eja [ ✓ ]

By faluvous

29.3K 9K 2.7K

❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti... More

Disclaimer
Prolog
[1] Nenek Pergi
[2] Apa Dia Menyesal?
[3] Tahun Kesendirian
[4] Jendela Kamar
[5] Welcome Jogja
[6] Ditinggal?
[7] Nggak Jadi Pulang
[8] Kembali
[9] Sendiri lagi
[10] Memori
[11] Menyelusup
[12] Menyiksa
[13] Rahasia
[14] Orang Baru
[15] Terungkap
[16] Hei, Ini Haidan
[17] Waktu Bersama
[18] Perdebatan
[19] Pamit
[20] Pindahan
[21] Tujuan Januar
[22] Pertemuan
[23] Kenyataan
[24] Ayo, Mulai Saling Mengenal
[25] Lagi
[26] Manusia Kuat
[27] Jangan Lemah!
[28] Cara Haidan
[29] Ayah Kangen
[30] Keanehan Haidan
[31] Hai Bunda
[32] Kunjungan Lea
[33] Reno Jagat Bramantyo
[34] Empat Pemain
[35] Panik
[36] Duka
[38] Haidan Suka Ini
[39] Mereka Semua Ada Disini
[40] Pisah Kembali
[41] Kabur
[42] Perihal Senja
[43] Tulisan Haidan
[44] Kebohongan Andre
[45] Cerita
[46] Pesawat Kertas
BREAKING NEWS
PRE ORDER

[37] Duduk Berdua Bersama Janu

255 57 45
By faluvous

MINAL AIDZIN WALFAIDZIN MOHON MAAF LAHIR BATIN TEMAN TEMAN

Happy Reading

Haidan masih terlelap, sangat nyenyak kelihatannya, dia nyaman berada dialam mimpinya bersama Janu saat ini.

Belum ada tujuh hari katanya, Janu belum bisa pergi. Maka dari itu Haidan menggunakan kesempatan untuk bertemu dengan sang sahabat, walaupun resikonya tubuh Haidan akan semakin lemas setiap kali bangun tidur.

Reno sudah menduga jika Haidan akan lebih lama tertidur dari biasanya, sepupunya itu tidur menemui kenyamanan yang tidak bisa ia dapatkan saat terbangun.

Jadi, ia hanya membiarkan Haidan tidur dengan lelap. Membiarkannya mencari sebuah kenyamanan barang sedikit.

Siapa tahu, Haidan bisa lebih semangat untuk berobat lagi.

Reno sedang berada di ruangan milik Haidan, menemani sang sepupu yang masih nyaman menutup matanya itu. Baru sepuluh menit Haidan tertidur, namun dirinya sudah sangat gelisah jika Haidan memilih untuk tidak bangun lagi, seperti Janu.

Sedangkan Haidan disana sedang enak-anakan mengobrol banyak hal bersama Janu.

"Janu bentar lagi mau pergi," ujarnya.

"Kenapa gitu?" tanya Haidan reflek menoleh.

"Bukan Janu yang pergi deng, tapi Eja yang nggak bisa kesini,"

Haidan paham itu, dirinya harus segera sembuh, namun ia juga tidak mau berpisah dengan Janu secepat itu.

"Kalo Eja milih nyerah gimana Jan?"

"Eja mau nyerah?"

Haidan mengangguk lemah sebagai jawaban.

"Nggak baik, liat deh Reno sama Juna butuh kamu banget. Jangan tambahin kesedihan mereka,"

"Tapi Eja juga capek,"

"Capek boleh, tapi jangan nyerah, Ja! Kamu boleh deh buka topeng kamu ke mereka, biar mereka lihat bagaimana kamu sebenarnya,"

"Jangan munafik, Ja,"

"Jangan egois,"

"Jangan bohong lagi,"

Haidan menunduk, ia pernah mengatakan hal baik kepada Lea saat gadis itu ingin menyerah. Lalu mengapa sekarang dirinya yang mengingkari kata-katanya sendiri? Haidan hanya lelah, dia lelah terlihat baik-baik saja.

Ia juga lelah melihat topeng orang-orang yang mengatakan dirinya akan sembuh dalam waktu dekat dengan menjalani kemoterapi.

Ia juga lelah menjalani kemoterapi yang menghabiskan rambutnya, membuat nafsu makannya berkurang, membuat punggungnya seolah mati rasa.

Haidan lelah menjalani itu semua.

———

Lelaki itu terbangun saat tubuhnya diguncang hebat oleh Reno. Ia mengerjap, melihat banyak orang sedang mengerubunginya dengan wajah khawatir.

"Ja, bangun," itu suara Reno dengan nada khawatir memasuki indra pendengaran Haidan.

Haidan membuka mata sepenuhnya, menatap beberapa orang yang sudah berdiri mengelilinginya.

Andre menghela nafas lega, matanya sudah memerah menahan tangis tadi.

"Kenapa?" tanya Haidan dengan suara parau.

"Lo udah tidur lima jam," ujar Reno.

Haidan masih memroses kejadian yang sebenarnya, namun tiba-tiba kepalanya pusing, membuat ia melenguh pelan.

"Makan dulu, baru tidur lagi." Sang nenek mendekat sembari membawa nampan berisi makanan dari rumah sakit.

Haidan yang melihatnya meringis pelan, isi nampan tersebut berwarna hijau semua, membuat nafsu makan anak itu turun seketika.

"Ayo dimakan," ujar Andre membantu Haidan menaikkan kepalanya.

Haidan menggeleng pelan menolak, "Tenggorokan Eja sakit," rengeknya.

"Buburnya aja, ya?" Sang nenek menyodorkan makanannya.

Haidan menggeleng, nafsu makannya benar-benar hilang saat ini, matanya memberat, ia ingin tidur saja sekarang.

"Jangan tidur terus, nggak pusing?" ujar Reno.

"Kalo nggak tidur malah pusing." sahut Haidan.

Mereka semua dibuat diam dengan sahutan Haidan yang jujur, suhu tubuh anak itu memang sangat tinggi dan dianjurkan untuk istirahat lebih, tetapi semakin lama Haidan tertidur ia semakin nyaman berada di dunianya sendiri.

"Mau telfon Farhan?" Andre mengalihkan, berusaha membuat Haidan tidak tertidur lagi.

Haidan menoleh, menatap mata sang ayah lekat lalu mengangguk, "Mau..."

Andre mengambil ponsel Haidan yang terletak di atas nakas samping brankar tempat Haidan tertidur. Mencari kontak Farhan dan mulai menghubunginya.

Awalnya tidak diangkat, mungkin Farhan sedang dalam keadaan sibuk dan tidak mau terganggu.

"Telfon lagi, dia suka ketiduran jam segini," ujar Haidan.

Andre mengangguk mengiyakan kemauan sang anak, panggilan kali ini diangkat oleh Farhan dengan suara parau khas orang bangun tidur.

"Kenapa Dan?" tanya Farhan singkat.

"Nggak apa, kangen," jawab Haidan singkat juga.

"Bentar..." ucap Farhan.

Haidan menunggu suara Farhan kembali lagi dalam semenit. Mungkin sahabatnya sedang memikirkan sesuatu.

"KOK LETOY NJIR SUARANYA???" pekikan membahana dari Farhan mampu membuat Haidan terperanjat terkejut.

Andre yang didekatnya saja sampai terkejut dan menjauhkan ponsel Haidan menjauh dari tubuh sang anak.

"Nggak usah teriak juga monyet!" sahut Haidan.

"BUKAN HAIDAN NIH, SIAPA LO?"

"Dibilang jangan teriak!"

"Lo sakit, Dan?"

"Heem, pengen tidur tapi nggak dibolehin."

Reno yang mendengarnya mendecih, "Ngaduan!" ujarnya, "JANGAN DIBIARIN TIDUR, HAN!" tambah Reno dengan teriak.

"OYY SIAP," ujar Farhan menanggapi teriakan Reno, "JANGAN TIDUR LO KEBO!"

Dengan sigap Haidan memutuskan panggilan setelah teriakan Farhan selesai. Terlalu biasa. Dan Farhan disana hanya menghela nafas pelan lalu menyimpan ponselnya di atas meja belajar miliknya.

Farhan terlampau rindu akan sahabatnya itu, ia terkejut saat mendengar suara parau Haidan yang membalas sapaannya tadi di telfon. Tidak biasanya Haidan akan selemas itu, biasanya dia akan banyak bicara dan berteriak saat bersamanya.

Lelaki yang sudah menjabat sebagai sahabat lima tahun Haidan itu selalu mendapatkan kabar dari Reno, sepupu Haidan.

Mereka kenal karena Haidan yang sering menceritakan tentang Reno kepada Farhan, begitupun sebaliknya.

Bahkan mereka sempat membuat grup chat untuk saling mengobrol, anggotanya tentu teman dekat mereka. Farhan, Alkan, Shaka, Janu, Juna, Reno, bahkan Jeva ikut dalam obrolan tidak bermutu yang selalu mereka layangkan setiap hari.

Farhan hanya bisa berdoa agar sahabatnya itu bisa kembali atau sesekali berkunjung menemuinya dengan keadaan lebih sehat dari yang selalu diceritakan Reno.

“Kenapa?” Suara Alkan masuk ke dalam pendengaran Farhan saat lelaki itu mulai memasuki kamar mereka.

Farhan menoleh lalu menggeleng pelan saat Alkan mengetahuinya sedang melamun, “Kangen Haidan aja.”

Alkan paham, bagaimana pun mereka sudah lama berteman, melewati banyak pengalaman bersama dan berbagi canda tawa bersama. Semua kenangan itu akan berputar ketika salah satunya merasa rindu. Seperti yang sedang dialami Farhan saat ini.

“Kalau kita ijin ke bunda liburan ini, boleh nggak, ya?” ucap Alkan lirih.

“Nggak bakalan boleh deh, kayaknya.” Farhan sudah sangat sering meminta untuk berlibur ke daerah tempat Haidan berada saat ini. Namun, sang bunda terus melarang dengan alasan mereka terlalu muda untuk menjalani perjalanan tanpa pengawasan saat ini.

Memang benar sih, tetapi mereka sudah terlampau rindu dengan sahabatnya. Mereka juga ingin menyampaikan kata-kata penyemangat bagi Haidan yang sedang berjuang disana.

***

Sore itu Haidan habiskan untuk bercerita panjang lebar kepada Farhan, entah apapun hal itu, sekecil apapun kejadiannya, Haidan ceritakan semua kepada Farhan yang menanggapinya dengan kekehan juga ejekan singkat.

Mereka sudah lama tidak berkomunikasi, alasannya Haidan saat ini sering sibuk menjalani pengobatan, Farhan paham.

Alhasil sekarang mereka menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berbincang melepas rindu.

“Barusan Jeje nangis,”

“Kenapa adek gue? Lo apain adek gue, heh!?”

“Nggak gue apa-apain, diganggu sama Mas Ino tuh. Kita berdua lagi enak tidur, idung gue dikasih ijuk sama dia.”

“HAHAHAHAHA KAN PERNAH GUE MASUKIN JUGA PAKE IJUK, KENA LAGI LO!” Haidan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita yang cukup lucu dari Farhan.

Dulu ia juga pernah melakukan hal serupa dengan yang dilakukan kakak kedua Farhan itu, memasukan hidungnya dengan sapu ijuk untuk menggangu dia tidur.

“Sialan lo! Nggak ada guna,”

“Santai dong bro,”

“Oiya, lo tau Susi nggak, Dan?”

“Susi siapa?”

“Guru besar yang gembrot trus suaranya cempreng ngalahin gue,”

“Nggak ada sopan, ya, lo. Body shaming anjrit. Dosa,”

“Ahahahaha lagian ngeselin sih, kemaren dia jatuh gegara gegayaan pake high heels,”

Haidan tekekeh dengan hebat, “Mampus lo Susi,”

“Dosa kita bagi dua, ya? Kita gibah mulu dari tadi,”

“Ya lo yang ngajakin, paok!”

“Iya deh iya,”

Mungkin seperti itu obrolan singkat yang dilakukan oleh Haidan dengan Farhan sore ini, benar-benar random, menceritakan hal apapun yang terlintas dibenak mereka masing-masing.

Farhan melakukan itu untuk mengalihkan perhatian Haidan saat ini, anak itu terus menceritakan tentang Janu yang membuatnya keadaan menjadi kembali sedih.

Maka dari itu, Farhan membuat Haidan seolah melupakan rasa sedihnya sejenak dengan ngobrol ngalor ngidul. Ia benar-benar membuat Haidan banyak tertawa hari itu juga.











































***
TBC
AYO FOLLOW DULU YGY
VOTE JANGAN LUPA JUGA YA

OIYA, KALIAN MAU BILANG APA KE

HAIDAN

JANU

JUNA

RENO

FARHAN

ANDRE

EYANG

TANTE NALA

DAN TOKOH LAINNYA

AYO KOMEN YA, RAMEIN

Continue Reading

You'll Also Like

74.9K 3.4K 64
❌NOT BxB❌ ❌NOT BL❌ Mereka itu HEBAT sekali, mereka bisa menyelamatkan ratusan bahkan ribuan nyawa orang lain. Tapi mereka belum tentu bisa menyelamat...
5.6M 377K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
13.7K 780 23
Ini hanya sebuah cerita pendek, berisikan seorang remaja penyandang disabilitas yang menginginkan kesempurnaan. "Cacat, tuli dan gila. Lo ngk pantes...
55.6K 4.8K 35
Belum direvisi. Rank #1 in problema (7-11-2019) Kisah si kembar tampan dengan kepribadian yang bertolak belakang. Keduanya bersekolah di SMA Bangsa. ...