dia berdiri dan meninggalkan Komang.

Selang beberapa lama, Komang merasa agak gelisah. Keringat tambah banyak keluar dari tubuhnya, napasnya mulai agak terengah-engah. Komang yang sudah berpengalaman dalam banyak hal utamanya urusan sex menyadari apa yang tadi diminumkan paksa kepada dirinya. Berusaha berpikir tenang dan menarik napas panjang. Masih dirasa gelisah dan kontolnya mulai menegang.

Pintu kamar terbuka, Komang menoleh dan melihat siapa yang masuk. Mukanya tegang.

Pak Sapta masuk ke dalam kamar itu dan kemudian menutup pintunya, setelah itu dia mematikan lampu kamar. Hanya ada sinar semburat dari bawah pintu kamar.

Pak Sapta kemudian membuka bajunya dan setelah itu membuka celana boxer yang ia pakai. Tubuhnya yang putih dan gemuk itu berkilat berkeringat. Dia kemudian duduk disamping Komang. Dibelainya dada Komang dan kemudian jarinya bermain di putingnya Komang. Komang mendesah. Tidak berani berkata apa-apa. Perangsang yang masuk ke dalam tubuhnya lebih berbicara dari rasa ingin memberontak.

Pak Sapta terus membelai dada Komang, jarinya mengelus putingnya Komang bergantian yang kiri dan kanan, lalu tangannya turun membelai perut Komang. Komang menarik napas panjang dan berusaha untuk tidak terpengaruh tapi kontolnya berkata lain. Kontol Komang berdiri tegak dan keras.

Tangan Pak Sapta turun dan kemudian mengelus-elus kontol Komang. Napas Komang kini mulai tidak beraturan. Pak Sapta mengenggam kontol Komang dalam genggaman tangannya. Lalu menaik turunkannya.

"Ssshh ... Aaahh ... Ssshh .. Aaahh .. Anjiingggghhh .. Enaaakkkhh ... Sshh .. "

Pak Sapta kemudian memasukkan kontol Komang ke dalam mulutnya. Lalu dihisapnya kontol itu dan dimainkannya lidahnya di lubang kencing kontol Komang.

"Aarrggh .. Bangsaattthhh .. Anjingggghh enaakkh angeettthh .. Ssshh .. Sshh .. Teruss anjiinggghh iseeeppph iseepphh ... "

Komang menaik turunkan pantatnya. Pak Sapta dengan tenang tetap meladeni yang dimau oleh Komang. Dia kemudian melepaskan kontol Komang dari mulutnya lalu bergerak keatas dan kemudian digigit dan dihisapnya putingnya Komang bergantian kiri dan kanan.

"Oaaaaahh .. ssssh ... aargggghh ... Ssshh ... Teruuusss .. aaaarrggghh teruuusss .. "

Pak Sapta kemudian berdiri setelah itu dia berjalan memutar dan kini dia berada diantara dua kaki Komang yang terbuka lebar.

Diangkatnya kedua kaki Komang dan ditaruhnya di kiri dan kanan bahunya. Komang mulai memberontak tapi gerakannya dapat diatasi oleh Pak Sapta. Komang sudah membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Pak Sapta.

**

Soni kembali ke rumah Aldo ketika semua yang diinstruksikan kepadanya oleh Kang Mamat via Stevan selesai dia kerjakan. Orang-orangnya Reza datang untuk membawa kedua orang yang ada di kamar Stevan tersebut entah kemana. Setelah orang-orang itu pergi dari rumah Aldo, Soni kembali mengunci pintu gerbang dan kembali ke kamar Stevan.

"Balik dulu yaa. Kalo ada apa-apa segera telpon."

Stevan dan Aldo mengucapkan terima kasih pada Soni dan kemudian Stevan menemani Soni mengeluarkan motornya dan setelah itu dia mengunci pintu gerbang kecil. Stevan kemudian berjalan kembali ke kamarnya.

"Kamu mau tidur di kamar kamu? Saya temenin."

"Enggak, Stev. Gue mau disini aja."

"Ya udah, saya mau periksa sekali lagi sekalian matiin lampu-lampu dan kunci-kunci semua pintu."

Aldo tampak agak memucat. Stevan kemudian merangkulnya.

"Semua udah aman. Kamu tunggu disini yaa. Kunci pintu kamar. Kalo ada ketukan tiga kali itu tandanya saya. Kamu buka pintunya yaa."

Aldo mengangguk. Stevan kemudian berjalan keluar kamar dan memasuki rumah utama untuk memeriksa dan mematikan semua lampu. Sementara setelah Stevan keluar kamar, Aldo kemudian mengunci pintu kamar dan kemudian duduk di balik pintu menunggu Stevan datang.

Tak lama Aldo mendengar ketukan di pintu kamar Stevan. Dia kemudian berdiri dan setelah itu membuka pintu. Stevan berdiri didepan pintu dan mengacungkan jempolnya tanda bahwa semua sudah beres. Aldo tersenyum dan mengangguk. Stevan kemudian masuk ke dalam kamarnya. Aldo menutup pintu dan kemudian mengunci pintu kamar Stevan tersebut.

Stevan membuka jaket yang dari tadi dipakainya, badannya basah oleh keringat. Dia kemudian merebahkan dirinya di tempat tidur. Aldo menutup tirai kamar Stevan dan kemudian mematikan lampu serta menyalakan lampu tidur 5 watt yang ada di atas meja di kamar Stevan. Setelah itu dia merebahkan dirinya disamping Stevan.

Stevan menoleh pada Aldo dan tersenyum.

"Kamu masih takut?"

Aldo menggelengkan kepalanya. Dia kemudian bergeser dan direbahkan kepalanya didada Stevan. Aldo menarik napas panjang. Bau badan Stevan dicampur deodorant yang dipakainya selalu membuat Aldo merasa nyaman.

"Enggak. Gue tau ada lo disini. Selama ada lo, gue ngerasa aman."

Stevan mencium kepala Aldo.

"Terima kasih yaa. Kamu udah percaya sama saya."

Aldo mengelus-elus dada Stevan. Masih ada sisa basah keringat. Bau keringat dan parfum Stevan yang bercampur membuat Aldo ingin berbuat lebih. Dia kemudian mencium putingnya Stevan setelah itu dimainkan lidahnya di putingnya Stevan tersebut. Sementara tangannya kemudian turun mengelus perut Stevan dan turun sampai akhirnya tangannya itu digesek-gesekkan di kontol Stevan yang masih terbungkus celana.

Stevan mengerang, memejamkan matanya. Menikmat apa yang dilakukan oleh Aldo kepada dirinya.

Pertahanannya jebol, dia kemudian membalikkan tubuh Aldo, lalu dia berdiri dan membuka celananya. Kontolnya langsung keluar dan berdiri tegak keras. Dia kemudian menindih tubuh Aldo. Mencium Aldo dengan penuh rasa. Lama mereka berciuman. Stevan kemudian memindahkan mulutnya pada putingnya Aldo dan dihisap serta digigitnya puting tersebut. Aldo mendesah, tangannya memeluk badan Stevan.

Stevan kemudian beranjak dari atas badan Aldo. Dia berjalan ke meja di kamarnya itu dan kemudian membuka laci. Diambilnya pelicin dan kondom. Dipakainya kondom pada kontolnya setelah itu dia berjalan kembali ke tempat tidur. Diolesnya pelicin itu pada lubang pantat Aldo dan setelah itu dioleskannya pelicin itu juga ke kontolnya sampai benar-benar basah.

Diangkatnya kedua kaki Aldo lalu setelah itu diarahkannya kepala kontolnya ke lubang pantat Aldo. Didorongnya perlahan dan pasti sampai semua masuk ke dalam pantat Aldo.

"Ssshh ... Aaargghh .. Sempitthth .. Anjiinggghhh .. "

Aldo menarik napas panjang dan menikmati proses penetrasi itu.

"Ooohh .. Kontol lo .. Arrgghh .. Gue sukaaaa, Stev ... Entot gue sekarang!!"

Stevan memaju mundurkan kontolnya sambil dia mengocok kontol Aldo. Badannya benar benar sudah basah oleh keringat. Bercucuran dari leher dan tengkuknya membasahi badannya.

Aldo menarik leher Stevan dan kemudian mencium Stevan.

"Gue mauu teruusssshhh, Stev ... Gue sayang looo .. Arggghh .. Stevvvv .."

Stevan tersenyum, dia mencium dahi Aldo sambil terus menggenjot kontolnya didalam pantat Aldo.

"Aku juga sayang kamu, Al, sayang banget. Jadi istri aku yaa, Al?"

Aldo merasakan getaran yang berbeda. Dia kemudian merasakan akan segera keluar. Ditariknya lagi leher Stevan dan diciumnya. Dan Aldo pun sampai.

"Stev ... Arggghh ... Gue ... Anjinggghh enaaakkkhh keluarrrrrrggghhhh.. "

Kontol Aldo menyemprotkan air mani bertubi-tubi sampai membasahi dada dan perutnya. Akibat dari itu Stevan merasakan kontolnya seperti di pijat pijat dan mengakibatkan dia pun ingin keluar.

"Ooohhhh ... Al ... Keluarrrggghh ... Arrggghh anjiinggghh ngentttoottt enaaaakkhhhh."

Kontol Stevan mengeluarkan banyak sekali air mani. Dia kemudian merebahkan badannya diatas badan Aldo. Keringat, air mani basah bercampur jadi satu.

Stevan mencium Aldo dengan lembut. Aldo tersenyum.

"Kamu capek?."

Aldo mengangguk.

"Mau mandi dulu nggak?"

Aldo menggelengkan kepalanya.

Stevan kemudian mencabut kontolnya dari pantat Aldo dan membuka kondomnya. Setelah itu dia merebahkan diri disamping Aldo. Aldo bergeser, Stevan memeluk Aldo hingga bahunya dijadikan bantal oleh kepala Aldo.

"Ya udah besok aja kita bersih-bersihnya. Sekarang kamu tidur. Aku ada disini. Jagain kamu."

Stevan menarik selimut dengan satu tangannya dan menyelimuti mereka berdua. Aldo tersenyum dan kemudian memejamkan matanya. Tak lama terdengar dengkuran halus tanda dia sudah terlelap.

Stevan tersenyum dan menarik napas panjang. Entah kenapa dia merasa hatinya bahagia. Dia kemudian memejamkan matanya dan mulutnya masih tetap tersenyum.

**

Ferdian terbangun. Perasaannya tidak enak.

Continue Reading

You'll Also Like

63.3K 1.6K 11
Adi seorang pelajar SMA yang sedang jatuh cinta kepada Bagas yang notabene seorang perwira polisi dan sudah mempunyai isteri. Bagaimanakah hubungan p...
945K 21.3K 49
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
2.3M 330K 42
[DIBUKUKAN] [TERSEDIA DALAM BENTUK PDF] [NOMIN - JAEYONG - MARKHYUCK] Kenapa aku selalu diminta menyelamatkan dunia orang lain disaat duniaku sendir...
39.4K 2.3K 29
🏳️‍🌈 GAY STORY Adrian, namanya terseret kasus penggelapan dana perusahaan yang sama sekali tidak ia lakukan. Tapi hakim sudah memutuskan Adrian seb...