eja [ ✓ ]

By faluvous

29K 9K 2.7K

❝Seperti ejaan yang tak pernah terucap.❞ Baskaranya telah hilang, digantikan dengan tangis sedu tak terhenti... More

Disclaimer
Prolog
[1] Nenek Pergi
[2] Apa Dia Menyesal?
[3] Tahun Kesendirian
[4] Jendela Kamar
[5] Welcome Jogja
[6] Ditinggal?
[7] Nggak Jadi Pulang
[8] Kembali
[9] Sendiri lagi
[10] Memori
[11] Menyelusup
[12] Menyiksa
[13] Rahasia
[14] Orang Baru
[15] Terungkap
[16] Hei, Ini Haidan
[17] Waktu Bersama
[18] Perdebatan
[19] Pamit
[20] Pindahan
[21] Tujuan Januar
[22] Pertemuan
[23] Kenyataan
[24] Ayo, Mulai Saling Mengenal
[25] Lagi
[26] Manusia Kuat
[28] Cara Haidan
[29] Ayah Kangen
[30] Keanehan Haidan
[31] Hai Bunda
[32] Kunjungan Lea
[33] Reno Jagat Bramantyo
[34] Empat Pemain
[35] Panik
[36] Duka
[37] Duduk Berdua Bersama Janu
[38] Haidan Suka Ini
[39] Mereka Semua Ada Disini
[40] Pisah Kembali
[41] Kabur
[42] Perihal Senja
[43] Tulisan Haidan
[44] Kebohongan Andre
[45] Cerita
[46] Pesawat Kertas
BREAKING NEWS
PRE ORDER

[27] Jangan Lemah!

346 90 38
By faluvous

Happy Reading

Haidan ingat jika terakhir ia pergi ke sekolah adalah tiga hari yang lalu. Dan saat ia kembali ke tempat mencari ilmu sekarang, lingkungan sekolahnya nampak beda. Seperti sudah ditinggal selama setahun lebih.

Teman-temannya masih sama, memandang tak suka kepada dirinya. Dan Haidan tidak pernah mempermasalahkan itu semua. Ia hanya ingin kembali duduk di bangku kantin dengan bakso uleg yang sangat menggoda buatan Mang Iyang.

Teman sekelasnya seperti terkejut saat melihatnya kembali ke sekolah dengan keadaan sekarang. Pasti mereka kembali berbicara yang tidak-tidak tentangnya kemarin.

Haidan duduk di bangku yang sudah ditunjukkan oleh Juna kepadanya. Tempat duduknya yang berpindah setiap hari.

Hari ini lelaki itu dapat tempat duduk nomor dua dari belakang, dan sebelah kanannya adalah Lea, lagi.

Entah cara perputarannya seperti apa, yang jelas Haidan merasa senang bisa melihat gadis itu kembali dengan wajah ketus khas miliknya.

Setelah meletakkan tas ransel berwarna khaki tersebut, Lea kembali keluar kelas diikuti dua temannya yang mengekor. Tanpa melirik ke arah Haidan yang sejak tadi sudah menatapnya intens.

Haidan menyandarkan tubuhnya pada sandaran bangku, mengeluarkan ponselnya seperti hari hari biasa. Juna belum datang, dan ia malas berjalan menuju kelas Reno untuk mengajaknya ke kantin. Jadi, lebih baik duduk diam saja di dalam kelas dengan ponselnya.

Juna tiba-tiba datang menghantam tubuhnya hingga tumbang ke lantai. Pantatnya beradu dengan kerasnya lantai.

"SETAN!" pekiknya keras ketika jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya.

Mengelus dadanya dengan menetralkan degup jantungnya yang ia lakukan saat ini, menghiraukan rasa sakit pada pantatnya.

Menoleh lalu menatap tajam Juna yang memandangnya dengan wajah tanpa dosa, menyengir memperlihatkan dua jari ke hadapan Haidan. Sebagai tanda permintaan maaf.

"Ngapain, sih?!" ketus Haidan kembali ke atas bangkunya. Menatap tajam lelaki yang saat ini ada dihadapannya.

"Nggak papa," jawab Juna singkat, berlalu meninggalkan Haidan dan duduk di bangkunya.

Haidan sontak menyumpah serapahi Juna dengan seluruh nama kebun binatang karena sifatnya yang sungguh tergolong aneh saat ini.

"Gue sumpahin lo tambah pendek," ancam Haidan yang didengar oleh Juna.

Lelaki itu menoleh lalu menatap tajam Haidan, "Maksud lo?"

"Lo yang kenapa? Dateng segala ngagetin, kayak jelangkung." bela Haidan.

Juna memutar bola matanya malas, memang salahnya yang datang dengan tiba-tiba lalu mendorong tubuh Haidan hingga dia jatuh ke lantai.

Sebenarnya, Juna hanya exited melihat Haidan kembali ke sekolah, tidak tahukah dirinya rindu dengan sosok berisik itu? Hanya saja, Juna tidak ingin menunjukkan bahwa dirinya rindu akan sosok Haidan, bisa-bisa dirinya menjadi bahan ejekan lelaki itu sebulan penuh jika mengatakannya.

Setiap kali Juna dan Janu datang mengunjungi Haidan tiga hari kemarin, lelaki itu tengah tertidur dan tidak bisa dibangunkan. Mereka hanya bisa memandang wajah pucat Haidan tanpa bisa bercanda gurau seperti hari biasanya. Dan Juna merindukan segala tingkah usil atau kata-kata Haidan yang mampu memancing amarahnya.

---

Haidan nampak bersemangat sekali menemui jam istirahat, ketika bel tersebut berbunyi, ia langsung berlari keluar kelas untuk menuju kantin, diikuti oleh Juna tentunya.

Sudah nyaman berada di bangku kantin kosong yang bisa ditampung oleh empat orang itu, Haidan lantas langsung memesan makanan yang suda ia idamkan sedari kemarin. Bakso uleg Mang Iyang, seperti yang dikatakan tadi.

Reno dan Janu menyusul ketika melihat Juna dan Haidan sedang menunggu pesanan mereka dengan berdempetan bersama siswa lain yang juga menunggu makanan pesanan mereka.

Haidan mendesak, berusaha menyogok Mang Iyang agar segera membuatkan pesanan miliknya.

"Mang Iyang nggak kangen sama aku? Kalo nggak, ya nggak papa. Sayangnya aku kangen sama baksonya, bisa buatin punya aku dulu?" Haidan berkata dengan wajah yang dibuat manis walaupun terlihat menjengkelkan.

"Bentar-bentar!" Mang Iyang sepertinya sangat kesusahan menerima pesanan demi pesanan yang diserukan beberapa murid di sekitarnya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya semangkuk bakso dengan banyak bubuk cabai itu tersaji. Terlihat sangat menggoda hingga Haidan hanya menatapnya sedari tadi.

"Dimakan dong dodol! Malah diliatin doang." ujar Janu geram melihat Haidan yang hanya memandangi mangkuk dihadapannya.

Haidan mendongak, "Harus pake strategi dulu buat motongnya, dikasih kecap ato nggak, nusuknya di sebelah mana."

"Nggak ada strategi makan bakso, kutil anoa." Juna sudah emosi mendengar jawaban yang keluar dari mulut lelaki disampingnya.

"Ya itu kan buat lo, buat gue harus ada." Haidan berdecak, mencoba membela diri dengan berbagai celetukan aneh yang keluar terus menerus dari bibirnya.

"Tinggal makan aja susah," ketus Reno yang ikut kesal dengan perdebatan Haidan dengan Juna.

"Keburu jam istirahatnya habis." tambah Janu menengahi.

Haidan menghela nafas, lalu mengambil garpu serta sendok dihadapannya untuk memulai makan semangkuk bakso menggoda dihadapannya.

Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi segala tingkah aneh dari Haidan. Seperti tiga orang yang melihatnya dengan tatapan nanar dan geleng-geleng kepala heran. Haidan selalu menjadi yang berbeda dari kebanyakan orang.

---

Jam istirahat kedua yang diisi dengan sholat dzuhur dan sedikit waktu untuk makan kembali menemuinya. Namun, saat ini Haidan sedang tidak ingin makan, perutnya tiba-tiba saja sakit saat pelajaran tadi, karena kebanyakan menambah bubuk cabai dibaksonya tadi mungkin.

Entah, yang penting sekarang ia bisa menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Perutnya hanya terasa panas, bukan tanda-tanda ingin buang air.

Setelah beres dengan buang air yang terasa begitu melegakan, Haidan keluar kaman mandi lalu mencuci mukanya. Akan sangat menyegarkan jika dirinya membasuh mukanya dengan banyak air sejuk saat ini.

Namun, tiba-tiba saja saat ia enak membasuh wajahnya, ada satu cairan yang ikut mengalir mengikuti air yang berebut keluar dari lubang wastafel.

Keningnya mengernyit bingung, lantas lelaki itu mendongak guna melihat wajahnya pada cermin dihadapannya.

Mimisan, lagi.

Haidan harus bersabar dan tidak marah ketika cairan itu terus saja mendesak keluar tanpa ijin dan tidak tahu waktu.

Ia terus mencoba menyumpal hidungnya dengan beberapa tisu dan mendongakkan kepalanya agar darah itu berhenti mengalir mengotori seragamnya yang sudah terkena sedikit noda merah tersebut.

Untung saja darahnya bisa berhenti mengalir ketika pintu kamar mandi dibuka oleh seseorang, Haidan jadi tidak ketahuan karena barusan ia berdarah hebat.

Segera ia membuang tisu-tisu bekasnya untuk dimasukkan ke dalam tempat sampah yang tersedia disana.

Membersihkan seragam putihnya yang sedikit terkena noda merah tersebut dengan air mengalir lalu keluar dengan keadaan seperti sebelumnya. Ia kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa tadi.

Saat ia berjalan menuju koridor kelasnya, lelaki itu kembali melihat pemandangan tak senonoh yang dilakukan oleh Lea, lagi.

Gadis itu terlihat tengah melampiaskan amarahnya kepada seorang gadis yang keadaannya jauh dari baik-baik saja. Rambut yang lepek dan tergerai berantakan, seragam kotor dengan tanah dan menangis menunduk.

Haidan mendekatinya, menarik lengan Lea agar tidak melakukan hal lebih melihat gadis yang menjadi sasarannya sudah sangat berantakan.

Walaupun Lea selalu memberontak, Haidan terus menariknya hingga ke belakang sekolah yang sepi. Menghempaskan tangan gadis itu dengan kasar dan nafas memburu.

"Lo apa-apaan sih?!" pekik Lea merasa tambah emosi.

"Lo yang apa-apaan?" balas Haidan dengan nada datar.

Lea menatap tajam mata Haidan, begitupun sebaliknya.

Haidan tahu jika Lea sebenarnya sedang merasa tidak baik-baik saja, terlihat dengan jelas pada bola mata gadis itu yang mengatakan jika dirinya sedang ingin menangis.

Lalu tanpa permisi air mata yang sudah Lea tahan sejak tadi, mengalir begitu saja membasahi pipinya. Membuat Haidan semakin yakin jika Lea saat ini sedang dalam masa terpuruknya.

"Le,"

"Lo bener, Dan. Gue nggak bisa kelihatan baik-baik aja dihadapan lo, gue nggak bisa bohong sama lo." selanya.

Haidan seketika tersenyum, menghapus jejak air mata yang masih mengalir dipipi sangat gadis.

"Jangan lemah, dunia emang kejam sama lo. Tapi, percaya aja sama rencana Tuhan yang pasti bakalan bikin lo bahagia. Bukan sekarang memang, tapi pasti."

"Cari tempat pelampiasan lain, ya?"

"Gimana?"

"Ikut cara gue,"

"Apa?"

"Berdamai sama keadaan, terima kenyataan yang ada. Jangan nyalahin Tuhan dan takdir."















***
TBC
FOLLOW AKUN IG :
@FAHRRAHAYU
@FFALUVOUS

TETAP TINGGALKAN JEJAK

Continue Reading

You'll Also Like

PAINFUL ✅ By Eky Tama

General Fiction

252K 22.6K 50
Amazing cover by @ramviari Elang Wiranata. Cowok tampan, si penderita Alzheimeir yang hidupnya selalu bergantung dengan obat-obatan sebagai penopang...
SAHASIKA By kuninggg

Teen Fiction

24.7K 1.4K 53
"Tempatmu pulang adalah tempat dimana ada orang yang merindukanmu" Entah mengapa, Rido selalu mengingat kata- kata itu. Kata yang didengarnya dari fi...
60.1K 2.6K 32
(PROSES REVISI) "Geo rela melakukan apapun itu supaya bunda dan ayah kembali sayang dan perhatian lagi seperti dulu.." "bodoh." "Tidak perlu, pergi k...
15K 831 41
Kenapa prinsip hidup sebagian orang begitu bodoh? Menyembunyikan semuanya tanpa ingin ada orang lain yang mengetahui, bukankah itu akan semakin menyi...