Gimme The Light (Nomin) ✔

Per davidrd14

8.5K 989 28

"Jaemin-ah, aku janji akan membawakan dunia untukmu." "Mwo? Dunia? Kau ini kenapa Lee Jeno?" "Jaemin-ah, jeon... Més

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10 (END)

Chapter 1

1.9K 159 6
Per davidrd14

Di sini, pertama kali aku melihatnya. Di sini pertama kali aku jatuh hati padanya. Di sini aku pertama kali melupakan semua kesedihan dan kehilangan yang aku alami. Aku tak percaya, hanya dengan melihatnya aku sadar bahwa aku bukanlah satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini. Dengan melihatnya aku merasa bersyukur bahwa aku masih diberi kemudahan dan keberkahan dalam hidup.

Tapi di sini lah, aku harus menangis lagi. Di sini lah aku harus menyadari bahwa semua adalah salahku dan aku harus bertanggung jawab atas yang terjadi padanya. Di sinilah aku tertunduk dan menatap dengan lemah menyadari bahwa akulah yang telah bersalah dan mengubah nasibnya menjadi begitu menderita.

💚💚💚

Anak-anak kecil berlarian di tengah taman kota yang kebetulan sedang sangat ramai. Maklum saja ini hari libur, tentu banyak orang tua yang mengajak anak mereka kemari untuk sekadar berlibur dan refreshing, menghindari asap polusi dan bisingnya hiruk pikuk dan ramainya lalu lalang di kota. Aku hanya menatap hampa pada beberapa anak yang berkejaran di beberapa sudut taman. Ayah atau ibu mereka sibuk berteriak-teriak mengingatkan mereka agar berhati-hati. Ada juga seorang ayah yang sedang mengajari anaknya cara mengendarai sepeda. Di beberapa tempat anak-anak sibuk menikmati makanan yang dibuatkan oleh ibu mereka dan dengan riangnya tertawa membuatku iri.

Aku terus berjalan tak tentu arah. Pertama, aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa sampai di tempat ini. Yang aku tahu, setelah bangun tidur dari keadaan yang sangat tidak nyaman, kakiku mengantarkanku ke tempat ini. Kumasukkan kedua tanganku ke saku celana dan kembali melangkah menuju salah satu bangku yang ada di bawah pohon sakura. Kudengar sekilas ada seorang pria sedang berteriak kecil memanggil seseorang, mungkin anaknya.

"Chenle-ya, Lele neo eodiya?" suara itu semakin mendekat ke arahku dan aku tersadar ketika asal suara itu adalah seorang pria yang menabrak tubuhku mengakibatkan aku terjatuh. Aku yang notabene cepat marah segera berdiri dan mencengkeram erat kerah baju pria di hadapanku yang kebetulan memegang sebuah es krim yang isinya sudah tumpah ke kemejaku.

"SIALAN!!! KALAU JALAN PAKE MATA! APA KAU TIDAK MELIHAT ORANG SEBESAR INI SEDANG BERJALAN? GEEZZ KAU BUTA ATAU APA?" pria itu tersentak oleh teriakanku yang juga membuat beberapa orang yang ada di sekitar segera menatap ke arah kami berdua. Beberapa orang tua mencoba menutupi telinga anak mereka supaya tidak mendengar kata-kata umpatan yang tidak pantas mereka dengar.

"Mi..mian..mianhae tuan," pria itu berusaha meraba lenganku yang masih sibuk mengkeram kerahnya. Tangannya bergetar dan raut mukanya menunjukkan ketakutan,"SEKARANG BAJUKU KOTOR KARENA ULAHMU, AISH SEHARUSNYA AKU TIDAK PERGI KE TEMPAT INI. KENAPA AKU HARUS BERTEMU DENGAN ORANG MENYEBALKAN SEPERTI INI DI HARI LIBUR," kusentakkan tubuhnya ke tanah dan seolah kehilangan keseimbangan, pria itu terjatuh tersungkur di tanah. Kuakui, aku memang pemarah, hal itulah yang membuat banyak bawahanku merasa takut padaku. Selain pemarah, aku benar-benar kasar dan suka akan kekerasan, itulah sebabnya pacarku meninggalkanku.

"Mi..mian..mianhae," pria itu terus berujar demikian seraya tangannya meraba di tanah mencoba mencari sepatuku atau lebih tepatnya mencari tahu dimana aku berdiri.

Aku yang merasa terganggu dan jijik melihat tingkahnya segera berujar,"AISH KAU BUTA ATAU APA?" kusepak tanah yang ada di dekat kakiku ke arahnya kemudian aku berjalan menjauh dari pria itu. Aku berusaha menghilangkan bekas noda es krim yang ada di kemejaku sambil terus berjalan tak memedulikan pandangan orang-orang yang sinis padaku atau bahkan mungkin membenciku karena sikapku yang seperti itu.

PLAK

"Ouch," kupegang kepalaku yang baru saja dilempar ranting pohon oleh seorang anak kecil yang sekarang berdiri dengan gagah sambil berkacak pinggang di hadapanku.

"AHJUSSI, KAU ORANG JAHAT!" dia berteriak.

"Mwo? Apa salahku?" aku berusaha memahami apa yang ia katakan.

"Ahjussi tidak punya perasaan," dia menunjukkan jari telunjuknya ke arahku.

"Wae?"

Dia berusaha melemparkan ranting pohon lain ke wajahku, tapi aku dengan cekatan menangkapnya. Aku mendekati anak kecil itu dan berjongkok di hadapannya sambil menunjukkan wajah yang agak galak. Ehm, walaupun aku sering hilang kesabaran pada semua orang, tapi satu yang aku tak bisa adalah marah kepada anak kecil. Aku tidak akan pernah bisa marah kepada anak kecil atau bertindak kasar pada mereka.

"Apa salah ahjussi sehingga kau melempar ranting ini ke kepala ahjussi tadi?" kedua tanganku memegang pundak pria kecil di hadapanku.

"Ahjussi orang jahat. Ahjussi sudah membuat uncle Jaemin sedih," dia berbicara dengan lantangnya.

"Uncle.. Jae..Min?"

"Iya. Ahjussi sudah membuat uncle bersedih."

"Wae? Aku tak kenal uncle Jae... atau siapa itu, jadi bagaimana bisa ahjussi membuatnya bersedih."

"Ahjussi sudah mengatakan kalau uncle Jaemin buta. Semua orang di sini tahu kalau uncle Jaemin memang tidak bisa melihat, tapi bisakah ahjussi tidak memarahinya hanya karena uncle menabrakmu?"

Jadi, yang dimaksud dengan uncle Jaemin oleh anak ini adalah pria yang menabrakku tadi. Oh, tunggu, jadi pria itu benar-benar buta? Aish, apa yang sudah kulakukan? Dia pasti sangat marah saat aku mengata-ngatainya tadi.

"Komaya, siapa namamu?"

"Chenle, Lee Chenle ahjussi."

"Chenle-ya, ahjussi tidak memarahi uncle mu. Ahjussi hanya meminta agar uncle mu itu lebih berhati-hati saat berjalan. Itu saja," aish di sinilah aku, berusaha membela diri di depan anak kecil. Betapa payahnya aku.

"Aniya, aku melihat sendiri ahjussi marah kepada uncle Jaemin dan mengata-ngatai kalau uncle Jaemin itu buta. Kata daddy, kita tidak boleh menyebutkan kekurangan fisik orang dengan cara kasar seperti yang ahjussi lakukan. Ahjussi harus minta maaf!"

"Mwo? Aigoo, Chenle-ah ahjussi sedang ada kepentingan lain," aku berusaha menghindar agar tidak bertemu dengan pria buta tadi atau uncle Jaemin seperti yang dikatakan oleh Chenle.

"Ahjussi pengecut. Masa menemui uncle Jaemin saja tidak berani. Walaupun badan ahjussi sangat besar seperti raksasa, tapi meminta maaf saja tidak berani. Huh ahjussi payah. Ahjussi adalah orang kejam dan payah yang pernah kutemui," Chenle membalikkan tubuhnya dan hendak berjalan menjauh dariku.

Tanpa sadar aku mencegahnya,"Chenle-ya jankanman! Ahjussi akan meminta maaf." Oh God apa yang telah kulakukan? Inikah Lee Jeno yang semua orang kenal? Bagaimana bisa aku menyetujui untuk meminta maaf pada orang yang sama sekali tidak aku kenal. Dan yang lebih penting lagi, orang yang telah merusak kemejaku.

"Bagus kalau begitu. Ayo ikut aku ahjussi," tangan kecil itu menarik tanganku ke arah pria tadi yang sekarang sedang terduduk di tanah sambil berusaha membersihkan dirinya dari tanah yang menempel di bajunya walaupun ia tidak bisa melihatnya.

Chenle melepaskan genggaman tangannya dari tanganku dan berjongkok di dekat pria yang adalah uncle-nya itu sambil berkata,"Uncle, jangan bersedih. Chenle sudah menangkap orang jahat yang membuat uncle sedih. Sekarang uncle ayo berdiri," tangan kecil itu terulur dan membantu pria malang itu berdiri.

"Chenle-ya, kemana saja kau? Uncle sangat khawatir. Uncle takut kalau terjadi hal-hal buruk padamu."

"Mianhae uncle, tadi Chenle pergi mengejar kupu-kupu. Oh ya, Chenle membawa orang jahat yang sudah membuat uncle bersedih."

Aku hanya bisa menunduk pasrah. Di sinilah aku dipanggil dengan sebutan orang jahat oleh seorang anak kecil.

"Orang jahat? Siapa Chenle-ya? Tidak ada orang jahat di dunia ini Chenle," pria itu mencoba memberikan penjelasan pada Chenle yang terus saja menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

"Ahjussi ini orang jahat uncle. Dia sudah mengatakan hal yang buruk pada uncle, jadi dia harus minta maaf pada uncle. Ayo ahjussi, minta maaf sekarang."

"Ehem, sorry," ucapku singkat, namun aku mendapat tatapan sengit dari Chenle. Anak kecil itu seolah mengatakan padaku bahwa pernyataan maafku tidak diterima olehnya.

"Mi..mianhae Jaemin-ssi," ucapku untuk kedua kalinya.

Chenle berjalan ke arahku dan menarik tangan kananku sehingga terulur ke arah Jaemin yang masih tidak mengerti apa-apa. Anak kecil itu membuatku dan Jaemin bersalaman, kemudian dia menatapku,"Ahjussi, katakan kenapa ahjussi meminta maaf."

"Aish, baiklah Chenle. Jaemin-ssi mianhae karena telah berbicara kasar padamu. Tidak seharusnya aku berkata kasar padamu terutama di tempat umum seperti ini. Maaf sekali lagi," aku mengeratkan salamanku seolah memberikan tanda padanya bahwa aku benar-benar menyesal.

Pria Jaemin itu sedikit merona mendengar permintaan maafku, dia menunduk dan berkata,"Gwaenchana...."

"Lee Jeno," aku menjawab.

"Ah, gwaenchana Jeno-ssi. Aku yang salah."

"Wah, ada darah!" Chenle berteriak membuat aku dan Jaemin langsung panik.

"Mana Chenle?"

"Lengan uncle Jaemin berdarah," dia menunjukkan darah yang keluar dari luka gores di lengan Jaemin. Itu pasti luka saat ia terjatuh tadi.
Itulah, pertama kali aku mengenalnya. Itulah pertama kali aku menyadari bahwa sikapku selama ini tidak disukai oleh banyak orang, seorang anak kecil lah yang telah membuka mataku yang tertutup rapat selama ini.

💚💚💚

Continua llegint

You'll Also Like

53.2K 6.6K 16
Judul lengkap : Only Love Can Hurt Like This. Jaemin terjebak pada sebuah pekerjaan gelap yang mempertemukan dia dengan seorang gangster bernama Jeno...
207K 31.6K 57
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
4.5K 272 6
"beri aku satu kesempatan! aku akan membayar semua perlakuan buruk ku!"-akashi Gk pinter bikin deskripsi okehhhhh ini gue bikin cerita apasih? gj bn...
68.7K 6.4K 20
Jeno adalah seorang atlet sepak bola yang sedang mengalami cedera dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama satu bulan. Karena selama berad...