hanya harapan

By ANSKamilia12

47.7K 3.9K 608

Cover by @BoboiboyGanz Seorang anak yang terus diperlakukan dengan buruk. Hanya karena sebuah kejadian. Haru... More

awal
kehilangan
berubah
belajar
pergi
masakan
sekolah
rasa
bekerja
harapan
kaizo
Sai dan Shielda
~andai kalian keluargaku~
Duri
bersenang-senang
jalan-jalan (lagi)
mau nanya
Gempa
Pulau Rintis
saudara?
merasa ada yang hilang
Hiatus
bukan update
kenangan
senyum
menceritakan
rencana
serba baru
Target (1)
Usaha Hali
Target (2)
Target (3)
Target (4)
rinduku
tak sangka
sebenarnya....
ingatan
*Izin*
Ⓢ︎Ⓔ︎Ⓚ︎Ⓞ︎Ⓛ︎Ⓐ︎Ⓗ︎
teman
kesalahan
reverse
rasa sepi di hati
permintaan maaf
Liburan dan Kesenangan
bergabung...
Solar: kenyataan pahit
Blaze
Rasa Sakit
Pulang
Hanya Harapan
spesial chapter

Gempa

625 53 25
By ANSKamilia12

Pagi ini Gempa telah siap dengan seragamnya...

Setelah selesai sarapan, Gempa kembali naik ke lantai atas membawakan sarapan untuk Ocho.

Di depan pintu kamar Ocho ia menghela nafas tangannya ragu mengetuk pintu, akibat kejadian semalam.

Setelah mengumpulkan seluruh keberanian, Gempa mulai mengetuk.

"masuk"

Terdengar sebuah suara menyahut, Gempa membuka pintu kamar Ocho perlahan...

Begitu masuk ia dikagetkan dengan Ocho yang sudah berseragam...

"Ocho?" Gempa buru-buru meletakkan makanan Ocho diatas meja, dan mendekati Ocho yang masukkan buku-bukunya kedalam tas..

"Awak nak kemana? Jangan cakap awak nak pergi sekolah." Ocho melirik kearah Gempa sebentar, kemudian kembali dengan bukunya...

"Awak, jawab pertanyaan saya dulu" desak Gempa.

Entah mengapa setelah melihat kondisi Ocho semalam. Membuatnya tak berani menyebut namanya sendiri dan Ocho.

Ia lebih memilih berbicara layaknya orang asing yang tinggal satu rumah...

Ocho mengangkat tas sekolahnya dan mulai berjalan keluar..

"Kalau dah tahu jawapannya, kenapa tanya balik?"

"Tapi... Saya tak boleh kan awak pergi sekolah" ucap Gempa sembari mensejajarkan langkahnya dengan Ocho.

"Kau siapa aku, nak atur-atur aku? Kakak aku bukan, adik aku pun bukan. Kenapa kau mesti khawatir? Kita takde hubungan apa-apa pun" balas Ocho yang membuat Gempa berhenti...

"Awak berubah....

Saya tahu saya silap, dan saya dah minta maaf...

Tapi kenapa awak perlakukan saya macam ni?

Saya ni saudara awak pulak " Gempa membela diri...

"Saudara? Pfft- kita ada hubungan sebab cucu Tok Aba,je...

Lagipun aku taklah senang sangat Ngan kau"

Ocho meninggalkan Gempa yang terpaku.

Ia tersenyum. Paham akan kondisi yang dialami oleh Ocho.

Ini bukanlah Ocho yang sesungguhnya. Ocho yang ceria dan suka berbagi tawa...

Tapi sekarang yang ada hanyalah Ocho yang tertekan dan trauma atas kejadian yang dialaminya...

Meskipun ia tak tahu pasti tentang kejadian nya, tapi ia bisa merasakan apa yang ocho rasakan...

Ia yakin Ocho bisa kembali seperti sedia kala, sering berjalannya waktu...

~★~★~

Suasana riuh anak-anak bermain sebelum bel pelajaran pertama berbunyi.

Ocho melangkah melewati pintu gerbang, tapi segera dihadang oleh 3 orang.

Gempa yang baru datang terkejut melihat ketiganya.

"Ke tepi aku malas nak layan korang hari ni" tungkas Ocho yang membuat amarah ketiga nya memuncak.

"Kau dah mula berani ya? Probe, habiskan dia sekarang" ketua mereka menyuruh di lelaki bertubuh besar itu.

Lelaki itu mendekati Ocho, sebuah kepakan tangan melayang cepat. Tapi sebelum bogem mentah mengenai Ocho, Gempa segera melindunginya.

'bugh'

Ocho membuka mataku. Ia tersentak melihat Gempa berada di depannya menahan rasa sakit.

'Ck Kenapa budak ni lagi' batin Ocho sebal. Gempa menoleh kearah Ocho dengan senyum. Seolah mengatakan "tenang aku melindungi mu..."

Tapi Ocho tak membalas senyuman Gempa.

"Hah?! Siapa pulak budak pengacau ni?" Tanya seorang gadis pada lelaki bernama Probe itu.

"Manalah aku tahu" jawab Probe.
"Ish! Ke tepi lah budak. Aku takde pasal ngan kau" ucap ketua kelompok itu, Adudu.

"Aku... Tak nak" balas Gempa.

Membuat Adudu semakin marah.
"Probe, habiskan dia sekarang lepastu kita urus Ochobot" perintah Adudu. Probe langsung menyerang Gempa tanpa ampun.

'bugh'

"akh!!"

'brak'

"Ssh"*meringis*

Dalam waktu yang cukup singkat Probe bisa memenangkan ronde.

Sekarang tubuh Gempa tersungkur di tanah dengan tangan yang ditahan oleh Probe.

Gempa hanya dapat meringis kesakitan. Sementara Ocho yang dari tadi memperhatikan sama sekali tak merespon.

"Menyerah lah, kalau kau nak selamat" Probe memberikan kesempatan untuk Gempa.

Gempa tertawa serak, ketiga lawannya bingung.














"Aku, menyerah? Hahaha lawaknya...


























Kalau aku menyerah erti nya aku dah bolehkan Korang mengganggu Ocho...



























Dan aku tak nak" ucap gempa dengan senyumnya.

"Ish! Probe, habiskan dia sekarang!" Perintah Adudu.

Probe melayangkan tangannya menuju tengkuk Gempa-daerah rawan.

Namun belum sempat ia memukul. Seseorang datang bak super Hero menghentikan hal itu.

Sosok itu adalah Fang...

"Berhenti!!" Suara Fang nampak marah. Adudu merinding melihat Fang. Dari balik kacamatanya Fang menatap mereka marah. Tanpa dikomando lagi mereka segera pergi.

Fang berlari menuju Gempa.
"Kau okey Gempa?" Tanya Fang khawatir.

"Aku, oke je" jawab Gempa berusaha berdiri. Sesekali ia meringis kesakitan.

"Kau pasti, boleh berjalan?" Tanya Fang lagi. Gempa mengangguk kemudian berjalan sedikit tertatih. Fang berbalik menatap Ocho.

"Ocho Jom ikut aku, bawa Gempa ke UKS" ajak Fang pada Ocho. Ocho menatap Fang datar.

"Cih, buat apa aku buang masa nak urus budak tu" Ocho berjalan menjauhi Fang.

Fang menggeram kesal ia berbalik menyusul Gempa.


















~★~★~

























Taufan membuka pintu kamar nya, hari masih sangat pagi. Kali ini ia akan mencoba menceriakan suasana agar seluruh saudaranya kembali seperti dulu.

"Eh kak Fan, selamat pagi"
Sapa Duri dengan senyuman khas nya

"Ah iya pagi"
Balas Taufan dengan ragu.

Duri berjalan ke depan pintu Halilintar hendak mengetuk...

Taufan memutuskan untuk turun menuju dapur,ia hari ini ingin memasak sarapan untuk saudaranya yang lain.

Tapi saat menginjak kaki nya di dapur ia bertemu dengan adiknya yang pemalas.

"Kak Taufan, kakak ngapain?"
Tanya sang adik.

"E-eh?! G-gak ngapa-ngapain"
Jawab Taufan.

Tiba-tiba dari arah belakang seseorang berteriak memanggil nama nya sambil berlari.

"Kak Taufan! Kakak mau bantuin kita masak gak?"
Tanya sang adik yang baru ia temui tadi.

"Emang nya boleh?"
Tanya Taufan tampak ragu.

"Boleh dong, kan Kak Ais?!"
"Pastinya kita ke bantu kak" balas Ais malas sambil menguap menahan kantuk.

Taufan menghela nafas, ia sunggingkan senyuman kecil di bibir tanda 'ya'

"Kak kenapa sih kok melamun?"
Tanya Duri di sela-sela acara masak mereka. Taufan yang merasa ditanya menyahut tanpa menoleh.

"Gak papa" jawab Taufan yang masih sibuk memasak nasi gorengnya.

Ais yang menyadari keanehan Taufan mulai bertanya pada sang kakak.
"Ada apa kak?"

Taufan yang di beri pertanyaan seperti itu pun terkejut.

Sorot matanya menatap sang Adik penuh tanda tanya, mengapa sang adik malah bertanya pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh Taufan

"Sesuatu pasti terjadi kan?" Tebak Ais.
Taufan sekarang baru mengerti apa yang di maksud sang adik barusan.

____________

































Seluruh elemental berkumpul-kecuali Gempa tentunya. Makanan yang tersedia di depan mata segera dilahap.

Seperti biasa tak ada keributan seperti dulu lagi. Seakan-akan semua kebahagiaan lenyap.

Taufan memperhatikan saudaranya dalam diam, tak satupun dari mereka ingin memulai perbincangan.

Apa tak ada yang merasa rumah ini semakin lama semakin sepi? Apa mereka malu untuk berbicara?

Taufan dulu berfikir saat Gempa-orang yang disangka pembunuh ibunya-pergi, ia dan para saudaranya bebas.

Dapat kembali tertawa dan menyebarkan cerita baru penuh suka. Namun itu hanya angan-angan Taufan belaka.

Kini semua semakin memburuk. Tak ada lagi yang mau memulai percakapan, perdebatan apalagi memperebutkan makan.

Sekarang semua diam membisu tanpa saling terbuka, menutupi luka-luka itu sendirian. Dan semuanya belum terlambat, masih ada kata 'sempat' untuknya berubah dan merubah saudaranya menjadi lebih baik.

Waktunya ia mulai melangkah baru. Memberanikan diri dengan membuka suara.

"Ah, Blaze apa kau ikut klub sepakbola? Ku dengar mereka membuka pendaftaran untuk anggota baru" Taufan bertanya pada sang adik tapi tak ada balasan darinya.

"Emm... Kalian sibuk gak nanti siang? Kalau enggak kita keluar yuk"
Taufan tetap berusaha, tapi malangnya ke-lima saudaranya tak ada yang menyahuti...

Sudahlah ini baru permulaan hari-hari berikutnya pasti lebih baik dari ini.

Taufan kembali memakan makanannya. Melamun entah apa hal yang di lamunkan.

"Bagaimana kabar Gempa sekarang ya?" Tiba-tiba mulutnya mengeluarkan pertanyaan yang menarik perhatian seluruh adik-beradiknya.












































'brak'











Pertanyaan itu sontak membuat Halilintar semakin marah, moodnya hilang pagi-pagi. Ia menggebrak meja dan berlalu pergi dengan wajah datarnya. Tak lama setelah itu Blaze kemudian disusul Solar.

Sebelum pergi, Solar menatap kakak keduanya itu "kak, kau salah tempat jika ingin membicarakannya. Dan satu hal lagi....
































Dia itu pembunuh"

Ucap Solar dengan nada dinginnya.
"Huh..." Taufan menghela nafas lelah. Ia hanya ingin membuat mereka kembali, apa ini salah?

Dia selesai dengan makannya dan mulai merangkul tasnya. Taufan menatap Ais dengan gugup. Ais tersenyum kecil, sadar karena di pandang.

"Kak Taufan udah berusaha sebaik mungkin, tinggal tunggu waktu saja...










Semua pasti berubah



















Berusaha terus ya, kak? Ikuti kata hati kakak bukan ego kakak
























Pertahankan senyum itu untuk semua, tapi jangan sembunyikan sesuatu dari kami" Ais menyemangati dan memotivasi kakak keduanya, Taufan mengangguk paham.

"Kalau kata kak Gempa, menangis lah jika kau sedang bersedih dan tertawa lah jika kau merasa senang" Duri menambahkan. Taufan mengangguk lagi kali ini dengan senyuman terukir.

"Kakak duluan ya?" Pamit Taufan kemudian melangkah pergi meninggalkan dua adiknya yang tersisa. Ais dan Duri mengangguk bersamaan..




































Inilah awal cerita mereka untuk merubah saudaranya. Dengan berubahnya Taufan membuat mereka lebih terbantu. Tujuan awal mereka berdua adalah merubah suasana kembali menjadi ceria.

"Kita berhasil kak!!"

"Iya, kita berhasil!"

"Ibu, senyuman kak Taufan pasti kembali.... Kami janji"

"Iya ibu percaya pada Kalian...
Jaga diri baik-baik ya? Ibu sayang kalian"

Bersambung~

Yosh!

25-04-2022

Happy birthday to my little sister- Nadia, anyone want to say congratulations? Or give gifts to Nadia?



























Hehe thanks for helping a lot by reading my story. Every day I hope my story isn't boring, guys.Thank you!!!




























One more happy birthday my sister!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

731 53 6
Disaat mereka tertidur terjadi sesuatu pada ochobot yg tiba tiba bercahaya dan membawa mereka ke tempat entah dimana dan mereka bertemu seseorang sia...
5.4K 561 10
[BoBoiBoy Elemental, Fushion, Tahap 3 era] Di sarankan baca book ini ketika kamu merasa lelah, sedih, butuh hiburan, dll. Karena book ini siap menema...
18.9K 1.1K 7
(Bukan Yaoi) Boboiboy hanya milik monsta saya hanya meminjamnya sebagian.. Pengalaman terburuk dalam hidup Solar kondisi nya membuat semua saudaran...
2.4K 244 17
Tidak ada deskripsi cerita Karena saya juga masih pemula Jadi kalau masih ada typo atau ketidak jelasan alur Saya mohon maaf sebesar besar nya