ARTERI (A1- ARKA)

By kejoraaworld

12.8K 2K 1.4K

[Jaeden Martell FanFiction] Kehidupan SMA menyenangkan Caleya Stephanie Faraish sirna setelah cowok bernama... More

Prolog
Fase Satu
Fase Dua
Fase Tiga
Fase Empat
Fase Lima
Fase Enam
Fase Tujuh
Fase Delapan
Fase Sembilan
Fase Sepuluh
Fase Sebelas
Fase Duabelas
Fase Tigabelas
Fase Empatbelas
Fase Limabelas
Fase Enambelas
Fase Tujuhbelas
Fase Delapanbelas
Fase Sembilanbelas
Fase Duapuluh
Fase Duapuluhsatu
Fase Duapuluhdua
Fase Duapuluhtiga
Fase Duapuluhempat
Fase Duapuluhlima
Fase Duapuluhenam
Fase Duapuluhtujuh
Fase Duapuluhdelapan
Fase Duapuluhsembilan
Fase Tigapuluhsatu
Fase Tigapuluhdua
Fase Tigapuluhtiga
Fase Tigapuluhempat
Fase Tigapuluhlima
Fase Tigapuluhenam
Fase Tigapuluhtujuh
Fase Tigapuluh delapan
Fase Tigapuluhsembilan
Fase Empatpuluh
Fase Empatpuluh satu
Fase Empatpuluh dua
Fase Empatpuluh tiga
Fase Empatpuluh empat
Fase Empatpuluh lima
Fase Empatpuluh enam
Fase Empatpuluh tujuh
Fase empatpuluh delapan
Fase Empatpuluh sembilan
Fase Limapuluh
Fase Limapuluh satu
Fase Limapuluh Dua
Fase Limapuluh Tiga
Fase Limapuluh Empat
Fase Limapuluh Lima
Fase Limapuluh Enam
Fase Limapuluh Tujuh
Fase Limapuluh delapan
Fase Limapuluh Sembilan
Fase Enampuluh
Fase Enampuluh Satu
Fase Enampuluh dua
Epilog
Extra Part

Fase Tigapuluh

175 32 37
By kejoraaworld


Fase ini mengandung kerecehan gw, maklumin kalau nggak mencapai humor kalian karena humor gue rendah..

Anyway Happy reading!

Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be
Take my hand
Take my whole life too
For I can't help falling in love with you

Now playing
Can't Help Falling in Love - cover by Alexandra Porat


"Pagi miskiin!"

Sapaan Jaeden yang cuma kelihatan kepalanya dari jendela mobil itu membuat Caleya mengerang keras. Kalau ia dididik dengan tidak beretika pasti cewek itu sudah melempar wajah Jaeden yang mengejek tanpa dosa itu dengan kerikil jalanan.

"Lo kalau mau sekolah, berangkat aja kenapa sih?! Pagi gue jadi suram gara-gara lihat lo!" teriak Caleya. Tak peduli dengan pengguna jalan lain yang melihatnya heran.

Pagi ini benar-benar pagi yang apes bagi Caleya. Setelah terburu-buru sampai lupa membawa bekal makanan, ia harus menuntun motor kesayangannya karena ban motornya bocor. Mana sekarang ditambah muka menyebalkan Jaeden yang mengejeknya tanpa dosa.

"Ban lo kempes ya? Kasian.." ejeknya lagi.

Sialan, Caleya merasa terprovokasi. Sekarang Caleya bagaikan burung berwarna hitam di Angry Bird yang segera meledak karena emosi. Padahal baru tiga hari yang lalu Caleya dibuat senyum-senyum nggak jelas oleh Jaeden,  dan sekarang cowok itu kembali ke sifat asalnya. Tengil nan menyebalkan.

"LO BISA DIEM NGGAK SIH?!!" teriakan Caleya membuat Jaeden tertawa lebar. Pak Hamid juga tersenyum di belakang kemudi.

"Hahaha, padahal gue mau nawarin bantuan, kalau lo mau numpang.."

Caleya terus memaki sambil menuntun sepeda motornya.

"Tapi lo kelihatan nggak berminat masuk mobil mewah gue,"

"Ya ya, lucky you karena gue emang nggak berminat. Karena kalau gue mau, mobil mewah lo bisa meledak dalam sekali sentuhan tangan gue, lo juga sekalian! Muka lo udah kayak titisan fir'aun!!"

Pak Hamid dan Jaeden kompak tertawa. "Yaudah kalo nggak mau, selamat nuntun motor sampai ke sekolah, miskin.."

"Anjritt loo!! Gue doain lo kena azab!! Gue doain lo jatuh ketimpa kuda nil!!"

Jaeden menyemburkan tawa mendengar makian yang masih bisa di tangkap oleh telinganya. Cowok itu melirik wajah kesal Caleya dari kaca spion.

"Pepet terus tuan, sampai mampus." goda Pak Hamid.

Jaeden menetralkan ekspresinya. "Apa sih, biasa aja kok." jawabnya sok cool.

Pak Hamid hanya mampu geleng-geleng kepala.

"Sianjirrr ini gimana, mana tambal bannya masih jauh!" Caleya frustasi. Dia sudah mau nangis. "Jaeden anjrittt, dasar bunglon! Kerjaannya mimikri mulu, aishh!" Caleya menendang motornya. Namun yang ia dapat cuma rasa sakit di kaki.

"Nendangin motor nggak bikin bannya ke isi angin." sebuah moge berhenti di sebelah Caleya. Caleya langsung terkesiap saat si pengemudi membuka helmnya.

"Eh Rega, gue kira siapa." nada bicara Caleya kaku memgingat cowok didepannya adalah mantan pacarnya.

Rega tertawa melihat kondisi Caleya. Bahkan ia nggak sempat merapikan rambutnya yang berantakan bekas pakai helm.

"Lo kenapa teriak-teriak di jalanan?"

"Ehh itu, biasalah si Jaeden, nyebelin." jawab Caleya jujur.

Rega malah mengusap rambut Caleya, membuat cewek itu mundur satu langkah.

"Di depan sana ada tambal ban, yuk gue bantu dorong," tawar Rega.

Mata Caleya langsung bersinar. "Serius lo?" Rega mengangguk tak kalah semangat.

Setelah sampai di tempat tambal ban yang dituju, Caleya segera menuntun motornya. "Bang tambal ban yang kilat bisa nggak?"

"Bercanda neng? Dipikir JNE pakai kilat segala?"

Rega tertawa di tempat. Caleya nggak pernah gagal bikin moodnya naik.

"Bang serius, saya udah mau telat! Lima menit jadi ya?" cewek itu memohon.

"Lima menit saya baru ngelepas itu ban. Kalau mau naikin motor bannya dilepas ya silahkan" abang-abang tukang tambal ban itu geleng-geleng kepala. Apa cewek SMA ini belum pernah nambalin ban?

Caleya semakin panik.

"Bang, biar motornya ditinggal disini dulu aja, biar diambil nanti siang." ucap Rega tiba-tiba. Caleya melotot.

"Ga kok gitu? Ntar kalau motornya ilang gimana?"

Rega menepuk jidat Caleya pelan. "Nethink mulu kerjaan lo, ayo berangkat, ntar keburu telat"

Caleya setengah hati mengambil helmnya. Sebelum menaiki motor Rega, cewek itu mewanti-wanti si tukang tambal ban agar benar-benar menjaga motornya. Rega mendengus geli.


◇◆◇


Jaeden masih berdiri di koridor masuk. Banyak cewek-cewek yang berniat mendekatinya tapi mundur kembali karena baru satu langkah maju ke arah Jaeden, mereka sudah mendapat pelototan tajam dari Jaeden sendiri.

Cowok dengan mantel navy dan tas ransel hitam itu nggak segan-segan berbicara ketus kalau ada yang nekat mendekatinya. Mata Jaeden terus memantau gerbang sekolah. Kemudian pandangannya terkunci pada moge hitam yang berhenti di depan.

Jaeden memicing sebal. Ngapain tu kucing oren boncengan sama Rega?!

Mata Jaeden makin memanas waktu Rega melepas helm yang Caleya pakai kemudian merapikan rambut Caleya. Tangan Jaeden terkepal kuat di samping badan.

"Ada yang balikan sama mantan nih"
sindir Jaeden waktu Caleya melintas di depannya.

"Nggak kapok lo udah di treat kayak gitu sama Rega?"

Namun cewek itu malah mengacuhkannya seolah nggak mendengar apa-apa. Jaeden menyusul langkah Caleya.

"Lo punya telinga nggak sih?" Jaeden mengungkung leher Caleya dengan tangan besarnya. Kini mereka menjadi pusat perhatian.

"Lo gila ya! Lepasin nggak! Ntar leher gue kecengklak!"

Jaeden bertingkah seolah nggak peduli. "Bodo amat. Bilang gue ganteng dulu baru gue lepasin."

"Najis anjir! Tikus kejepit kayak lo nggak bisa dikata ganteng!"

Jaeden mendengus makin mengeratkan jepitannya. Caleya yang di dalam kungkungan nggak bisa napas.

"Gila lo gue nggak bisa napas!"

"Makannya ngomong dulu!"

Caleya berusaha menggeleng. Sedangkan Jaeden menikmati usahanya.

"Jaeden ganteng, Jaeden ganteng!" pasrah Caleya. Jaeden mengembangkan senyum cerah pagi harinya.

Jaeden mengurai kungkungan."Tapi boong wlekk" Caleya menjulurkan lidah hendak berlari. Jaeden melotot nggak terima.

"Cal tali sepatu lo copot!" kata Jaeden.

Caleya menggelengkan kepala tak percaya. Terakhir kali Jaeden mengatakan hal itu ternyata dia hanya mengerjainya.

"Gue tau lo cuma ngerjain gue!" Caleya melanjutkan langkah. Namun baru hendak melangkah, Caleya terhuyung kedepan. Kaki kanannya nggak bisa melangkah karena talinya tertahan di kaki kiri. Jaeden benar, tali sepatunya memang copot.

Karena kehilangan keseimbangan, Caleya ambruk kedepan. Namun saat tubuhnya mendarat di lantai koridor, ia nggak merasa sakit sama sekali.

"Jae lo ngapain!" Caleya panik melihat posisi Jaeden dibawahnya. Lebih tepatnya cowok itu melindunginya biar nggak terbentur lantai.

"Lo gila ya?! Ngapain pake segala nadahin gue?" Jaeden dan Caleya kembali menjadi pusat perhatian.

"Kalau gue ga nadahin lo, kepala lo udah lecet cal, lo makasih kek."

"Iya makasih!" Caleya membantu Jaeden untuk segera berdiri dan membersihkan mantelnya yang kena debu.

"Sakit nggak?" aneh memang Caleya menanyakan itu. Jelas-jelas Jaeden jatuh dan masih tertimpa dirinya. Walau begitu, kan Caleya nggak minta.

"Do'a lo pagi-pagi tadi beneran terkabul cal. Gue beneran jatuh tertimpa kuda nil." celetuk Jaeden masih sambil membersihkan mantelnya.

Caleya melotot lebar. Cowok tengil ini habis mengatainya kuda nil. Dengan satu gerakan Caleya menggeplak pundak Jaeden sampai cowok itu mengaduh kesakitan.

"Mampuss lo! Rasaiinn!!!"


◇◆◇


Caleya berkeliling mencari buku-buku di tasnya yang sudah raib. Tadi pagi lokernya sudah diacak-acak oleh orang tak dikenal. Dan sekarang tasnya diobrak-abrik sampai bukunya hilang semua.

Setelah mencari, akhirnya Caleya mendapati bukunya tergantung di koridor kelas dua.

"Aishh! Kurang ajar!!" Caleya menarik kursi untuk mengambil buku-bukunya.

Baru saja ia naik, kursi yang ia naiki digoyangkan oleh seseorang. Caleya terjatuh karena itu.

Gelak tawa mulai memenuhi telinganya. Caleya tebak itu dari murid-murid yang sengaja menjahilinya.

"Mau lo semua apa sih?!"

"Kasiannya jadi anak peduli sosial. Makannya udah tau miskin lo sadar diri. Lo nggak pantes ngedeketin Jaeden!" ucap seseorang yang nggak Caleya kenal. Rahang cewek itu mengeras.

"Denger ya! Mau gue peduli sosial atau apapun, tindakan kalian ini nggak bisa dianggap benar! Dan gue nggak ngedeketin Jaeden pun, Jaeden udah deketin gue kok." teriak Caleya percaya diri. Cewek itu nggak mau mengambil resiko sok-sokan menolak Jaeden, karena ia takut hal itu akan mempermalukan dirinya sendiri kelak.

Teriakannya langsung disambut sorakan riuh mengejek. Seumur-umur baru kali ini dia diperlakukan seperti ini. Namun Caleya nggak mau kelihatan lemah. Hal itu hanya akan membuatnya makin ditindas.

"Lo mau ini? Buku-buku lo?" Caleya berusaha menggapai bukunya. Namun buku itu dioper ke orang lain. Sehingga Caleya jadi permaian di tengah kerumunan.

Satu tangan besar merebut buku Caleya.

"Kasih bukunya ke gue!" titah cowok itu dingin dan mengintimidasi.

Semua yang berada di situ langsung menunduk.

"Kasih semua bukunya ke gue!!" suara Jaeden mengeras.

Buku yang tadi berusaha Caleya ambil susah payah, dengan gampangnya Jaeden mengambil itu. Hanya dengan dua bentakan. Uang memang menakhlukkan segalanya.

"Kalau sampai lo gangguin dia lagi, lo semua berurusan sama gue!" Jaeden menarik tangan Caleya menjauh.

Caleya membuka mulut. Jaeden membelanya.

Otak kecil Caleya masih belum bisa memproses apa yang terjadi. Ia menatap kosong tangannya yang di tarik oleh Jaeden.

Langkah Jaeden berhenti di depan green house. Cowok itu menarik Caleya masuk ke rumah kaca. Kemudian duduk di bangku kosong bercat putih yang berada di tengah.

"Lo kenapa asal tarik tangan gue sih?! Ntar mereka mikirnya aneh-aneh!" protes Caleya.

Jaeden menaikkan satu alis. "Aneh-aneh gimana maksud lo?"

Caleya mengerucutkan bibir. "Ya gitu.." gumamnya. Cewek itu kemudian mengacak rambutnya sendiri. Jaeden yang melihatnya tak kuasa untuk nggak menampakkan deretan gigi rapi nya.

"Gue mau balik ke kelas aja lah!"

Baru berbalik, almamater Caleya ditarik oleh Jaeden dari belakang. Kalau saja Caleya nggak punya keseimbangan yang bagus, pasti dia sudah terjengkang.

"Lo ngapain sih?! Mau gue jatuh?!" suara Caleya masih nge-gas seperti biasa.

Jaeden menepuk ruang kosong di sebelahnya. "Lo belajar aja disini. Kalau di kelas lo digangguin lagi." Jaeden membuka buku latihan soal Fisika kemudian memasang AirPods di telinganya.

"Nggak bisa, ntar kalau Kalila sama Aura digangguin kayak kemarin gimana?"

"Lo nggak perlu khawatir sama mereka berdua, mereka makan di kantin sama Keenan, Galen, dan Noah. Nggak ada yang bakal berani nyentuh mereka." tukas Jaeden tanpa melihat ekspresi Caleya.

Caleya menurut. Ia mendudukkan diri di ujung bangku. Sengaja mengambil jarak lebar-lebar dari Jaeden. Dekat-dekat dengan cowok berlesung pipit itu berpotensi membuat dirinya sakit jantung.

Cewek dengan surai terurai panjang itu pura-pura membuka buku namun isi kepalanya melayang kemana-mana. Caleya merasa kekurangan oksigen walau duduk ditengah tumbuhan-tumbuhan. Ia rasa, Jaeden sudah menyerap semua oksigen di rumah kaca ini. Caleya mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka.

Jaeden melepas satu AirPods nya dan memasangkannya di telinga Caleya.

"Ng-ngapain lo?" tanya Caleya gugup.

"Dengerin lagu sambil belajar." jawab Jaeden enteng. Ia menggeser posisinya menjadi lebih dekat dengan Caleya.

Intro lagu Can't Help Falling in Love yang di cover oleh Alexandra porat mulai terdengar. Caleya berusaha santai. Sedangkan Jaeden mengumpat dalam hati.

Sialan kenapa juga harus lagu ini.

"Cakep ya bunga anggrek nya." Caleya menunjuk bunga anggrek bulan yang tergantung di palangan besi atas, mencoba mencairkan suasana walau sebenarnya dia sendiri sudah membeku sejak tadi. Green House memiliki banyak koleksi bunga. Namun anggrek bulan yang paling menonjol.

Jaeden mengangguk.

Kayak lo. Jerit Jaeden dalam hati.

Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be

Bagian Reff lagu mulai merasuki telinga Caleya. Cewek itu menunduk. Menyembunyikan senyum simpulnya.

"Lagu ini punya banyak memori buat gue." ucap Caleya tiba-tiba. Cewek itu teringat sosok cinta pertamanya, Papanya.

"Apa?"

"Papa dulu sering nyanyiin lagu ini buat Bunda..." Caleya menatap bunga anggrek di depannya. Bunga kesukaan Bunda Vanya. Ia menikmati alunan lagu Can't Help Falling in Love.

"Memangnya lo juga punya memori indah tentang lagu ini?" tanya Caleya entah dapat dorongan dari mana.

Jaeden mengangguk. Ia melihat Caleya lekat membuat gadis itu meneguk salivanya. Caleya menyesal telah melesatkan pertanyaan itu dari mulutnya.

"Apa?" tanya Caleya.

Take my hand
Take my whole life too
For I can't help falling in love with you

"Ini lagu pertama yang gue dengerin sama lo." tutur Jaeden bersamaan dengan berakhirnya Reff lagu.




-----------------------------------------------------------

Gimana fase ini fren?
See you tomorrow ya!

I love you 3000!!

Continue Reading

You'll Also Like

20.1K 1.9K 39
Ini akan menjadi kumpulan oneshoot dengan Kim Ryeowook sebagai pemeran utamanya.
3.2K 1.5K 38
Jenan Aditama yang tertarik dengan gadis polos dan baik hati. Namun, sang Ayah tidak setuju jika Jenan mendekati gadis tersbut, Akankah Jenan bisa be...
1.1M 107K 57
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.1M 289K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...