Dimas: From Zero To Villain.[...

By L1lyput3h

4K 1K 487

Dimas:From zero to Villain Drama-Psikologikal-Action WARNING, BEBERAPA BAB BERKONTEN 18+ HARAP BIJAK DALAM ME... More

1.Pembukaan.
2. Ibuku sayang, Ibuku malang.
3.Nimas mau buat Mama Papa Bangga!
4. Si kamera bernyawa.
5. Nimas itu sangat bodoh!
6. Manusia Langka.
7. Masih ada sayang.
8. Jangan panggil gue kakak, lo bukan adek gue!
9. Pa, Ma. Cita-cita Nimas mau jadi pelukis.
10. Pekerjaan baru dan gadis manis.
11. Latihan kok ngamen?
12. Tekad untuk berubah.
13. Bagaimana mereka bertemu?
14. Bosan sekolah.
15. Pintu Pengakuan.
16. Kematian seorang sahabat dan tantangan tidak masuk akal.
17. Putus sekolah.
18. Filosofi Arak.
19. Darah pertama.
20. Gempar.
21. Telepon.
22. Hancurnya pertemanan.
23. Panggil saja gadis itu Susan!
24. Dua Sisi Mata Uang.
25. Yang Menuntut Kebebasan.
26. Sudah Sangat Dekat.
27. Deal With The Devil.
28. Tubuh Bergerak Sendiri.
29. Jangan percaya siapapun!
30. Kerjasama Culas.
31. Tidak Sesuai Ekspektasi.
32. Akal Bulus.
33. Anka Punya Dendam.
34. Apa Lo Yakin Dimas juga Suka sama Lo, Nimas?!
35. Siapa Cepat, Dia Dapat.
36. Permintaan yang tidak bisa ditolak
37. Naufal Firdaus.
38. Asa yang Bertentangan.
39. Sang Pujangga.
40. Perkumpulan Orang-Orang dari Dunia Bawah dan Masa Lalu Cristian.
41. Perkara Lalu Diungkit Kembali
43. Kesetiaan Sang Ketua Preman Pasar Margasari itu Patut Diacungi Jempol
44. Perburuan Dimulai.
45. Yang Terkuat.
46. Kepingan Kisah Si Gadis Kupu-Kupu.
47. Kumbang, Capung, Kupu-Kupu, Kepik, Belalang dan Laba-Laba.
48. Dimas dan Sue.
49. Kita Tetap Keluarga Baik Dulu, Sekarang Maupun Masa Depan.
50. Peristiwa Sebelum Memori Fotografis Bekerja.
51. Penyelamatan Kancil Betina dari Antah-Berantah
52. Satu Diantara Kita Harus Selamat
53. Keyakinan Johan.
54.Semakin Pelik.
55. Pelelangan Berdarah.
56. Penyelesaian.
Extra part: 57. Pluto.
Extra Part: 58. Penutup.
Akhir kata.
SERI UTAMA
New Project

42. Kekacauan Bermula.

23 11 1
By L1lyput3h

Mengapa dia ada di sini? Apa yang dia lakukan? Dia orang yang sama,'kan? Apa-apaan ekspresinya tadi? Kenapa aku menangis? Perasaan apa ini? Kenapa jadi begini? Sebenarnya apa yang terjadi?!

Puluhan pertanyaan saling berjejal disetiap seluk otak. Semuanya menuntut untuk diperjelas dan hanya satu orang yang dapat menjawabnya.

Bapak.

Sekarang malah tambah satu pertanyaan menjengkelkan dan sayangnya yang paling krusial. Bapak pergi ke mana sekarang?!

Aku celingak-celinguk untuk mencari keberadaannya. Kemeja putih berbalut rompi hitam. Akh, semua pelayan laki-laki mengenakannya. Satu pelayan ku balik badannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

Bukan!

Setelah aku cermati lebih jauh lagi, ada belasan, tidak. Ada puluhan pelayan yang memenuhi ruangan ini. Aku harus mencari keberadaan bapak tanpa menimbulkan gelagat mencurigakan.

"Dimas, nih!" Sebuah gelas berisi cairan berwarna kuning menggantung di hadapan. Aku cepat menoleh ke kiri dan di sana Tian berdiri sambil sedikit menggoyangkan gelas yang ia suguhkan.

"Stand sirup ada di sana, ngapain lo di sini?" Dia berkata sambil menunjuk satu titik menggunakan dagu lalu, perhatiannya kembali padaku.

Kenapa dia tiba-tiba muncul?

"Oh, makasih yah!" Sudahlah jangan terlihat aneh. Aku mengambil alih gelas tersebut.

Setelah itu, Tian mengajak untuk kembali bergabung bersama Johan. Aku masih sempat mengidarkan pandangan, berharap kesempatan ini dapat melihat sosok laki-laki yang dulu sering menyiksaku. Sayangnya, panggilan dari Tian kembali menyedot perhatian. Pemuda itu memuntut agar aku segera mengikuti langkahnya.

"Kalian dari mana?"

"Biasalah, si Dimas ngga bisa minum."

Aku tidak terlalu memerhatikan lagi pembicaraan dua orang itu. Fokusku telah terpaku untuk mencari bapak. Kenapa setelah sekian lama, pesiar Naufal,'lah yang menjadi panggung pertemuan?

"Dimas, Dimas, Dimas!" Johan dan Tian menyentak, mereka telah berdiri agak jauh.

"Eh, apa?"

"Lo yang apa, mau makan ngga? Kita lapar nih!" Johan melengos pergi setelah mengatakan itu. Begitu pula Tian, dia mengekori kemana langkah kaki Johan.

Mau tidak mau aku mengikuti keduanya.

Makanan yang disajikan memang menggugah selera tetapi aku sudah kehilangan nafsu makan. Steak daging bermandikan keju mozarella tidak tersentuh sedikitpun. Aku hanya menatapnya dengan pikiran melayang jauh.

"Dimas, kok lo bertindak aneh?"

Aku segera menegakkan kepala, menatap Tian yang baru menyuapkan daging rendang ke mulut.

"Dimas, lo jangan buat gelagat mencurigakan!" Kepalaku berputar kepada Johan. Laki-laki paruh baya itu menatap tajam kearahku.

"Hah?" Aku mengerutkan dahi, lalu sedikit tertawa kecil. Tawa yang dipaksakan.

"Jangan pura-pura, sejak lo nangis tadi gelagat lo aneh, Dim." Tian ikut menimpali membuat tawaku langsung mereda.

"Dimas nangis? Maksud lo apa, Tian?"

Tian kembali menyuap makanan khas minang ke mulutnya sambil mengangguk takzim. " Tanya aja sama orangnya!"

Pandangan Johan kembali tertuju kepadaku.

"Ngga, kok gue ngga nangis tadi kelilipan. Tian aja yang nyangka nangis. Mana ada orang nangis yang jatuh cuma setetes."

Semoga Johan percaya, semoga Johan percaya. Amin!

"Aneh lo berdua!"

"Loh kok gue juga!" Tian mendengkus kesal. "Iya, sih cuma setetes tapi muka lo itu kayak ketemu kuntilanak tau, ngga!" Tian ikut menatapku.

Heh?

"Muka pucet terus mata melotot," lanjut Tian. "Lo nangkep sesuatu yang ganjil?" Suaranya memelan saat mengatakan itu.

Tidak mungkin aku akan mengatakan jika tadi bertemu dengan bapak!

"Ngga ada apa-apa kok, suer!" kataku dengan mengangkat jari tengah dan telunjuk. Memang tidak ada yang ganjil,'kan? Keberadaan bapak di tempat ini tidak mempengatuhi rencana yang kami susun,'kan?

"Dimas." Johan menudingku menggunakan garpu. "Jangan buat rencana malam ini gagal!"

Aku tersentak mundur hingga punggung bersentuhan dengan sandaran kursi. Ujung garpu itu menghunus langsung ke bola mata. Mungkin jika aku tidak bergerak, ujung lancip itu sudah bersentuhan dengan kornea mata.

"Iya."

Akhirnya setelah mendengar jawaban dariku, Johan menusuk bakso dengan garpu tersebut dan langsung memakannya dalam satu suapan.

Tingkahku sudah membuat Tian dan Johan curiga. Ini tidak bisa terus dibiarkan itu terjadi. Dengan memaksakan diri aku mengambil pisau dan garpu lalu mulai mengiris daging steak dan menikmatinya.

Sial, sial, sial. Keberadaan bapak di tempat ini terus mengusik pikiran. Setelah pertemuan tadi aku tidak melihat batang hidungnya lagi. Untuk mencarinya saja aku tidak bisa, Johan dan Tian  mengultimatum agar selalu bersama.

Pesta akan berakhir dalam satu jam lagi dan bapak masih belum kelihatan. Jadi dia bekerja di kapal pesiar ini. Cuih, ternyata dia bisa juga mencari pekerjaan. Kenapa tidak dari dulu saja? Dan kenapa harus kapal pesiar kepunyaan Naufal Firdaus?

Aku tiba-tiba teringat, sebelum bapak pergi dia sempat mengelus dadaku. Apaan coba maksudnya? Aku mulai melakukan hal serupa.

Usapan bapak lembut sekali, tidak seperti dulu di mana tangan itu hanya dia gunakan untuk memukul. Eh, aku kenapa, sih?

Tunggu, tunggu sebentar! Dia mengusap dadaku. Sekali lagi aku melakukan hal yang dilakukan bapak. Seketika telapak tangan berhenti di dada kiri. Tepatnya di atas saku rompi jas. Seingatku kantong itu kosong tapi kok sekarang aku merasa ada sesuatu di dalamnya?

Dengan perlahan aku mencoba mengeluarkan benda itu. Kertas? Dan ada tulisannya!

Membaca isi surat di tempat seperti ini adalah ide yang buruk. Aku harus mencari tempat yang sunyi.

Untung saja kali ini aku mendapat sedikit kelonggaran dari Tian dan Johan. Mereka tentu tidak mau aku BAB di tengah keramaian. Meski begitu mereka hanya memberi waktu lima belas menit untuk menyelesaikan panggilan raja. Waktu yang sangat cukup untuk membaca surat dari bapak.

Bebas dari Tian dan Johan aku harus kembali berhadapan dengan dua penjaga pintu. Mereka kenapa, sih kok sansi banget?

"Gue mau ke toilet, udah diujung nih. Mau gue berak di sini? Nanti kalian yang bersihin."

Sedikit ancaman rupanya mampu mengecoh keduanya. Aku langsung tancap gas menuju toilet terdekat. Sejauh mata memandang, koridor terlihat sangat sepi. Aku tidak terlalu memperdulikannya. Setelah sampai di depan toilet aku segera masuk ke salah satu bilik.

Waktu yang di tunggu-tunggu datang juga. Mari kita baca bersama-sama isi surat dari bapak.

Naufal tahu semuanya. Dia tahu kalau kamu yang telah bunuh adiknya. Dia juga tahu selama ini lo menyamar menjadi Ardi Firdaus setelah kematiannya. Dia mau balas dendam kepada lo, Dimas.

Pelelangan malam ini hanya kedok untuk meringkus kamu. Dia sudah kerja sama dengan Rikie untuk menjebak sekaligus membunuh kamu. Sebenarnya bapak pengen setelah kamu baca surat ini untuk segera ninggalin kapal ini tapi Naufal udah menculik dua temen kamu. Satu cewek dan satu cowok. Mereka Naufal gunain untuk menyudutkan kamu.

Dimas, selametin mereka dan pergi dari pesiar ini. Mereka di sekap di ruangan pengawas.

Untuk mempersenjatai diri, bapak udah nyembunyiin pistol di bilik toilet nomor 1, Bapak yakin lo bisa temuin benda itu di sana, bapak juga selipin peta denah pesiar ini.

Dimas, hanya ada dua pilihan untuk bisa kabur dari sini, pertama memakai sekoci dan kedua menggunakkan helikopter. Bapak tahu kamu anak cerdik. Gunakan waktu sebaik mungkin dan selamatkan teman-teman kamu.

Dimas bapak harap lo tetep hidup. Ini bukan permintaan tapi perintah. Jangan banyak tanya kenapa bapak tahu segalanya. Selalu jaga ibu  dengan baik, Dimas.

Seketika secarik kertas itu ku remas penuh emosi. Apa-apan isi surat ini? Dia mau berkelakar denganku? Dia bercanda,'kan? Tapi ... dari mana dia tahu kebenaran tentang Ardi Firdaus?

Setelah itu, aku langsung menyeret kaki ke bilik yang di maksud bapak. Seandainya dia berkata jujur, pistol itu pasti ada di sana.

Tempat stategis untuk menyembunyikan benda? Aku langsung mengitari ruang sempit ini. Mencari di mana saja titik krusial. Tatapanku langsung tertuju pada tabung putih yang berada tepat di atas kloset. Dengan berdiri di atas kloset duduk, aku dapat dengan mudah menggapai benda tersebut. Setelah membuka tutupnya. Benar saja aku menemukan sepucuk senjata api beserta denah pesiar ini. Aku tersenyum simpul kala pistol itu terisi penuh peluru.

Jadi, identitasku sebagai Ardi Firdaus palsu sudah tidak terlalu rahasia lagi. Naufal ingin membalaskan kematian adiknya rupanya. Ternyata pembangkang yang selama ini aku cari ada Rikie. Tapi, siapa dua temanku yang menjadi sandera mereka? Dan berani-beraninya mereka melibatkan orang yang tidak tahu apa-apa dalam masalah ini.

Tiba-tiba suara sirene berdengung nyaring dengan tempo lama dan saling bersahutan hingga mengakibatkan gendang telinga seperti mau pecah. Aku spontan menutup telinga sembari meringkuk. Belum usai dengan sirene yang begitu mengusik, derap kaki saling bersahutan bergema seantero koridor. Sayup-sayup aku mendengar beberapa lesatan peluru di tembakkan. Dentuman demi dentuman, berbagai suara kekacauan menguasai ruang dengar sekarang.

"Periksa toilet mungkin aja ada orang di sana!"

Aku kaget bukan main saat teriakkan itu terdengar begitu lantang. Aku kalang kabut mencari persembunyian. Menghadapi puluhan anak buah Naufal bersenjata lengkap sendirian dan tanpa rencana yang matang adalah hal bodoh. Aku bisa saja dengan mudah mati saat itu juga.

Aku segera menengadah, gacha! Tepat di atas sana terdapat pintu ventilasi udara. Aku bisa memanfaatkannya untuk bersembunyi. Dengan sekali lompatan aku dengan mudah menggapai pintu tersebut dan membukanya. Lantas dengan sekuat tenaga mengangkat tubuh 160 pon ini agar bisa masuk ke celah sempit itu. Kemudian menutup kembali pintu yang terbuat dari teralis besi tersebut.

Semua aku lakukan dengan tempo yang sangat cepat. Bertepatan dengan itu, pintu toilet didobrak sangat brutal. Dari besi teralis aku dapat melihat para anak buah Naufal memeriksa setiap bilik. Semakin lama aku berada di sini, semakin besar peluang di temukan. Dengan susah payah aku mulai merangkak, mengikuti jalur ventilasi ini membawa tubuhku.

Sebenarnya apa yang terjadi di luar?

Apa Naufal mengamuk karena tidak menemukanku lagi di ballrom?  Sudahlah aku harus fokus menyelamatkan dua temanku itu yang entahlah siapa mereka. Lalu segera kabur dari tempat ini.

Darimana bapak tahu segalanya?
***

Beberapa waktu sebelumnya.

Di sebuah kabin yang cukup besar. Terdapat seorang lelaki paruh baya bersama lima orang remaja usia 15-18 tahun. Remaja-remaja tersebut terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan.

Mereka semua kompak memakai pakaian serba gelap dengan style masing- masing.

"Aku sudah menemukan keberadaan Kupu- Kupu."

Sentak perkataan anak laki-laki dengan kaca mata itu menyedot perhatian seluruh orang.  Dia lantas berjalan mendekati satu-satunya orang dewasa di ruangan itu untuk memberikan tablet yang sedari tadi dipegang.

Lelaki pertengahan empat puluhan itu menyeringai, layar tablet menampilkan sesosok gadis belia berpakaian pelayan sedang berbaur bersama pelayan lainnya.  Gadis berusia 16 tahun itu tidak banyak berubah dipenglihatannya.

"Papi, apa sekarang waktunya?"

Laki-laki dewasa itu menengadah pada sosok pemuda tanpa atasan. Anak remaja delapan belas tahun itu balas menatapnya dengan sorot permohonan yang sangat kentara.

Setelahnya, ia kembali larut menatap wajah gadis di display tablet. Tangan besarnya perlahan mengusap layar seakan-akan sedang mengelus wajah gadis itu. Binar matanya meredup, dia menghela napas pelan. Tetapi, berselang sepersekian detik raut wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat ---menjadi merah padam. Dia berteriak frustasi.

"Serangga Malam, bawa anak nakal itu ke hadapanku!" Lengkungan seringai terbit di bibir kering si pria dewasa.

"Baik!" Seketika para remaja di ruangan itu berujar lantang.

"Jangan harap bisa lolos lagi hari ini. Ada hukuman yang siap menantimu, Kupu-Kupu ...," lanjut si pria dewasa dengan diakhiri lirihan.

Setelah itu, suara resreting hoddie  ditarik berbunyi. seorang gadis dengan gaya rambut dicepol yang melakukannya. Sorot malas itu menatap semua orang. Tidak lama dia mengangkat tangan berniat untuk bertos ria bersama remaja lainnya.

Sesaat mendapat persetujuan dari satu-satunya lelaki dewasa. Ia segera keluar kabin tersebut. Kepergiannya tidak luput dari perhatian semua orang.

"Kupu-Kupu ... kenapa kamu membuat Papi kecewa?" ucap lirih si lelaki dewasa. Empat remaja yang tersisa bergeming saat sang pria kembali menatap sendu layar tablet. Bibir lelaki itu bergetar.

"Kembali,'lah, Nak. Papi rindu."

Mempunyai tinggi badan yang hanya 150 cm tidak mempersulit gadis berhoddie tadi untuk bergerak. Menyelinap dan bersembunyi dari kumpulan laki-laki bersenjata adalah hal mudah. Terkadang, ia juga harus menggunakan teknik bela diri seandaiya ada satu dua orang yang menghalangi aksinya.

Semua dia lakukan tanpa menimbulkan suara gaduh sedikitpun.

Kapal pesiar Naufal Firdaus terbilang luas untuk ukuran kapal pesiar pribadi. Meski demikian, gadis itu sudah tahu bahkan hapal letak target operasinya malam ini. Sebuah ruangan tempat menyimpan  senjata yang akan diperebutkan beberapa jam ke depan.

Dia sedang bersembunyi sambil memerhatikan sekeliling. Di depan sana adalah ruangan yang ia tuju. Beberapa penjaga terlihat mondar-mandir ---mengamankan. Sesaat dia melirik ke arah jam tangan. Waktu semakin menipis.

Tiba-tiba dia menangkap ada pergerakkan. Cepat-cepat si gadis merapatkan tubuh ke dinding. Seorang laki-laki dewasa dengan senapan api lewat begitu saja, tidak menyadari bahwasana ada gadis remaja yang sedang meringkuk.

Saat dirasa tidak ada lagi orang yang berlalu lalang. Dengan cepat gadis itu melangkah menuju pintu. Pintu itu terkunci, untung saja si gadis telah memprdiksi. Ia langsung mengeluarkan alat dari saku tas pinggangnya. Sebuah alat yang dirancang khusus untuk membobol pintu. Berbentuk seperti pisau lipat tetapi mempunyai badan yang sangat ramping seukuran lubang kunci dan dengan sedikit keahlian, pintu tersebut sudah terbuka.

Sesaat setelah berpindah ruangan. Si gadis mengitari sekeliling. Tepat ditengah-tengah ruangan, ia dapat melihat dengan jelas benda yang ia cari. Meskipun begitu, dia tidak bisa mengambil begitu saja.

Benda itu tersimpan di sebuah meja yang dikelilingi cahaya laser berwarna merah yang saling menyilang hingga memagari setiap inci.

Si gadis berdecih pelan. Ia lantas menarik napas dari mulut beberapa kali sambil memasang kuda-kuda. Lalu dengan sekali hentakkan kaki, ia mulai berlari menuju benda tersebut.

Saat sinar merah itu terhalang tubuhnya serentak alarm berbunyi nyaring. Ini aksi pertamanya yang mana membiarkan laser- laser merah tersebut mengenai tubuh, biasanya ia akan berakrobat guna menghindar dan agar tidak terjadi keributan.

Namun kali ini Gadis bertubuh mungil tapi seksi tersebut tidak mengubris suara yang dapat menarik perhatian itu, malah ia  sengaja melakukannya. Gadis ini terus berlari---menerjang angin hingga mengambil senjata itu. Kemudian mengeluarkan tas serut dari dalam tas pinggangnya untuk menyimpan senjata yang dapat melumpuhkan kelima indera manusia tersebut.

Bertepatan dengan dia mengenakan tas serut itu di pundak. Beruntutan peluru terbang yang berasal dari pintu hendak menerjang badan. Cekatan, di bersalto dan berlari ke arah jendela. Saat berlari dia masih sempat merogoh isi tas pinggangnya.

Si gadis menyeringai, sementara para anak buah Naufal melongo. Gadis pencuri itu dengan berani menghantam jendela kaca menggunakan tubuhnya hingga kaca jendela pecah dan dia jatuh bebas menuju air laut yang dingin.

Spontan seluruh laki-laki bersenjata itu berlarian menuju jendela yang diterjang sang gadis. Mengarahkan mata ke bawah. Sial hanya kegelapan yang tertangkap dan mendengar riak ombak-ombak kecil menghantam badan pesiar.

Mereka menggeram bersamaan.  Salah satu dari pria-pria itu yang agakmya mempunyai kedudukan tinggi memerintah untuk segera menyiapkan sekoci guna menggejar gadis itu. Kalau-kalau sang pencuri benar-benar menerjunkan diri. Dia kemudian memfokuskan pandangan ke badan pesiar. Gelap, tapi samar-samar ia melihat ada benda yang melingkar di badan pesiar. Tidak lama kemudian sirene menggaung seantero kapal. Dia terhentak lalu kembali bergabung para anak buah Naufal lainnya yang telah membubarkan diri ---kembali mencari jejak hilangnya gadis itu.

Sekoyong-koyong si gadis pencuri mempertahankan keseimbangan. Ia semakin mengeratkan pegangan pada tali tambang.

Sepersekian detik setelah memutuskan melompat lewat jendela, ia sempat melempar tali tambang berukuran sedang yang ujungnya telah terdapat kawat pengait sebagai tambatan. Dalam satu kali lempar kawat tersebut berhasil terkait di salah satu jendela yang terbuka.

Dia akhirnya bisa selamat dari dinginnya air laut. Meski demikian. Ia harus merelakan tubuhnya berbenturan dengan baja pesiar akibat hentakan tiba-tiba.

Setelah dirasa orang-orang tersebut telah pergi. Perlahan namun pasti, ia mulai memanjat menuju jendela tersebut.

Napasnya tidak beraturan. Otot-otot lengan si gadis tercetak jelas saat ia mencengkeram kuat bingkai jendela. Ia langsung melompat dan menghempaskan diri ke lantai serta menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Setelah bangkit, gadis itu segera melepas hoddie hitamnya guna mendinginkan badan.

Di depan kaca lemari, ia dapat melihat siluet badan mungilnya yang kini hanya berbalut sport bra berwarna gelap. Tatapannya masih semalas sebelumnya. Perlahan ia merogoh kantong celana, mengeluarkan benda persegi alat komunikasi.

"Rencana pertama selesai,  Papi," ucapnya dan setelah mendengar jawaban dari seberang. Telepon dimatikan.

Dia menyeringai dalam kegelapan. Perlahan jemari lentiknya mengusap-usap sebuah tatto persis di bawah garis bra. Sebuah tatto bergambar siluet serangga dengan kaki yang bercabang-cabang dengan tulisan sambung di bawahnya yang berbunyi 'Capung'.

"Kupu-Kupu, kami melakukan semua ini untuk menjemputmu, lho. Maka akan aku pastikan kamu mendapat hukuman berat dari papi, nanti," desisnya sambil mengeratkan genggaman di depan wajah.

Sedangkan di luar sana suasana semakin kacau. Dentuman dan lesatan peluru saling bersahutan. Gadis berambut pendek yang menjadi alasan kelompok Serangga Malam ada di kapal ini kelimpungan. Rencana yang disusun bersama Johan, Dimas dan Tian gagal seketika. Ada orang yang mendahului mereka.

#2663 kata.

Gimana yah nasib Dimas selanjutnya?

Ada yang inget Serangga Malam pernah Dimas sebut di Bab Deal With The Devil?

Tatto si gadis pencuri hampir sama dengan tattonya Sue bedanya kalau Sue tulisannya Kupu-kupu, si gadis pencuri ini tulisannya  Capung.

Pebasaran dong kelanjutannya. Pabtengin terus.

Next part selanjutnya yah.

Kalau ada typo kasih tanda!

Bye ... bye ....

Continue Reading

You'll Also Like

476 131 12
Sebuah cerita imajinasi bertema fanfiction. Penuh gairah dan hawa nafsu yang membara
39.7K 6.8K 27
cerita suka-suka yang penting cerita wkwk
1K 899 23
⚠️[PENULIS AMATIRAN ] ⚠️[PLAGIAT? JAUH-JAUH SANA] ⚠️[BUDIDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️[CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AKU SENDIRI] ⚠️[JIK...
95.1K 6.9K 54
WARNING WP INI BXB JIKA ANDA HOMOPHOBIC MENJAUH!!! JANGAN BACA SEMUANYA KARANGAN 100% GAADA YANG BERDASARKAN RL!! JANGAN MEMBAWA SEMUA CERITA YANG AD...