Can You Find Me ? [COMPLETED]

Od farahpm_

65.6K 3.1K 45

[COMPLETED] *** Bercerita tentang seorang psikopat yang telah membunuh banyak orang dan menjadikan pembunuhan... Viac

a t t e n t i o n !
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX (end)
bonus chapter (01)

XVI

1.6K 92 0
Od farahpm_

Ethan College telah berjalan normal kembali. Kematian Kevin, Jacob, dan Eric belum juga terpecahkan. Tempat mereka duduk, sengaja tak ditempati siswa lain untuk mengenang mereka. Bunga-bunga masih berada di atas meja mereka.

Robert tak pernah lagi mencari keributan dengan Lucas. Begitu juga dengan Lucas yang hanya berdiam diri di tempat duduknya, membaca buku.

Jam menunjukkan pukul 15.15 yang menandakan waktunya pulang. Semua pelajaran pun telah selesai, mereka pun segera membereskan buku-buku untuk diletakkan di loker masing-masing. Barulah, mereka meninggalkan sekolah.

Tak terkecuali, Elena. Setelah meletakkan barang-barangnya di loker, ia pun meninggalkan sekolah dengan sopir pribadinya. Tapi, anehnya sopir pribadinya berbeda dari sebelumnya.

"Kemana sopir yang biasa mengantarku?" Tanya Elena kepada sopir baru itu setelah dirinya duduk manis di kursi penumpang.

"Maaf Nona, saya tak tau." Jawabnya sopan.

Elena sebenarnya tak begitu peduli, tapi biasanya Papanya akan menghubunginya jika mengganti sopir pribadinya. Namun, Elena membiarkannya. Mungkin, Papanya sangat sibuk hari ini.

Di perjalanan, Elena hanya melihat pemandangan kotanya yang begitu indah sore itu. Ia ingin segera sampai di rumah untuk membersihkan badannya.

Pintu gerbang rumah Elena terbuka secara otomatis. Mobilnya kemudian memasuki pekarangan rumahnya. Sebelum sampai di rumah, Elena disambut dengan pemandangan indah dari kebun milik Kakeknya itu.

Setelah mobil terparkir rapi, Elena pun turun dan shocked melihat pemandangan di depannya. Semua pengawalnya sedang sekarat dengan tubuh yang berlumuran darah. Halaman rumahnya yang asri dengan warna hijau, kini berubah menjadi warna merah pekat.

Elena mual melihat apa yang ada di hadapannya. Ia pun menoleh ke arah sopir tadi dan sopir itu pun segera mengikat tangan Elena ke belakang. Kemudian, mendorong sedikit tubuh Elena untuk berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Sesampainya di dalam rumah, bau anyir langsung menyerang hidung Elena. Ia melihat seluruh pelayan rumahnya mati dengan sangat mengenaskan. Ia muntah begitu saja karena tak bisa menahan bau yang sangat menyengat ini. Sopir tadi kemudian, memaksa Elena berlutut di lantai.

Tubuh Elena lemas melihat semua darah di sekelilingnya. Bahkan, ada sebuah kepala yang terpenggal di sana. Elena tak tau apa yang sedang terjadi. Ia hanya berharap ini semua adalah mimpi buruk. Ia tak bisa memikirkan apa pun selain alasan kenapa semua ini bisa terjadi dan.. dimana orang tuanya.

Seseorang menghidupkan seluruh lampu utama, membuat rumah itu kembali terang benderang. Semakin memperlihatkan semua orang yang mati, darah pekat yang mengalir, dan beberapa potongan tubuh tergeletak dimana-mana. Membuat Elena sekali lagi tak dapat menahan isi perutnya dan memuntahkannya begitu saja.

"Hai Elena." Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapannya bersama dengan kedua orang tuanya yang sedang duduk terikat di kursi.

"Mom, Dad?!!" Teriak Elena melihat orang tuanya yang juga sudah bersimbah darah. Mereka melihat Elena disela-sela sekaratnya mereka. Mereka terlihat sudah sangat lemas dan tak lagi bisa menggerakkan tubuhnya.

Elena lalu, melihat orang yang menyapanya tadi dan terkejut ketika melihat bahwa Dax yang ada di hadapannya.

"Kau-- APA YANG KAU LAKUKAN PADA KELUARGAKU BRENGSEK?!!" Teriak Elena tepat di wajah Dax dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Ssttt." Ucap Dax sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Elena. "Jangan meneriakiku Elena." Lanjut Dax sambil merapikan rambut Elena yang terlihat berantakan. Elena menggigit jari telunjuk Dax yang berada di depannya. Dax hanya terkekeh. Ia sangat sangat terlihat seperti orang yang tak waras.

"Gigitanmu membuatku semakin ingin memilikimu Elena." Ucap Dax sambil terkekeh melihat jari telunjuknya yang mengeluarkan darah.

"Apa yang kau lakukan?!!!" Teriaknya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengannya yang sudah ditali dengan kuat agar segera terlepas.

"Sudah kubilang jangan meneriakiku!" Bentak Dax sambil menampar pipi Elena membuat gadis itu semakin menangis.

"Aku hanya ingin menemuimu Elena." Ucap Dax sambil mengelus pipi Elena yang ia tampar tadi.

"Ini semua salahmu Elena. Karena kau telah berani menolakku." Ujar Dax lagi membuat Elena kembali terkejut.

"Apa? Apa ini karena aku tak mau menikah denganmu?" Ucap Elena lemas, tak percaya apa yang baru saja ia dengar. Dax hanya mengangguk sebagai tanda bahwa pernyataan Elena benar.

"Bagaimana? Apa kau ingin menyelamatkan orang tuamu?" Ujar Dax dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Elena bukannya terpesona, justru meringis jijik. Elena hanya menatap Dax dengan penuh kebencian.

"Syaratnya cukup mudah. Kau hanya perlu menikah denganku." Ucap Dax lagi. "Tapi, kalau kau menolak.. saat ini juga akan kupenggal leher orang tua mu dan mengeluarkan isi perutnya. Mulai dari usus, ginjal, hati, jan--"

"CUKUP!!!!!" Teriak Elena karena tak sanggup mendengar ucapan Dax yang begitu menjijikkan baginya.

"Elena.. jangan menikah dengannya." Ucap Jonathan, Papa Elena. Ucapannya terdengar seperti bisikan karena tubuhnya yang sudah tak bisa digerakkan lagi.

"Dengarkan Daddy mu sayang. Kita baik-baik saja. Selamatkan dirimu." Timpal Anna, Ibunya yang juga sudah sangat lemas.

Hati Elena semakin tersayat mendengar ucapan kedua orang tuanya. Bagaimana bisa ia menyelamatkan dirinya sendiri membiarkan orang tuanya yang akan dibunuh oleh seorang iblis tak berprasaan seperti Dax?

"Aku.."

"..mau menikahimu."

Ucap Elena yang hampir tidak terdengar. Dengan berat hati, ia mengucapkan itu. Mungkin, ini akan menjadi keputusan yang akan ia sesali seumur hidupnya. Namun, meninggalkan dan membiarkan orang tuanya mati di tangan Dax akan lebih ia sesali.

"Tidak, jangan Nak.." Ucap Jonathan tak percaya anak gadisnya mengorbankan kehidupannya demi dirinya.

"Tak apa Dad, Mom." Balas Elena sambil memaksakan senyuman terukir di wajahnya.

Dax tersenyum miring mendengar jawaban Elena. Ia lalu mendekati Elena dan memposisikan tubuhnya agar sejajar dengan Elena. Lalu, ia mengangkat dagu Elena dan menciumnya. Namun, Elena diam. Tak sudi membalasnya.

"Balas." Ucap Dax yang terdengar seperti memerintah. Tak ada yang bisa Elena lakukan, selain menuruti perintahnya untuk menyelamatkan orang tuanya.

Dax lalu melakukannya lagi dan Elena membalasnya dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Dax sangat agresif melakukannya, bahkan tak sengaja melukainya. Elena hampir tak bisa mengambil nafas karena Dax yang begitu kuat menyerangnya.

Dax kemudian melepaskannya dan mengusap darah yang keluar dari indra perasa Elena dengan ibu jarinya. Lalu, ia menjilat darah Elena yang menempel di ibu jarinya. Elena hanya bisa mengepalkan tangannya yang terikat dengan hatinya yang tak berhenti mengumpati Dax.

"Anak pintar." Ucap Dax sambil mengelus kepala Elena, lalu beranjak dari posisinya, menghampiri Jonathan dan Anna.

"Manis sekali darah anakmu." Bisik Dax kepada Jonathan yang sudah tak berdaya itu.

"Lihatlah Mr. Wilson, anakmu rela berkorban demi dirimu. Sekarang giliran kau yang berkorban." Ucap Dax dan memberikan isyarat kepada pelayannya yang sedari tadi berdiri di pojok ruangan. Pelayan itu lalu, memberikan sebuah dokumen kepada Dax. Dan Dax menyerahkannya kepada Jonathan.

"Sekarang tanda tangani ini dan kalian akan bebas." Ujar Dax. Jonathan hanya meliriknya seperti menanyakan apa isi dokumen itu. "Ah, maksudku bebas dari tali yang menjerat tangan kalian." Lanjutnya dan tiba-tiba terkekeh karena melihat ekspresi Jonathan.

"Ini kontrak kita. Kalau kalian melanggar, akan kupastikan kalian lenyap dari bumi ini tanpa jejak." Ancam Dax.

Kontrak itu berisikan tentang perjanjian keluarga Wilson selama berhubungan dengan Dax. Isi kontrak itu :
1. Semua pelayan rumahnya akan disediakan oleh Dax.
2. Jonathan dan Anna tak boleh memakai alat komunikasi apa pun.
3. Elena tinggal bersama Dax dan Dax berhak melakukan apa pun kepada 'istrinya'.
4. Semua keluarga Wilson harus mematuhi perintahnya.

"Ingat, kalau salah satu dari kalian melapor pada polisi, akan kujamin kalian takkan pernah melihat putri cantik kalian lagi. Yah.. walau kujamin takkan ada polisi yang mempercayai kalian." Ancam Dax lagi kepada Jonathan dan Anna. Mereka hanya bisa pasrah.

Kontrak itu hanya bisa diakhiri oleh Dax dan tentu saja.. dengan caranya.

Setelah menandatangai kontrak itu, Dax segera menyuruh semua kaki tangan, pelayan, dan anak buahnya membereskan kekacauan yang dibuatnya. Mulai dari membersihkan rumah, melenyapkan mayat para pelayan, dan melepaskan Jonathan dan Anna di kursi.

Dax lalu, membawa Elena pergi dari rumahnya menggunakan mobilnya. Elena tak tau apakah ia harus lega atau khawatir.

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

103K 3.4K 40
Y/N was a teenage introvert who enjoyed having her own space and being alone. She loved listening to music in her room, which was a great escape for...
30.2K 1.2K 10
A Genderbent Star vs the forces of evil fanfic: A young fourteen-year-old prince Moon Dragonfly becomes King when the Monster King's General Toffee m...
56.6K 1.9K 25
"They slipped briskly into an intimacy from which they never recovered." [F. Scott Fitzgerald] "Do you hate him? For what he did?" Despite wanting t...