ARTERI (A1- ARKA)

By kejoraaworld

12.8K 2K 1.4K

[Jaeden Martell FanFiction] Kehidupan SMA menyenangkan Caleya Stephanie Faraish sirna setelah cowok bernama... More

Prolog
Fase Satu
Fase Dua
Fase Tiga
Fase Empat
Fase Lima
Fase Enam
Fase Tujuh
Fase Delapan
Fase Sembilan
Fase Sepuluh
Fase Sebelas
Fase Duabelas
Fase Tigabelas
Fase Empatbelas
Fase Limabelas
Fase Enambelas
Fase Tujuhbelas
Fase Delapanbelas
Fase Sembilanbelas
Fase Duapuluh
Fase Duapuluhsatu
Fase Duapuluhdua
Fase Duapuluhtiga
Fase Duapuluhempat
Fase Duapuluhlima
Fase Duapuluhenam
Fase Duapuluhtujuh
Fase Duapuluhdelapan
Fase Duapuluhsembilan
Fase Tigapuluh
Fase Tigapuluhsatu
Fase Tigapuluhdua
Fase Tigapuluhtiga
Fase Tigapuluhempat
Fase Tigapuluhlima
Fase Tigapuluhtujuh
Fase Tigapuluh delapan
Fase Tigapuluhsembilan
Fase Empatpuluh
Fase Empatpuluh satu
Fase Empatpuluh dua
Fase Empatpuluh tiga
Fase Empatpuluh empat
Fase Empatpuluh lima
Fase Empatpuluh enam
Fase Empatpuluh tujuh
Fase empatpuluh delapan
Fase Empatpuluh sembilan
Fase Limapuluh
Fase Limapuluh satu
Fase Limapuluh Dua
Fase Limapuluh Tiga
Fase Limapuluh Empat
Fase Limapuluh Lima
Fase Limapuluh Enam
Fase Limapuluh Tujuh
Fase Limapuluh delapan
Fase Limapuluh Sembilan
Fase Enampuluh
Fase Enampuluh Satu
Fase Enampuluh dua
Epilog
Extra Part

Fase Tigapuluhenam

203 29 54
By kejoraaworld

⚠️Rules baca part ini :

1. Siapin mata karena part ini super panjang.

2. Disaranin baca malem-malem walau gue updatenya siang bolong.

3. Baca di kasur biar hape lo pada aman kalau dibanting

4. Siapin pacar, kalau nggak ada cukup guling aja.

5. Puter lagu yang gue kasih di mulmed atau lagu apapun yang penting lagu romantis.

6. Baca sampai bawah, bakal ada kejutan.

Happy reading ma fren!

Cause I will fall for you no matter what they say
I still love you I still love you
You'll never be alone now look me in the eyes
I still love you I still love you
Till forever

Now playing
I Still Love You - The Overtunes

Hari-hari berlalu, A four belum memberi kabar apapun tentang penyelidikannya. Jaeden juga belum menampakkan diri di sekolah. Caleya nggak mau berbohong kalau ia merasa 'hilang' tanpa Jaeden. Ia banyak berpikir tentang perubahan sikapnya. Tentang ia yang selalu khawatir akan kondisi Jaeden. Rasa nyaman yang tiba-tiba timbul saat sedang bersama Jaeden. Dan perutnya yang serasa terisi kupu-kupu sekebon dengan perlakuan kecil Jaeden. Semuanya sama dengan karakteristik orang jatuh cinta di novel romansa yang ia baca. Hipotesis Kalila dan Aura adalah hipotesis kerja. Dan cewek itu merasa bodoh baru menyadari perasaannya.

Sudah seminggu sejak pertemuan Caleya dengan A four di kedai Bang Fadhil. Berita tentang Marisa yang diduga masih hidup bukan lagi menjadi topik hangat netizen penikmat gosip. Berita itu seperti hilang ditelan gosip artis baru yang terlibat skandal dengan pacarnya. Entah apa yang Antoni lakukan.

Berita itu memang sudah mereda, namun tidak dengan pembullyan anak Antariksa kepada Caleya. Entah apa yang mereka benci dari Caleya, cewek itu masih bingung.

"Mungkin iri" itulah yang Noah katakan. Dan Caleya merasa itu benar. Banyak sekali yang ingin satu circle dengan A four sampai berjuang untuk mencari perhatian, dan berakhir diabaikan. Dan Caleya dengan mudahnya mendapatkan itu.

Kalila mencabut semua tempelan-tempelan nggak jelas yang ditujukan untuk menghina Caleya. Dia bahkan menyusuri seluruh koridor untuk mencabutnya. Biarpun Caleya itu rusuh dan kadang menyebalkan, cewek itu juga nggak rela sohibnya sejak kecil itu diperlakukan nggak adil. Kalau istilah melow nya, Kalila merasa ikut sakit hati.

"Perlu gue bantuin?" Tawar seseorang.

Kalila menoleh. Itu Keenan. Dengan segala pesonanya yang nggak pernah gagal membuat Kalila terpaku beberapa detik setiap kali melihatnya.

"Sebenarnya nggak juga nggak papa, tapi lo menawarkan diri jadi yaudah.." Kalila menyerahkan tumpukan kertas yang habis ia cabut kepada Keenan.

"Kenapa lo bersihin sendiri? Kan lo bisa minta tolong sama yang lain.."

Kalila menaikkan alis. "Yang lain siapa maksud lo?"

Keenan menaikkan bahu. "Yaa siapa gitulah, gue mungkin."

Kalila tersenyum. "Gue nggak minta pun lo udah menawarkan diri."

"Gimana sama penyidikan lo bertiga?" Tambah Kalila.

"Udah ada perkembangan, kita minta ahli IT buat bantu selidikin akunnya. Tapi masih belum kuat untuk buktiin siapa yang salah."

Kalila tersenyum. "Good luck ya!" Ia menyerahkan tumpukan kertas ke Keenan. "Lo tadi mau bantu gue kan? Tolong buangin ini ke tempat sampah oke? Makasih."

Keenan terdiam di posisinya. Mata terang cowok itu menatap punggung Kalila yang kian mengecil. Ia merasa ada yang berbeda dengan cewek itu. Seolah dia menjauhinya. Keenan menggeleng. Berusaha menampik kenyataan kalau ia merasa kosong dengan perubahan sikap Kalila.

◇◆◇

Cylia menyalakan recorder hapenya. Sudah dua jam cewek itu membuntut Raniya dan baru kali ini ia menunjukkan tanda-tanda mencurigakan. Posisinya sebagai babu di geng Yona memberinya akses untuk mengikuti tanpa dicurigai. Keberadaannya di Antariksa juga nggak begitu menonjol, oleh sebab itulah Galen menyuruhnya untuk memata-matai Raniya, dan merekam segala pergerakannya.

"Si A four bikin cewek itu makin besar kepala! Dia ngerasa terlindungi gara-gara bareng sama mereka terus!" Itu suara Yona yang menggebu-gebu karena marah.

"Si cabe satu itu masih berani aja datang ke sekolah, harusnya dia sadar dong udah di bully segitunya, keluar dari Antariksa kek!" Tambah Yona. Raniya hanya diam sambil menunjukkan seringaian tipisnya.

"Itu tandanya kita harus main lebih keras. At least, Jaeden udah nggak percaya lagi sama Caleya, dan itu udah bagus banget." Akhirnya Raniya buka mulut.

"Ya tapi dia jadi belagu, tu cewek jadi ngedeketin A four yang lain. Temen-temennya juga!"

Raniya mengangguk. "Lo bener, dia makin ngelunjak. Makannya kita harus bikin perhitungan ke dia, tapi sebelumnya.. " Raniya menggantung suaranya. Cewek itu langsung menyambar hape Cylia. "Kita harus lebih sadar sama mata-mata." Cewek itu men-delete rekaman baru Cylia. Cylia menunduk memandangi sepatu. Hilang sudah bukti yang Galen cari.

Yona mendekat. Namun dadanya dihalang oleh Raniya. "Biar gue yang urus penghianat satu ini." Raniya menampar Cylia. Cewek itu menoleh memegangi pipinya yang memanas.

"Berani-beraninya ya lo! Gue udah ijinin lo masuk geng kita dan lo diem-diem nge rekam semua yang kita omongin!"

Raniya tersenyum licik. Ia mengangkat dagu Cylia. "Beruntung lo ketemu sama gue, kalau sama dia, lo bakal berakhir kayak Caleya." Raniya membanting hape Cylia. Membuat layarnya pecah tak berbentuk. "Itu baru permulaan, kalau lo berani macem-macem sama Raniya Hendrawan." Raniya mendorong Cylia setelah mengancamnya. Cylia berbalik menjauh.

Raniya membanting alat kebersihan di sampingnya. "Kita harus cepat-cepat bikin Caleya keluar dari sini! Banyak penghianat dimana-mana."

"Caranya?"

◇◆◇

"Lo yakin mau pulang sendiri cal? Galen sama Noah nggak bisa nemenin katanya.."

Caleya mengangguk yakin. "Gue harus ngumpulin ini ke Miss Diana dulu, lo tungguin gue di parkiran aja nggak papa kok."

Aura kelihatan nggak semangat. Namun akhirnya cewek itu mengangguk pelan, dan pergi pulang duluan.

Caleya menghela napas. Ia nggak mau berlama-lama di sekolah. Tempat ini menjadi tempat yang nggak aman baginya. Ia harus pulang secepatnya setelah mengumpulkan pekerjaan ke meja Miss Diana. Atau kejadian semacam dirinya yang nyaris ketiban pot dari lantai dua akan terulang lagi.

Caleya berterimakasih pada Miss Diana yang tersenyum ramah. Menurut Caleya, dia guru yang paling fashionable di Antariksa. Dandanannya selalu nyentrik dengan rambut yang digerai dengan hair style ala Gigi Hadid. Caleya yakin selera fashionnya pasti tinggi.

Caleya melangkah melalui koridor. Nggak seperti biasanya, koridor tampak sepi. Nggak banyak yang berlalu lalang. Perasaan dia nggak pulang terlalu lambat. Caleya menepuk kepalanya. Kenapa juga dia memikirkan mereka, malah bagus kan kalau sepi, jadi nggak banyak anak-anak yang terus memandanginya dan membuatnya risih.

Caleya berjalan menuju parkiran. Cewek itu senang nggak ada yang mengganggunya hari ini. Sesekali ia melompat di sela jalannya. Dan kemudian..

Brukk!!

Caleya tersungkur. Bukan, bukan karena ia melompat, namun karena ada kaki yang sengaja menjegalnya. Baru saja ia merasa senang nggak diganggu.

Caleya memegangi kakinya. Rasanya sama seperti waktu ia jatuh dan digendong oleh Jaeden. Lutunya perih karena lecet. Cewek itu memaki. Seluruh murid mengelilinginya. Menjadikannya sebagai poros. Dengan gelak tawa yang membuat telinga Caleya memanas.

"Sssshhhhtt" desis seorang cowok yang bahkan nggak Caleya kenal. "Ketawanya jangan keras-keras sih guys, ntar tangisnya dia nggak kedengaran!" Gelak tawa kembali merasuki telinga Caleya.

"Lo semua kenapa sih?!! Gue nggak bikin salah sama lo semua, tapi kenapa lo pada kayak gini sama gue??! Salah gue apa?!!" Teriak Caleya. Ia mati-matian menahan sakit di kakinya yang akan terasa lebih nyeri ketika digerakkan.

Seseorang melempar tepung ke arah Caleya. Diikuti yang lainnya. Cewek itu terbatuk karena tepung memasuki hidungnya.

"Lo masih tanya lo salah apa? Lo itu kecentilan! Lo yang bikin Jaeden marah dan nggak masuk sekolah! Lo juga udah ngedekitin Jaeden buat manfaatin dia!"

"Dengan nyebarin foto itu, lo bikin image lo makin murahan!!"

"GUE UDAH BILANG BUKAN GUE YANG NYEBAR FOTO ITU!!"

"Akun itu kan tanpa nama, siapa yang tau kalau itu bukan punya lo!"

"Dan setelah bohongin Jaeden, sekarang lo berani-beraninya ngedeketin A four! Nggak punya muka lo?! Dasar calon pelacur!"

"Inget Caleya, mereka tuh nggak selevel sama lo! Gausah ngimpi buat jadi pacar mereka! Lo nggak lagi hidup di drama korea!"

"Kasian lo kalau dipinggirnya ntar dikira babu!"

Caleya memejam. Ia sakit hati mendengarnya.

"Lo pantes nerima semua ini! Cewek kayak lo itu kayak sampah masyarakat!"

"Sadar diri kek, lo itu cuma anak peduli sosial!"

"Bagusan lo keluar dari Antariksa! Atau dari bumi sekalian!"

Sorakan ramai kembali Caleya dengar. Cewek itu menunduk. Rambutnya yang sudah putih menutupi wajahnya yang murung.

Raniya? Jangan tanyakan dia dimana, cewek itu bersantai menonton dari koridor lantai dua. Nggak mau mengotori tangan dengan mendekat ke kerumunan.

Caleya hendak memberi perlawanan ketika tasnya direbut. Namun seseorang menendang kakinya. Cewek itu kelimpungan memegangi kaki.

Caleya menatap marah tas dan bukunya yang dibakar. Gelak tawa murid yang menontonnya membuat ia ingin menangis. Caleya kuat, namun ia memiliki batas. Seseorang pasti akan lelah diperlakukan seperti ini setiap hari.

"Lo semua nggak cukup ya bikin gue sengsara!" Satu lemparan tepung tepat di muka Caleya. Cewek itu memejam karena matanya perih. Kali ini ia benar benar menangis.

Caleya menutup hidung ketika ia merasa disemprot sesuatu. Semacam gas untuk memadamkan kebakaran. Cewek itu terbatuk. Ia kesusahan bernapas. Bahkan untuk menjauh, membuka mata saja ia nggak bisa. Tubuh Caleya limbung ketika telinganya mendengar sayup-sayup orang mengamuk. Semprotan gas tak lagi ia terima. Semua murid yang tadinya tertawa diam seketika.

"MINGGIR! MINGGIR!" Cowok itu merebut plastik-plastik berisi tepung dan air dari tangan murid-murid Antariksa kemudian melemparkannya kepada mereka.

"LO SEMUA GILA HAH?!" Ia membanting tabung pemadam. Meninju cowok yang tadi menyemprotkan isi alat pemadam tadi pada Caleya.

"BUBAR!! BUBAR!!" teriakan itulah yang Caleya dengar sebelum tubuhnya di goyangkan oleh seseorang.

Cewek dengan tubuh penuh tepung itu nggak bisa sepenuhnya membuka mata. Namun ia tahu siapa yang melindunginya. "Gue nggak nyebarin foto itu jae.." Racaunya lirih.

Cowok itu melepas topi hitamnya. Ia membopong tubuh kecil Caleya yang lemas. Dalam dekapannya cewek itu terus mengatakan "bukan gue yang nyebarin fotonya jae.."

"Maafin gue, maafin gue caleya.."

"Kenapa lo nggak percaya sama gue..?"

Kalimat yang membuat rasa bersalah Jaeden menumpuk. Cowok itu mendekap Caleya lebih erat. "Gue percaya.. Gue tahu semuanya..."

◇◆◇

Caleya mengucek mata untuk memperjelas pandangan. Ruangan besar bernuansa navy langsung menyambut mata hazelnya. Cewek itu ling-lung melihat tubuhnya yang terselimuti bed cover. Tangannya digenggam erat oleh seorang cowok yang sepertinya menunggu ia sadar.

"Gue dimana?" Tanyanya pada Jaeden.

Cowok itu tersenyum simpul. "Di kamar gue."

Caleya terekejut. Ia melebarkan matanya yang masih terasa berat. Ia tak lagi memakai seragam. Sudah digantikan dengan hoodie putih kebesaran dan training abu-abu. "Siapa yang gantiin baju gue?!" Paniknya.

"Mereka yang gantiin.." Jaeden menunjuk Kalila dan Aura. Rupanya mereka disini juga.

"Terus dimana seragam gue?" Caleya panik.

"Udah gue buang" enteng Jaeden.

Caleya membuka mulut.

"Anak-anak tadi juga bakar tas sama buku lo, dan lo juga pingsan cal," kata Galen. Rupanya mereka semua berkumpul disini menunggu Caleya membuka mata.

"Gimana kondisi lo?" Jaeden mengelus tangan Caleya.

"Menurut lo? Gue habis pingsan, buku, tas, seragam gue ilang, dan kaki gue kayaknya juga keseleo."

Jaeden membelai surai Caleya yang nggak lagi putih karena tepung. Cewek itu mematung seketika. Caleya terkejut tapi entah kenapa merasa nyaman. Cewek itu lega Jaeden sudah kembali seperti dulu lagi.

"Gue beliin yang baru, nggak usah panik"

Galen, Noah, Keenan, Aura dan Kalila keluar setelah menanyakan kondisi Caleya. Cewek itu sudah melarang mereka namun kelimanya nggak ada yang mendengarkan. Kini hanya ada Caleya dan Jaeden di dalam ruangan mewah ini.

Seperginya, teman-temannya yang lain, pandangan Jaeden berubah tajam. "Lo bodoh ya?" Tanya cowok itu sarkas.

Caleya yang mendengarnya auto menaikkan alis. Belum ada dua menit cowok itu bersikap lembut, kini ia malah memaki Caleya sedemikian rupa.

"Gue yakin IQ lo cuma dua digit, seharusnya kalau anak-anak ngerjain lo kayak gitu lo lari atau gimana kek, atau minta tolong, telfon siapa gitu, telfon gue juga bisa!"

Rahang Caleya jatuh mendengar ungkapan Jaeden. "IQ lo yang satu digit! Pertama, gimana caranya gue lari kalau kaki gue keseleo gini, kedua, bahkan dari seminggu sebelum ini gue udah telfon lo berkali-kali tapi nggak lo angkat! Lo pikir lo masih bisa diharapkan?"

Jaeden mengatupkan bibirnya, Caleya benar juga. Cowok itu menghela napas.

"Gue minta maaf cal.. " lirih cowok itu. Ia menunduk. "Gue udah nggak percaya sama lo.. Sampai lo di bully satu sekolah gara-gara gue.."

Hati Caleya menghangat mendengarnya. "Udah jangan bahas itu.." Caleya memalingkan muka. "Ntar gue keinget omongan anak-anak lagi."

"Gue nggak bisa kemana-mana kemarin cal, Papah ngelarang gue.. Gue nggak nyangka kalau anak-anak bisa sampai kayak gitu..gue minta maaf.."

"Gue juga udah kasar sama lo dulu.." Jaeden menyesali perbuatannya membanting Caleya ke loker.

"Kalau itu lo harus tanggung jawab, punggung gue biru gara-gara lo." Caleya menghela napas.

Jaeden meringis. "Maaf.." Cicitnya.

"Harusnya gue yang minta maaf.. Karena gue foto itu jadi kesebar, walau gue juga nggak tahu gimana bisa sampai kesebar"

"Katanya nggak usah dibahas, gimana sih?"

Caleya mendengus. "Ya udah terus lo ngapain masih stay disini?"

"Lah ini kan kamar gue,"

"Yaudah kalau gitu gue yang keluar," cewek itu bangkit untuk turun. Namun tangannya masih digenggam erat oleh Jaeden. Lagipula kakinya juga masih sakit.

"Kenapa lo megangin tangan gue?"

Jaeden menunduk. Ia berdehem canggung. "Lo hutang penjelasan sama gue cal."

"Kan nggak bahas itu lagi, mau minta penjelasan apa lagi?"

"Bukan yang itu, yang di.. Rumah sakit.." Ucap Jaeden lirih. Namun nggak ada kesan ragu-ragu di suaranya.

"Yang mana sih? Coba lo omongin lagi" Caleya pura-pura amnesia.

Jaeden menatap Caleya lamat. Beberapa detik cewek itu dibuat baper dengan tatapan dalamnya. "Gue suka sama lo.. Sampai kapan lo mau pura-pura nggak peka..?"

Caleya tersenyum. Memang itu yang dia mau. Mendengar secara jelas Jaeden mengatakannya.

"Gue suka sama lo cal, gue nggak tahu gimana dan sejak kapan, tapi gue pengen lo jadi punya gue. Gue nggak suka lo dekat-dekat sama Rega atau siapapun. Lo yang gue pikirin setiap malem, gue selalu ngerasa pengen lindungin lo.." aku Jaeden.

"Gue suka sama lo.. Banget. Gue nggak maksa lo buat nerima perasaan gue, gue cukup sadar gue brengsek, gue suka gangguin lo-"

"Ya lo emang brengsek." Potong Caleya. Jaeden meredupkan pandangannya. Kebrengsekan Jaeden mendapat validasi langsung dari Caleya.

Hal itu menggelitik perut Caleya. Cewek itu tersenyum. "Tapi gue suka.."

Jaeden melebarkan mata. "Apa?"

"Lo nggak budeg kan? Masa gue harus ngulang sih!"

Jaeden menggeleng. Ia tersenyum lebar. "Ulang-ulang!"

"Gue.. Suka, sama lo." Caleya tertawa geli di akhir kalimat. Nggak percaya ia bisa mengatakannya. Kali ini dia tulus dari hati, bukan asal nerima seperti saat bersama Rega.

Jaeden menampakkan duo lesung pipitnya. "Jadi pacar gue ya cal?"

Caleya mengangguk. Namun senyumnya pudar perlahan. "Tapi udah banyak yang nge cap gue aneh-aneh, banyak yang judge gue.. Ntar gimana sama lo. Apalagi kalau gue jadi pacar lo pasti banyak yang makin bully gue, sama lo juga.."

"Gue masih sayang.. Gue bakal bantu bersihin nama lo, lo nggak sendiri cal, lo punya gue.." Kata Jaeden. Maniknya yakin menatap mata Caleya.

Caleya yakin ada sayap transparan di punggungnya. "Yaudah.."

"Yaudah gimana?"

Caleya merasa pipinya memerah. Ia menunduk menyembunyikan wajah. "Yaudah gue mau.."

Jaeden tersenyum lebar. Ia mencium punggung tangan Caleya yang sejak tadi ia genggam erat.

Caleya mengumpat dalam hati. Sialan cowok ini, dia merasakan jantungnya kesasar masuk ke usus buntu.

"Aaaishhh, lo jangan gemoi-gemoi, gue jadi pengen ngarungin!!" Teriak Caleya sambil merem.

"Ya udah karungin!"

Masih dengan mata terpejam Caleya merentangkan tangan dan langsung disambut oleh Jaeden.

"Hap, masuk karung." Ucap cowok itu.

Caleya tersenyum lebar. Ia menyembunyikan kepalanya di dada Jaeden. Hatinya menghangat seketika. Begitu pula dengan Jaeden. Arterinya benar-benar menjadi miliknya sekarang. Cowok itu memeluk erat gadisnya. Tak menyadari tingkah akhlakless teman-temannya yang jingkrak-jingkrak di depan pintu habis menguping.




TBC

-----------------------------------------------------------

Haii prenn gimana fase ini? Dapet nggak sih feel bapernya?? Gw takut kalau nggak dapet..
Soalnya gw adalah kaum jombs sejak zigot. Jadi nggak tau uwu-uwuan..

Anyway makasih yaa yang udah bacaa,

I love you 3000!!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 105K 56
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
54.6K 6.2K 28
"pokoknya gue harus dapetin Kirana! gue gak boleh kalah sama si cowok jadi-jadian!" - Jeno Pradipta. "gue yakin! Kirana bakalan jadi milik gue bukan...
3.2K 1.5K 38
Jenan Aditama yang tertarik dengan gadis polos dan baik hati. Namun, sang Ayah tidak setuju jika Jenan mendekati gadis tersbut, Akankah Jenan bisa be...
1M 75.3K 38
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...