LI(E)AR | 00 Line ✓

By ALO-EVERA

479K 151K 101K

Bohong? Itu biasa terjadi. Tapi, kalau pembohongnya banyak? Wah, itu sih beda lagi. More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Epilog
Penjelasan

16

9.7K 3.5K 2.3K
By ALO-EVERA

Malamnya, Jihoon tidak bisa tidur. Matanya yang mirip panda semakin mirip seperti panda. Kejadian di rumah Yoshi tadi siang sangat diluar nalar, menyeramkan namun meninggalkan tanda tanya di kepala.

Sepasang tangan yang menahannya tadi tidak asing, maksudnya bentuk tangannya.

Selain tangan, ada satu hal lagi yang membuatnya terkejut sampai ingin teriak saking takutnya.

Dari dalam cahaya tersebut, terdengar suara minta tolong, terdengar lirih namun masih dapat didengar. Setelah itu sepasang tangan tersebut melepaskan genggamannya, disaat itulah Jihoon lari ke rumahnya.

Dia tidak perlu khawatir Yoshi mengetahui kehadirannya, jendela sudah ditutup kembali kok.

Ayolah, ini malam minggu. Jihoon ingin menikmati waktu me timenya tanpa memikirkan hal-hal seperti itu. Dia yang sudah kesulitan menjadi tambah kesulitan karenanya.

Pusing...

"Daripada mikirin itu, gue mending mikirin dimana Jisung. Gak salah lagi, pasti dia pilih gak muncul. Kecurigaan gue gak bakal salah, Jisung jelas tau sesuatu."

Di chapter sebelumnya sempat dibilang kalau Jisung punya banyak musuh. Salah satunya adalah Jihoon.

Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa satu circle dengan Jisung sebelum terpecah. Padahal di awal dia menolak keras ajakan Jeno dan Jaemin, tapi lama-lama dia biasa saja walaupun sering bertengkar.

Masalah di antara mereka berdua bukanlah masalah kecil, Jihoon benci mengingatnya.

Saat kelas tiga smp, Jisung pernah berbuat curang di pertandingan basket. Jihoon yang berada di tim lawan dan lebih unggul dibuat cedera serius dan hampir mati karena pendarahan di kepala.

Orang itu licik, Jihoon benci sekali padanya. Bukankah Jisung lebih baik mati?

























































































Jeno, Haechan, dan Renjun bermalam mingguan di taman kota. Banyak orang berlalu lalang dan bersenda gurau menikmati waktu libur mereka. Kalau mereka sih karena tak sengaja bertemu lalu memutuskan untuk duduk bersama di bangku taman.

Haechan menatap Renjun dari kepala sampai kaki, biasanya orang ini terlihat mencurigakan, sekarang malah terlihat seperti orang baik.

Bagaimana Haechan tidak berpikir seperti itu, pakaian Renjun seperti ingin berkencan dengan seorang wanita, dia juga membawa gitar.

Renjun mau mengamen?

"Kalian berdua kenapa kesini?" Tanya Renjun memecah situasi canggung.

"Gue disuruh beli makanan sama adek, kebetulan rumah gue deket sini dan disini banyak stand," jawab Haechan mengangkat plastik berisi sotang, burger, dan lima bungkus mie jeruk nilo.

"Kalau lo, Jen?"

"Gue bosen di rumah," jawab Jeno singkat. "Lo sendiri kenapa disini?"

Renjun menoleh ke arah lain, tangannya menunjuk ke arah gerombolan anak kecil berpakaian lusuh berlarian ke arahnya.

"Setiap malam minggu gue kesini, gue main gitar dan nyanyi untuk hibur mereka." Renjun menghela nafas. "Setiap liat mereka, gue selalu inget adik gue yang udah gak ada. Terakhir kali adik gue dalam kondisi kayak mereka, karena itu gue mau hibur mereka sebagai permintaan maaf karena gue gak bisa jaga adik gue dengan baik."

"Oh, begitu..."

"Kakak Lenjun! Kita nungguin kakak dali tadi, kita pikil kakak ndak dateng!" Seru salah satu dari anak-anak tersebut, dia cadel namun menggemaskan.

"Kakak dateng kok, tadi agak macet di jalan," balas Renjun lembut. "Nah, mau dinyanyiin lagu apa?"

"Goyang dombret dong, Njun," celetuk Haechan.

"Diem."

Haechan mengatupkan bibirnya karena tatapan Renjun begitu tajam. Tadi berbicara panjang lebar dengan nada biasa, barusan dingin dan singkat. Dasar Renjun.

"Kakak namanya siapa? Ganteng sekali, nama aku Blythe!" Kata anak perempuan cadel tadi kepada Jeno.

Jeno tersenyum manis sampai kedua matanya menyipit. "Nama kakak Jeno."

"Wah, mata kakak kayak bulan. Aku suka bulan, aku juga suka kakak."

"Etdah, bocil jago amat ngalusnya," dumel Haechan dalam hati.

"Kamu gak mau kenalan sama kakak ganteng yang satu ini?" Tanyanya kemudian.

Blythe menggeleng. "Gak mau, kakak serem."

"Pft, hahahaha!" Tawa Jeno pecah. Aduh, perutnya sampai sakit karena tertawa.

"Loh, serem dari mana?!" Protes Haechan.

Mata Blythe mengerjap polos, menunjuk ke saku jaket Haechan. "Itu di benda yang kakak bawa ada darahnya, kakak habis jatuh ya? Hati-hati kak, nanti kakak sakit."

Renjun dan Jeno sontak mengalihkan pandangan mereka ke saku jaket Haechan sesuai petunjuk Blythe.

"Chan... lo ngapain bawa gunting dan ada darahnya gitu?"
































































Yoonbin
|kenapa chat gue
jam segini, Jin?

Gue mau tanya|
Lo kenal yang nama|
nya Seunghwan?

Yoonbin
|kayaknya kenal,
kalau gak salah
dia satu kampus
sama gue
|emang kenapa?

Dia suka tau rahasia|
orang lain?

Yoonbin
|dari pengalaman gue...
iya
|gak cuma temen-temen
deketnya, dia tau rahasia
satu kampus
|makanya banyak yang
segan sama dia karena
gak mau rahasianya di
bongkar

Dia tau dari mana?|

Yoonbin
|gak ada yang tau

Bisa ketemuan? Biar|
lebih enak bahasnya

Yoonbin
|gak bisa, ada yang
harus gue urus.
|gue ada di tempat
yang jauh

Gue penasaran, lo itu|
sebenernya kemana?
Lo menghilang tiba-tiba|
tanpa kabar

Yoonbin
|lo gak perlu tau
|cukup urus diri
lo sendiri, Jin
|gue sibuk, sorry

Oke...|


Hyunjin penasaran. Yoonbin sebenarnya ada dimana sih? Dia menghilang lalu muncul saat Felix kecelakaan. Anehnya, dari typingnya tadi terlihat bahwa Yoonbin seperti baru mengenal dirinya. Padahal kan mereka pernah bertemu.

"Tau ah. Ini si Jisung kemana coba? Seharian gak keliatan, tumben. Apa dia gak mau ketemu gue karena gue bunuh Seungmin? Gak mungkin."

Daripada pusing di rumah, lebih baik dia keluar mencari angin segar. Malam minggu adalah malam yang pas untuk keluar rumah, kecuali kaum rebahan seperti aku.

Hayo, siapa yang setiap malam minggu selalu di rumah?

Hyunjin hanya memakai kaos hitam polos dan celana jeans selutut serta sendal selop. Dia ingin berkeliling komplek sebentar, buat apa berpakaian rapi? Kotor kotorin baju saja.

Angin malam itu menyejukkan, terkadang seram sih...

Jalan sepi, lampu remang-remang, berdiri sendiri disini, tak membawa apapun selain ponsel, Hyunjin jadi takut.

Dia merasa diikuti seseorang, karena itu dia berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Berpura-pura tidak tahu dia lakukan untuk mencegah kemungkinan terburuk bilang menoleh ke belakang. Setidaknya si penguntit tidak tahu kalau Hyunjin menyadari keberadaannya.

Namun, Hyunjin tak bisa diam saja. Dia ambil langkah selanjutnya, berlari. Orang yang mengikutinya langsung mengejarnya!

Kenapa malam minggunya menyeramkan seperti ini sih? Kalau yang mengejar wanita cantik yang ingin meminta nomor ponselnya sih tidak apa-apa. Tapi kalau orang itu berbahaya? Duh, jangan sampai deh.

Dugh!

"ADUH!"

"Astaga, lo ngapain lari malem-malem begini?!"

Sial, bukannya berhasil lolos malah menabrak orang. Hyunjin mengusap-usap kakinya yang berbunyi kretek saat jatuh, sakit...

"Bin, lo ngapain disini?" Tanya Hyunjin balik.

Soobin menatap Hyunjin dengan pandangan aneh. "Ini kan jalan ke rumah gue, seharusnya gue yang tanya begitu ke lo. Lo ngapain disini? Pucet amat tuh muka."

Syukurlah ada Soobin disini, orang yang mengejarnya tadi tidak ada lagi. Hyunjin lega, dia aman.

"Gak apa-apa, tadi gue liat hantu."

"Jangan bikin gue takut."

"I-iya. Lo habis dari mana?"

"Rumah Sanha, ada Eric juga."

Loh, sejak kapan mereka bertiga dekat kembali? Mereka kan berbeda kubu setelah kecelakaan Bomin. Apa mereka sudah baikan?

"Kita gak peduli mau dicap pengkhianat sama kubu sendiri, gue capek musuhan," ucap Soobin menjawab rasa heran Hyunjin. "Kita itu bermasalah, kita harus selesaiin itu. Bukan berantem dan gak merasa, ini masalah serius."

"Gue tau, Bin. Tapi maaf, gue gak mau baikan sama kubu lo."

"Hyunjin-"

"Hati-hati di jalan, gue balik dulu."

Soobin menatap kepergian Hyunjin dengan tatapan yang sulit diartikan, perkataan seseorang muncul di kepalanya.

"Kyu, apa yang pernah lo omongin ke gue kayaknya bener. Hyunjin punya topeng yang jauh berbeda dari yang lain. Gue harus gimana?"













































































Di dalam ruangan berpencahayaan minim, seseorang menghela nafas karena temannya tak kunjung menyelesaikan masalahnya. Dia tahu semuanya, hanya saja dia diam.

"Masa iya gue ikut campur? Hhh, lagi-lagi gue menentang takdir... untung gak terjadi apa-apa sama gue. Pasti kalau gue muncul bakal banyak yang salah paham nih, mending nanti dulu deh."

Continue Reading

You'll Also Like

The Phone 3 | TXT ✓ By MAYA

Mystery / Thriller

760K 201K 29
❝Teror akan segera berakhir.❞
58.4K 9.7K 10
Brothers night goes wrong tonight. Oh wait, what is it? m/t/h written by Penguanlin, 2019.
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
33.8K 7.3K 26
Ketika permainan yang biasa dimainkan anak-anak menjadi ajal bagimu. Temukan yang bersembunyi lalu bunuh dia jika kau masih ingin hidup. "Ini bukan p...