Komang

By DimskiDimski

376K 9.9K 187

Cerita tentang Komang dan empat orang sahabatnya di masa-masa mereka menikmati gejolak remaja SMA. Dari salin... More

Bagian 1 dan 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43

Bagian 13

8.9K 259 1
By DimskiDimski

Senja mulai merambat, mentari sore perlahan mulai meninggalkan garis cakrawala. Komang dan Ferdian masih duduk ditempat yang sama.

"Kamu jadi ngomong ngga sih?"

"Hmm ... "

"Kok hmm?"

"Rambut lo wangi. Gue suka."

Kembali Ferdian tertawa, dia selalu tergelak jika Komang mengkomentari sesuatu. Komang menarik napas. Angin sore semakin merasuk, dingin mulai terasa, Ferdian yang hanya memakai kaos lengan panjang semakin merapatkan badannya pada Komang.

"Sebentar .. "

Komang mendorong perlahan badan Ferdian, dia kemudian membuka jaketnya dan kemudian menyelimutkan jaketnya itu pada Ferdian. Ferdian menoleh.

"Lhoo? Terus kamu gimana itu? Kamu nanti sakit? Enggak ah, ini kamu pake lagi jaket kamu."

Komang menggeleng, merapatkan kembali badannya ke badan Ferdian. Ternyata dibalik jaketnya itu Komang tak memakai apa apa lagi.

"Deket lo itu kalo ngga bikin anget yaa bikin panas. Mendidih gitu."

"Hahahaha. Astagaaaaa, kamu itu selalu ajaaaa nimpali omongan aku."

"Okay, gue mau ngomong yaa. Sekarang nih sekarang."

Ferdian mengangguk, dia menyenderkan kepalanya pada dada Komang dan Komang mulai berbicara.

Komang bercerita bahwa dia datang dari keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya seorang pemabuk yang kalau pulang ke rumah pasti ribut dengan ibunya. Ibu Komang bekerja sebagai buruh cuci dan setrika. Komang berusaha untuk tidak perduli dengan keadaan keluarganya, sepanjang kehidupan ibu dan adiknya berjalan baik baik.

Sampai pada suatu hari ketika Komang pulang dan melihat tetangga tetangga berkumpul di depan rumahnya dan ketika dia menerobos masuk, dilihatnya ibunya sedang memeluk adiknya yang sudah tak lagi bernyawa. Adik kesayangannya.

Komang tidak mengatakan apa apa, yang dia lakukan hanya memeluk ibunya. Adiknya Komang meninggal karena sang ayah yang seharusnya menjaga malah asyik bermain dengan perempuan di kamar. Sang adik yang kemudian melihat pintu terbuka berjalan keluar rumah dan tepat saat di melangkah keluar dari pintu pagar rumah, sebuah motor dalam kecepatan tinggi menyerempet sempat menyeret adiknya Komang beberapa meter. Motor tersebut kabur. Sejak saat itu Komang tidak pernah bicara sama sekali dengan ayahnya. Terkadang ayahnya pulang dalam keadaan mabuk dan kemudian melampiaskan marah pada ibunya dengan kerap memukuli ibunya, Komang kemudian berdiri diantara bapak dan ibunya yang membuat bapaknya murka dan menghajar Komang. Bagi Komang itu lebih baik daripada ibunya yang dihajar acap kali.

Ferdian mendengarkan cerita Komang dengan seksama. Dia menengadahkan mukanya ingin melihat wajah Komang. Komang terus bercerita, pandangannya lurus ke depan.

Jelang kenaikan kelas tahun lalu, terjadilah keributan besar di rumah Komang yang mengakibatkan Komang tak bisa mengikuti kegiatan tes kenaikan kelas dan harus terus mengikuti ibunya kemana pun karena khawatir ayahnya akan menghajar ibunya ditengah jalan atau pas ditemui dimana saja.

"Gue pengen berubah. Gue capek hidup kayak gini terus. Lo tau gue ikut gank berandal, gank rusuh atau gank apa pun itu yang dinamain sama orang-orang, karena apa? Karena gue pengen mereka bisa nerima gue. Gue pengen mereka bisa berteman sama gue karena ngga ada yang mau temenan sama gue. Gue selalu didepan kalo tawuran, gue selalu maju bela teman-teman gank rusuh gue, supaya mereka nganggap gue. Tapi gue capek, sayangnya gue ... Gue capek."

Ferdian menarik napas. Dia belum berani berkomentar apa apa karena sesuai perjanjian, tunggu sampai Komang selesai bercerita. Dia mengelus-elus tangan Komang yang sedang memeluk dirinya.

"Lo harus tau apa yang buat gue ingin mengubah diri? Gue ngga bisa ngelupain tampang kecewa nyokap gue pas tau gue ngga naik kelas. Nyokap bilang dia berusaha keras kerja supaya gue itu bisa terus sekolah dan ngga kayak begini terus hidupnya. Nyokap pengen gue bisa lebih maju dan ngerasain kehidupan yang lebih mapan dan senang. Lo kedinginan nggak? Sini gue angetin dulu."

Komang kemudian mendorong badan Ferdian sedikit lalu diputarnya kepala Ferdian dan diciumnya pelan dan penuh rasa. Ferdian merasakan hal yang berbeda dalam ciuman kali ini, diimbanginya ciuman Komang dengan lembut dan penuh rasa juga.

"Enak? Udah angetan sekarang?"

"Iyaa."

"Oke. Gue lanjutin yaa. Sejak gue ketemu lo pas kejadian mandi air bakso itu, sumpah mati, gue ngga nyaman. Ngga nyaman sama keadaan. Kenapa gue yang lebih kuat dari lo dan temen sebangku lo diem aja saat lo diperlakuin begitu. Makanya terus gue mutusin untuk datang ke rumah lo dan minta maaf. Dan kejadian deeehh ... Gue tau kok lo itu ngga suka perempuan. Tau banget. Banyak kok temen-teman bencong eh waria gue yang ngajarin gue banyak hal. Gue kagum sama mereka yang hidupnya keras tapi mereka ketawa ketawa aja. Lo juga pasti heran kan kenapa kok gue bisa kayak udah biasa sama yang namanya ngentotin bool. Karena terkadang temen-temen waria gue minta gue buat ngentotin mereka. Tapi lo ngga usah khawatir, mereka selalu main aman. "

Komang kembali menyalakan rokok. Dihisapnya rokoknya itu dalam dalam dan dihembuskannya asap rokok itu.

"Sejak kejadian di kamar itu gue selalu kepikiran lo. Lo itu kayak adek gue yang udah ngga ada itu, yang harus gue jaga, gue lindungi. Tapi gue juga ngga tau kenapa gue punya rasa nyaman kalo ada lo atau cuman liat lo doang. Makanya gue waktu itu ngomong kan, gue bukan orang baik tapi gue berusaha untuk jadi baik. Gue udah capek dan gue mau lo tolong gue, tolong gue buat jadi orang baik, orang yang lebih baik."

Ferdian meremas tangan Komang dan membawanya ke dadanya.

"Udah?"

"Belum. Gue belum selesai. Ah, sayangnya gue nih ngga sabaran."

"Iyaa, maaf maaf."

Komang kemudian melanjutkan omongannya.

"Gue ngga minta macem-macem kok. Gue cuman minta lo ada buat gue, Dian. Lo itu pacar pertama gue. Itu juga kalo lo mau jadi pacar gue yaa. Lo boleh tanya apa aja yang lo pengen tau tentang gue, gue akan jawab sejujur jujurnya. Daaah akhirnya pidato panjang gue kelaarrr."

Komang menciumi kepala Ferdian. Dipeluknya Ferdian erat-erat. Keduanya terdiam, menikmati lampu-lampu kota yang terlihat gemerlap dari atas bukit tempat mereka duduk.

"Kok diem?"

Ferdian tertawa.

"Aku itu bingung. Bingung karena tiba tiba semuanya jadi lebih serius. Tiba tiba obrolan kita jadi panjang. Aku intinya bisa ngerti dan terima apa yang kamu omongin barusan. Masing masing orang itu punya cerita tentang hidupnya. Aku kadang suka kesepian karena orang tuaku tinggal di pulau lain. Temanku itu yaa hanya Mamang Wimang sama Bi Isur aja. Eh sama buku buku, sama computer."

Komang menghela napas.

"Kenapa?"

"Enggak apa apa, gue ngerti kok kalo lo belum bisa terima gue apa adanya."

"Hahahaha, bukan itu maksudku, my honey. Jujur ini juga pacaran pertama aku. Jadi aku bingung takut salah ngelangkah atau salah omong, tapi kan tadi kamu bilang kamu akan jawab semua pertanyaan aku kalo aku ada yang mau ditanyain."

"Eh? Jadi lo terima gue?"

Ferdian kemudian beranjak dari duduknya, membalikkan badannya dan kemudian berlutut didepan Komang.

"Iyaa, aku mau jadi pacar kamu, Komang Adnyana."

Komang berteriak keras. Mengeluarkan isi hatinya yang saat itu penuh dengan rasa senang dan gembira.

"Seriusan? Lo mau? Dengan gue yang berandalan kayak gini?"

Ferdian mengangguk. Kembali Komang berteriak.

Dia kemudian merengkuh Ferdian dalam pelukannya. Diciumnya Ferdian dengan penuh rasa, dimainkannya lidahnya di dalam mulut Ferdian. Komang mengambil tangan Ferdian dan menaruh didadanya. Ferdian kemudian meremas dada Komang, bagian favorit Ferdian dari tubuh Komang.

Komang kemudian merebahkan Ferdian. Setelah itu dia membuka celananya semua, dia kemudian membuka celana Ferdian dan menariknya hingga lepas. Ferdian membuka kaosnya sendiri dan kemudian Komang menindih Ferdian lagi. Diciumnya lagi Ferdian. Mulutnya turun ke dadanya Ferdian, dihisapnya putingnya Ferdian bergantian sambil digigit gigit kecil.

"Oohhh ... Komaangggghh .. Ssshh ... Aahh .. Komaaanggghh ... Euuuhh ... "

"Sukaaaa? Enaaakk nggaaak sayangnyaa gueeee? Enaaakkhh? ... Gue mau bikin loo enaaakkhh ... Aaah lo bikin gue senangggghhh ... "

Komang kemudian berlutut, diludahinya tangannya lalu dioleskannya ludahnya itu ada kontolnya yang sudah berdiri keras. Dia kemudian meludah lagi dan membasahi lubang pantat Ferdian. Setelah itu dia mendorong masuk kontolnya perlahan ke dalam lubang pantat Ferdian.

"Ooohhh ... Diaaaannn ... Kenapaaaahh memekkhh lo selalu bikiiinn gueeehh ngelayaaangggg? ... Aaahh anjiiinggg ... Enaaaakkhh ... "

"Ouuuhh Komaaangggh ... Sssshh ... teruuusss teruusssshhh masukiiinnn ... Aku maauuu kamuuuuhh ... Mauuu kamuuuhh pacar kesayangaaannn akuuuhh ... "

Komang kemudian menggenjot kontolnya dengan perlahan dan pasti menikmati setiap hentakan yang masuk ke dalam lubang pantat Ferdian.

Ferdian meremas remas dada Komang. Ditengah semilir angin malam, tampak badan Komang yang mengkilat karena keringat. Ferdian menatap Komang yang menatapnya kembali dengan senyuman.

"Shhh ... Sayangnya gueee ... Gueee sayaaanggg bangetthh .. Sayannngg bangetthh sama lo. Aaahh .. Ssshh .. anjiiingg ini memeeekkhh bikin gueee nagiiihhh ... Aaahh .. Aahh .. "

"Komaanggggghh, mau keluarrrrhh aku mauuu keluarrrrhh .. Aaahh ... Aaahh .. Kontol kamuuuu aaahh bikinnn aku kelu ... aarrrrggghhh ... "

Ferdian menarik badan Komang lalu diciumnya Komang dan digigitnya bibir Komang bersamaan dengan menyemburnya air mani dari kontolnya yang membasahi perut keduanya. Komang terus menggenjot dengan intensitas lebih cepat.

"Sayaangghh .. Aahh .. Guee keluarrrhhh .. Sayaangnggh aaaah ngentttooott ... Gue keluarrrr iniiiihh ... Hoooohh ... Arrrggghhh"

Komang melenguh panjang dan kontolnya menghentak-hentak dalam pantat Ferdian. Air maninya membanjiri lubang pantat Ferdian yang merasakan pantatnya hangat. Komang kemudian mencium ujung hidung Ferdian. Setelah itu ia mencium kening Ferdian. Dia lalu mencabut kontolnya dan berdiri.

Komang menyodorkan tangannya untuk membantu Ferdian berdiri. Keduanya menghadap ke arah kota yang sudah dipenuhi dengan gemerlap lampu. Komang memeluk Ferdian dari belakang. Keduanya kemudian tertawa.

Komang kemudian mengambil pakaian mereka yang bergeletakan di rumput setelah itu ia mengandeng tangan Ferdian dan mengajaknya masuk ke dalam gubuk. 

Continue Reading

You'll Also Like

39.4K 2.3K 29
🏳️‍🌈 GAY STORY Adrian, namanya terseret kasus penggelapan dana perusahaan yang sama sekali tidak ia lakukan. Tapi hakim sudah memutuskan Adrian seb...
768K 6.9K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
2.3M 330K 42
[DIBUKUKAN] [TERSEDIA DALAM BENTUK PDF] [NOMIN - JAEYONG - MARKHYUCK] Kenapa aku selalu diminta menyelamatkan dunia orang lain disaat duniaku sendir...
14.8K 237 10
Mohon pengertiannya - Cerita mengandung Konten 21++ dengan Tema LGBT Sehubungan adanya musibah yang saya alami pada akun Karyakarsa, saya pun membua...