Komang

De DimskiDimski

376K 9.9K 187

Cerita tentang Komang dan empat orang sahabatnya di masa-masa mereka menikmati gejolak remaja SMA. Dari salin... Mai multe

Bagian 1 dan 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43

Bagian 12

9.1K 254 3
De DimskiDimski

Siang itu Komang sedang asyik duduk di warung dekat sekolah sambil merokok bersama Aldo dan Felix serta empat orang teman lainnya. Suasana cukup panas. Dari kejauhan Komang melihat Ferdian berjalan keluar dari gerbang sekolah. Aldo yang melihat Ferdian berjalan keluar dari gerbang sekolah lalu tertawa dan menjentikkan kedua jarinya.

"Aaaah akhirnya ketemu juga gue ama si banci itu. Hmm ... "

"Mau ngapain lo, 'do?"

"Mau gue culik, 'lix, terus gue sekap di gudang belakang rumah gue terus gue suruh ngisep kontol gue. Hahahahaha."

Felix pun tertawa.

"Eh, 'mang, kok lo ngga ikutan ketawa? Oooh gue tauuu lo pasti ngga suka gue ngerjain teman sebangku lo."

"Hmm .. "

"Kok cuman hmm jawab lo?"

Komang menarik napas panjang. DIhisapnya rokoknya lalu dihembusnya pelan-pelan dan dia menoleh kea rah Aldo.

"Lo ada masalah apa sih sebenernya sama dia, 'do? Masalah ngga bisa tukeran kerja kelompok waktu itu? Udah lewat kali ah. Lagian juga tuh anak diem kan? Kagak pernah bikin lo ribet atau masalah sama lo."

Aldo mendadak membalikkan badannya lalu berdiri tepat didepan Komang.

"Gue ngga suka sama dia. Nggga suka. Kenapa jadi lo belain dia? Lo udah pake dia? Udah lo entot tuh anak?"

Komang masih duduk dengan santai.

"Jaga omongan lo yaa, 'do. Gue ngga mau ribut sama lo. Urusannya panjang. Lo ribut sama gue, artinya lo ribut sama anak-anak senior. Lo tau walaupun gue seangkatan sama lo sekarang, gue tetap seangkatan dimata mereka kakak kelas lo."

"Terus kenapa lo mau main sama angkatan gue? Lo kurang diterima sama angkatan lo atau gimana nih?"

Perkataan Aldo membuat darah Komang mulai naik. Dia lalu berdiri. Mencengkeram dan menarik baju Aldo.

"Lo anjing yaa. Gue dari tadi udah diem aja. Gue main sama angkatan lo karena gue menghargai usaha lo lo mau kenal dan main sama gue. Lo ngga mau gue main sama lo lo lagi, ngga masalah. Asal lo tau yaa, anak anak senior ngga suka sama gaya lo yang belagunya anjing dimata mereka. Mau lo apa sekarang?"

Felix kemudian melerai mereka berdua, dia menyentuh tangan Komang dan mengelus elus punggung Komang. Aldo sendiri dalam hatinya sebenarnya ciut.

"Komang .. Mang ... Santai santai ... Kok jadi gini sih? Ayoo dong ... Udah ah ... "

Komang melihat ke arah Felix kemudian melepaskan tangannya yang mencengkram dan menarik baju seragam Aldo. Dia lalu mengambil tasnya setelah itu berjalan keluar warung. Dia menyeberang, bertepatan saat Komang sampai diseberang, Ferdian sampai diseberang warung. Komang memberikan isyarat lewat mata dan mulutnya berbisik.

"Jalan terus. Jangan liat kiri kanan. Ada angkot naik langsung."

Ferdian kemudian menundukkan mukanya dan berjalan terus, sementara Komang berdiri di pinggir jalan seolah olah sedang menunggu angkot, ekor matanya memperhatikan gerak gerik di warung, dia takut Aldo keluar dan menghampiri Ferdian.

Untungnya angkot yang ditunggu Ferdian lewat. Ferdian bergegas menstop angkot itu dan kemudian naik. Komang masih dipinggir jalan, ia tak mau kelihatan menyolok menjaga Ferdian, dia kemudian mengeluarkan rokoknya lalu setelah menyalakan rokoknya dia berjalan ke arah sekolah untuk mengambil motornya.

"Lo kenapa sih, 'do?"

"Aaah taik lo, 'lix, bukannya belain gue malah belain si Komang."

"Eh, 'do, gue bukan bela siapa siapa yaa, udahlah kita ini dibilang gank berandal, kelompok rusuh, biang onar, terus didalamnya malah saling hajar."

"Yaa tapi gue ngga suka lo belain si Komang kayak tadi. Liat aja tuh anak, gue bikin nyesel."

Aldo adalah anak orang kaya. Bapaknya sibuk berbisnis, memiliki beberapa perusahaan, suka main perempuan. Beberapa kali Aldo mendapati ayahnya membawa perempuan masuk ke dalam rumah. Sementara ibunya sendiri tidak perduli karena yang penting bagi ibunya Aldo sepanjang suaminya memberikan apa yang dia minta dia ngga akan masalah. Bapaknya Aldo pun tak pernah memikirkan efek samping dari apa yang dia lakukan, berapa pun anaknya minta uang padanya selalu dia kasih. Itulah sebabnya Aldo tumbuh menjadi anak yang manja, keras kepala dan sombong.

"Terserah elo deh, 'do, gue cabut dulu."

"Eh, lo ngga mau nemenin gue? Makan deh dimana lo pilih, atau kita bilyar atau apa kek."

Felix menggelengkan kepalanya.

"Ini hari apa, 'do? Jadwal gue buat bantu nyokap gue di toko di pasar abis itu anter dia pulang. Sorry, 'do."

Aldo menarik napas panjang, dia tahu, walaupun Felix suka mabok, suka main perek bareng dirinya, terkadang nyimeng dan kenakalan lainnya tapi ngga ada yang bisa menghalangi Felix kalo ibunya sudah minta tolong atau minta dia pulang.

***

Ferdian melihat handphonenya. Ada pesan masuk. Dia baru saja sampai rumah dan baru saja masuk kekamarnya.

'Dian, mamang bantuin si Putra dulu, nembok dapur dia. Pulangnya rada maleman. Makanan udah mamang siapin di meja. Nuhun.'

Ferdian menuju kamarnya. Direbahkannya badannya ke tempat tidur. Pikirannya melayang pada kejadian tadi saat Komang menyeberang dan meminta dia untuk jalan terus. Ferdian melihat di warung ada Aldo dan Felix.

Ferdian kemudian memejamkan matanya. Kembali handphonenya berbunyi. Dilihatnya pesan yang masuk.

'Sejam lagi tunggu gue depan rumah. Gue mau ajak lo keluar. Pulang agak malam. Harus bisa. -Sayangnya lo-'

Ferdian membaca ulang pesan tersebut. Dia kemudian duduk dipinggir tempat tidur. Kembali jantungnya berdebar. Dibukanya lemari bajunya, dicarinya baju yang pas. Dia ingin bertanya perginya kemana supaya dia bisa menyesuaikan bajunya tapi dia malu. Alhasil Ferdian mengenakan celana jeans hitam, kaos hitam tangan panjang dan sepatu casual.

Sambil menunggu waktu sejam, Ferdian duduk di meja komputernya dan kemudian meneruskan membaca buku yang baru dibelinya beberapa waktu lalu.

Terdengar suara motor didepan rumah, lalu suara klakson dua kali. Ferdian bergegas turun dan kemudian melambaikan tangannya ke Komang yang masih duduk diatas motornya.

Komang menyerahkan helm yang dipegang olehnya.

"Uwow! Uwow! Uwow!"

"Apaan sih, 'mang?"

"Sayangnya gue kok bisa berubah gini jadi ganteng maksimal?"

Ferdian tertawa dan matanya terus menatap ke Komang.

"Kenapa lo?"

"Enggak apa apa. Aku suka liat kamu pake celana pendek dan jaket kayak gini."

"Hahahahah. Keliatan laki apa keliatan ngga punya baju gue?"

Ferdian kembali tertawa.

"Aku kirim pesan dulu ke Pak Wimang yaa. Dia lagi ngga dirumah soalnya. Jadi rumah kosong."

"Eh rumah kosong?"

"Iyaa. Mau masuk dulu?"

"Enggak ah, takut."

"Takut?"

"Takut khilaf, apalagi rumah kosong. Ayook buruan naik."

Ferdian kemudian naik ke motor Komang dan Komang segera memacu motornya melaju membelah kebisingan dan kehingabingaran kota.

Komang membawa Ferdian ke sebuah bukit yang letaknya sekitar dua jam dari kota. Motornya berhenti didepan sebuah gubuk kecil. Ferdian turun lalu membuka helmnya, Komang pun melakukan hal yang sama. Komang berjalan ke arah gubuk kecil itu, diketoknya pintu kayu gubuk itu, tak ada jawaban.

Ferdian melihat seorang bapak berjalan dari samping gubuk.

"Komang."

Komang menoleh. Ferdian memberi isyarat dengan mengangkat dagunya.

"Nak Komang. Bapak tunggu dari tadi, kirain ngga jadi datang."

Komang menghampiri bapak tersebut dan bersalaman serta mencium tangan bapak tersebut.

"Maaf, pak, agak macet dan bawa penumpang jadi ngga berani ngebut."

Bapak itu tersenyum dan manggut-manggut.

"Ini siapa? Jadi ini?"

Bapak tersebut bertanya. Ferdian yang sudah berdiri disebelah Komang bingung. Komang tertawa.

"Iyaa, pak. Ini. Ini pacar Komang. Cakep ngga, Pak? Cocok nggak?"

Muka Ferdian memerah, salah tingkah. Komang semakin tergelak. Ferdian kemudian bersalaman dan mencium tangan bapak tersebut.

"Aduuh tangannya halus banget. Hehehehe. Komang ini udah kayak anak saya sendiri. Kalo ngga ada dia, saya mungkin udah ngga ada disini. Komang itu apa adanya. Dia kemarin kemarin cerita lagi senang punya teman deket katanya. Bapak pikir pasti perempuan, tapi ternyata nak Ferdian."

"Emak mana, Pak?"

Komang bertanya pada bapak tersebut.

"Emak lagi turun, jual sayur sama buah hasil panen. Bapak mau pulang, mau masak nasi, kasian nanti emak pulang ngga ada nasi. Teh sama ubi bakar kesukaan kamu udah bapak siapin didalam yaa."

Bapak tersebut kemudian menepuk nepuk punggung Komang dan setelah itu dia mengangguk pada Ferdian dan berjalan meninggalkan gubuk. Komang melihat jam tangannya. Dia kemudian menarik Ferdian menuju ke belakang gubuk. Ferdian terkesiap, bagian belakang gubuk itu menghadap ke kota, sehingga dari kejauhan tampak bangunan bangunan didataran bawah di kota.

"Ini kalo malam pasti bagus banget. Pasti."

Komang tertawa. Dia kemudian duduk dihalaman yang ditanami rumput itu. Ferdian lalu duduk disampingnya.

Komang berdiri kembali, dia mengambil rokok dari kantong celananya, dinyalakannya rokok itu, setelah itu dia duduk dibelakang Ferdian, dirapatkannya tubuh Ferdian pada tubuhnya. Jantung Ferdian berdegup. Ferdian menyenderkan kepalanya pada dada Komang. Komang asyik merokok. Ferdian sama sekali tak berkeberatan. Keduanya menikmati semilir angin sore.

"Sayangnya Komang."

Ferdian tertawa.

"Kok ketawa sih?"

"Resmi amat nadanya."

Sekarang Komang yang tertawa.

"Gue mau ngomong sama lo, Dian. Dengerin yaa omongan gue baik-baik. Lo boleh jawab, boleh komen, boleh apa pun setelah gue selesai ngomong yaa."

"Kok jadi serius gini?"

Komang mengisap kembali rokoknya dan menghembuskan asapnya keatas.

***

Seseorang tampak sedang menerima telpon.

"Siap, boss. Segera dibereskan, boss. Apa? Ooh gampang itu. Yang penting celaka. Jangan lupa transferannya, boss. Biasa DP dululah."

Orang itu menutup telepon. Lalu matanya kembali mengamati warung. Dilihatnya Aldo dan Felix keluar dari warung. Orang itu menyalakan motornya dan siap membuntuti.

Continuă lectura

O să-ți placă și

My sekretaris (21+) De L

Ficțiune generală

359K 3.4K 22
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
39.4K 2.3K 29
🏳️‍🌈 GAY STORY Adrian, namanya terseret kasus penggelapan dana perusahaan yang sama sekali tidak ia lakukan. Tapi hakim sudah memutuskan Adrian seb...
766K 6.9K 20
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
63.3K 1.6K 11
Adi seorang pelajar SMA yang sedang jatuh cinta kepada Bagas yang notabene seorang perwira polisi dan sudah mempunyai isteri. Bagaimanakah hubungan p...