High School

By hocoiar

98.6K 4.9K 269

[ON HOLD] [Bahasa Indonesia] Audriella Pringgodani baru saja pindah ke Amerika. Semua serba baru baginya. Di... More

2: First Impression
3: Girls
4: Meet Tyler
5: Aunty Risa's Job
6: What the...
7: The Jocks
8: Chillin with the homies
9: So that is
10: Call from INA
11: Strange
12: Gotcha
13: Perfection
14: Sorry not sorry
15: Squad
16: Embrassing
17: Watch out
Gross
Payback is a bitch
Serve you right
That Girl Can Dance
Hate is Such a Strong Word
Feels Like Hell
I'm here
I Still Owe You
Fit In
Frienemy
Halloween, Hello-twins?
wow
goodbye (for now)

1: My (new) Family

13.4K 345 16
By hocoiar

Audriella's POV


"Vanila Latte, tambah satu shot ya." 

Walau sudah memesan, Audriella masih memandangi daftar menu yang ada di tangannya. Matanya terpancing saat melihat gambar-gambar makanan yang nampaknya menggoda selera. Walau perutnya menolak tetapi hatinya tak kuat menghadapi makanan lezat. Ia pun memutuskan untuk memesan makanan tambahan. "Permisi, aku tambah pancake dan risolles."

"Pancake dengan sirup atau es krim?"

"Es krim."

"Okay, miss. I'll be right back." Waiter yang melayaninya pun pergi. Sepeninggalan waiter tersebut Audrie menelaah pemandangan seisi cafe. Cafe bernuansa modern ini terkesan cozy dengan dominan warna pastel dan ia menyukainya.

Ia memandang ke luar jendela besar yang menghadap langsung ke jalan raya. Di sisi-sisi jalan dapat terlihat banyak orang yang sibuk berlalu-lalang. Itu adalah hal yang wajar bila mengingat bahwa hari ini adalah hari Senin dimana pasti semua orang melakukan kegiatannya di hari ini.

"Here, Missy."

Audrie tersenyum senang saat waiter mengantarkan pesanannya. "Thank you."

"You're welcome, miss." ujar waiter itu sebelum meninggalkan Audrie. 

Mata Audrie berbinar saat melihat makanan yang sudah ada di hadapannya. Tanpa menunggu lebih lama ia pun langsung mencoba rissoles yang ia pesan. Kemudian  ia pun lanjut memakan pancakenya. "For God sake, this is so delicious." batinnya sambil sibuk mengunyah. Makanan manis memang tak pernah gagal membuat dirinya senang. Audrie merasa terhibur dengan makanan kesukaannya, dan hal itu cukup untuk membuatnya lupa tentang segala hal yang terjadi padanya hari ini.

Hari ini adalah hari pertamanya di Amerika dan dirinya baru saja tiba beberapa jam yang lalu. Ia seharusnya pergi ke rumah om-nya terlebih dahulu namun mengingat bahwa itu bukanlah rumahnya, ia mengurungkan niat untuk ke sana. Masih dengan jet lag ,ia memutuskan untuk mengisi perutnya yang keroncongan dan cafe inilah yang menjadi tempat destinasinya.


Uncle Jo is calling...


Karena di-silent Audrie menyadari ada panggilan masuk dari cahaya di layar ponselnya. Setelah membaca nama yang tertera di sana ia segera menerima panggilan tersebut. "Hai, uncle Jo."

"Hi sweety!" ucap suara dari sebrang sana. "Kau dimana? Kami sudah menunggumu."

"Aku lapar, aku sedang berada di sebuah cafe."

"Yaampun, kau bisa makan di rumah kan. Yasudah cepatlah ke rumah, kami menantimu. Bye sweety!"

"Bye, uncle." kata Audrie. Begitu sambungan terputus ia menghela nafas dan menaruh ponselnya kembali ke meja. Ia dengan cepat menghabiskan makanannya dan segera membayar lalu membereskan barangnya dan segera keluar.


Dengan dua koper di tangan serta sebuah tas selempang Audrie menunggu taksi yang lewat. Untung tidak perlu waktu lama baginya mendapat taksi yang belum berpenumpang. Ia memberikan secarik kertas berisi alamat rumah pamannya kepada supir taksi dan mereka pun langsung menuju ke kawasan Beverly Hills.

Dari kaca jendela, Audrie menikmati pemandangan sepanjang jalan raya yang baru baginya. Selama beberapa menit perjalanan taksi pun akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang dari luar terlihat seperti penthouse. Ia turun dari taksi dan langsung membayar tarif saat supir taksi itu menurunkan koper-kopernya dari bagasi. Begitu taksi itu pergi Audrie menghela nafas dan segera berjalan mendekati rumah tersebut sambil menggeret kopernya di kedua tangan.

Baru saja ia memencet bel, dua detik kemudian pintu itu sudah terbuka lebar dan terlihat pamannya sudah berada di sana dengan senyum lebarnya. "Sweety! Akhirnya kau datang juga!" Pamannya itu langsung memeluknya dan Audrie hanya tersenyum membalas pelukan tubuh besar di hadapannya itu. "Hey, uncle Jo. Merindukanku?"

"Sangat!" Uncle Jo melepaskan pelukannya melihat Audriella dari atas hingga ke bawah. Ia tersenyum sambil menggeleng-geleng. "Kau cantik seperti ibumu, nak." pujinya. "Ayo masuk."

Audrie masuk mengikuti pamannya yang tengah membawakan kopernya. "Honey," panggil pamannya itu. "Audrie sudah datang sayang cepat kemari."

"Oh, oh, tunggu sebentar." jawab sesosok suara yang dipanggil 'honey' itu. Tak lama seorang wanita berwajah cantik datang dengan senyum ramah menghiasi wajahnya. "Akhirnya kau datang juga, Audriella."

"Hai." Audrie membalas senyuman itu. "Panggil aku Audrie saja, aunt...?"

"Aunty Risa. Kau bisa memanggilku Risa saja sayang."

"Eh, oke. Ehm, Aunty Risa." Audriella tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia masih belum terbiasa bila harus memanggil orang tanpa menggunakan embel apa pun. Disini memang biasa memanggil nama langsung, namun rasanya Audrie masih canggung untuk memanggil orang yang lebih tua hanya dengan namanya saja.

Tantenya itu menuntunnya dengan ekspresi senang. Wanita yang tampak masih muda itu sangat cantik mengenakan dress selutut bercorak floral. "Senang sekali rasanya aku merasa seperti memiliki anak perempuan. Welcome home, Audrie." katanya masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Aunty Risa menuntunnya menuju lantai dua. "Ayo kuantar menuju kamarmu. Aku sudah mengaturnya sedemikiam rupa, semoga kau suka."

Diterima baik seperti ini membuat Audrie merasa nyaman. Setidaknya ia tidak merasa canggung disini. Ia harap ia pun akan betah tinggal dengan keluarga barunya disini.



**********



Michael's POV


"Aku pulang." seru Michael sambil membuka sepatunya dan menggantinya dengan sendal rumah. "Hey, mom." Tidak biasanya ibunya itu tidak menjawabnya. Ia mendengar gemerisik di dapur dan ia pun memutuskan untuk kesana.

Jika biasanya yang ia lihat berdiri di dapur adalah ibunya, kini ia melihat sosok asing yang sama sekali belum pernah ia lihat. Perempuan yang mengenakan T-shirt putih kebesaran serta short pants berwarna hijau neon itu menoleh padanya dengan mata melebar. Michael dapat melihat mata berwarna gelap itu memandangnya dengan kaget bercampur heran. Michael pun sama herannya, bagaimana bisa perempuan ini di rumahnya dan siapa pula dia berada di sini di saat orang tuanya tidak ada?

Perempuan itu bertubuh kurus dengan kulit kecoklatannya yang eksotis serta rambut hitamnya yang berukuran medium, tidak panjang namun tidak pendek juga. Michael menyadari bahwa perempuan itu pun memerhatikan dirinya juga. Ia berdeham dan berusaha menemukan suaranya. "Kau siapa?" tanyanya.

"Audrie." jawab perempuan tersebut. Belum sempat Michael bertanya lagi, terdengar suara mobil terparkir di luar rumah dan tak lama pintu rumahnya terbuka.

"Mike, kau sudah pulang?"

"Mom," Michael menghampiri ibunya yang baru saja memasuki rumah bersama ayahnya. "siapa yang berada di dapur?"

"Oh kau sudah bertemu dengannya?" Ibunya itu menuju dapur dengan belanjaan di kedua tangannya. Michael membantunya membawa satu yang terlihat berat dan mengikuti ibunya. Ia menaruh belanjaan itu di meja dan kembali menatap ibunya yang kini tengah berbicara dengan perempuan tak dikenal itu.

"Aunty, kau sudah pulang rupanya."

"Ya." Ibunya itu tersenyum kepada perempuan itu lalu menoleh kepadanya dan mengisyaratkannya untuk mendekat. "Audrie, ini anakku. Dia setahun di bawahmu. Namanya Mike." Ibunya kini berganti menoleh ke arahnya. "Mike, ini Audrie. Ingat saat ayahmu memberitahu bahwa anak sepupunya dari Indonesia akan tinggal disini?"

Michael mengangguk.

"Nah, Audrie adalah anak sepupunya itu."

Michael menoleh ke arah perempuan itu. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman yang dibalas oleh perempuan itu dengan jabatan tangan yang tegas. "Mike." ucapnya memperkenalkan diri. 

"Audrie." kata perempuan itu sambil tersenyum tipis.

Ternyata bukan hanya fisik perempuan itu yang seperti anak kecil, tetapi suaranya juga. Ia heran bagaimana bisa perempuan seperti ini ternyata setahun lebih tua darinya.

"Hey, kid." Ayahnya datang lalu merangkulnya. "Kau sudah bertemu dengan Audrie rupanya."

"Hai Dad. Ya, kami sudah berkenalan."

"Mulai hari ini dia adalah kakakmu. Dia bagian dari kita sekarang." Ayahnya itu tersenyum dan merangkul Audrie. "Dia anggota keluarga baru kita."

Tanpa mengatakan apa pun Michael mengangguk. "Keluarga baru? Sepertinya tidak buruk." batinnya dalam hati.


---

Hai semuaa!!

Lama ga ketemu yahh akhirnya aku mutusin untuk edit High School dari awal.

Yang lupa sama alur cerita ini (karna kuterlalu lama ga update), kalian bisa baca dari awal.

Sampai jumpa semuaaaa selamat membaca.


Love,

Rai

Continue Reading

You'll Also Like

393K 31.8K 41
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
435K 45K 47
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
3.3M 272K 46
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...