Raiden. (SUDAH TERBIT)

By auraagsnnda_

6.2M 640K 82.6K

"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-sat... More

PROLOG.
Raiden-chapter 1
Raiden-chapter 2
Raiden-chapter 3
Raiden-chapter 4
Raiden-chapter 5
Raiden-chapter 6
Raiden-chapter 7
Raiden-chapter 8
Raiden-chapter 9
Raiden-chapter 10
Raiden-chapter 11
CAST☁️
Raiden-chapter 12
Raiden- chapter 13
Raiden-chapter 14
Raiden-chapter 15
Raiden-chapter 16
Raiden-chapter 17
Raiden-chapter 18
Raiden-chapter 19
Raiden-chapter 20
Raiden-chapter 21
Raiden-chapter 22
Raiden-chapter 23
Raiden-chapter 24
Raiden-chapter 25
Raiden-chapter 26
Raiden-chapter 27
Raiden-chapter 28
Raiden-chapter 29
Raiden-chapter 30
Raiden-chapter 31
Raiden-chapter 32
Raiden-chapter 33
Raiden-chapter 34
Raiden-chapter 35
Raiden-chapter 36
Raiden-chapter 37
Raiden-chapter 38
Raiden-chapter 39
Raiden-chapter 40
Raiden-chapter 41
Raiden-chapter 42
Raiden-chapter 43
Raiden-chapter 44
Raiden-chapter 46
Raiden-chapter 47
Raiden-chapter 48
Raiden-chapter 49
Raiden-chapter 50
Raiden-chapter 51
Raiden-chapter 52
Raiden-chapter 53
Raiden-chapter 54
Raiden-chapter 55
Raiden-chapter 56
Raiden-chapter 57
SELESAI
VOTE COVER🐥
RAIDEN PRE-ORDER

Raiden-chapter 45

68.6K 8.5K 1.3K
By auraagsnnda_

Hellow!

Saran nama buat kapal Raiden Alena!!!

° ° ° ° °


Alena memperhatikan punggung seorang lelaki yang mulai menjauh dari nya, Alena mengembangkan senyum saat Devan mulai masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman sekolah. Yap! Alena berangkat bersama Devan.

Salahkan Raiden lelaki itu baru bangun pukul 07.00 saat bel masuk sekolah berbunyi ia baru bangun? Hebat sekali. Jadi Alena berinisiatif meminta diantar dengan Devan.

Gadis itu berlari cepat saat tak berselang lama berjalan melewati koridor bel masuk berdering keras.

•🦋•

Alena mendesah kesal pasalnya Raiden tidak masuk ke dalam kelas hingga mata pelajaran terakhir. "Bolos pasti." decak nya kesal.

Alena mengetuk dagu berfikir tadi waktu dikantin Achan keceplosan katanya Raiden ada datang ke sekolah, kalau ada dimana lelaki itu sekarang? Apa Raiden sembunyi agar terhindar dari omelan Alena?

Alena menarik bibir tersenyum misterius ia tahu harus kemana sekarang, beruntung di pelajaran satu jam kedepan guru berhalangan hadir, seakan dewi fortuna berada dalam pihak nya Alena berjalan menuju rooftop.

Tempat favorite lelaki itu.

Melewati belasan anak tangga Alena akhirnya tiba di depan pintu rooftop, pintu itu tertutup rapat. Perlahan Alena mendorong pelan pintu agar terbuka.

Kedua mata hazel gadis itu mengerling malas melihat seseorang bersandar di atas sofa bekas milik guru yang awalnya ada di gudang tapi diangkut murid-murid nakal yang biasa merokok di rooftop untuk mereka bersantai, termasuk Raiden dan sekawanan.

Seketika mendapat ide terlintas di otaknya Alena menarik sudut bibir, seperti terpancar bola lampu berbunyi tring!

Alena berjalan mengendap-endap seperti maling lalu berdiri tempat di belakang Raiden yang sedang merokok. "Ish!" desis Alena pelan.

Bukan nya masuk ke dalam kelas malah bolos terus merokok lagi! kesal Alena menatap punggung lelaki itu.

Perlahan kedua tangannya terulur hendak menutup kedua mata lelaki itu, Alena akan membalas ketengilan Raiden yang kemarin menjahilinya.

"AKH!" pekik Alena tertahan.

Belum sempat melancarkan aksi menjahili lelaki itu, tangan Alena sudah lebih ditarik secara paksa oleh Raiden lalu mendudukan gadis itu ke atas pangkuan nya.

Raiden membuang rokok ke bawah lalu menginjak nya guna mematikan sisa rokok, lalu beralih menatap Alena. "Kenapa?" tanya nya menahan tawa.

"Ish." dengus Alena kesal.

Raiden tertawa pelan dengan tangan liarnya yang semakin memeluk Alena lebih erat. "Kenapa kesini?"

"Lepas ih aku gak suka kamu bau rokok." Alena mendorong pelan dada bidang Raiden agar menurunkan nya dari pangkuan lelaki itu.

Bukan hanya persoalan asap rokok, pasokan oksigen Alena menipis karena perlakuan tiba-tiba Raiden yang membuat ribuan kupu-kupu bertebaran di hati nya.

Raiden mengambil air mineral milik Alena lalu meneguknya rakus, Alena mengedip mata berulang kali melihat jakun milik Raiden naik turun tepat depan matanya.

Belum selesai ternyata, Raiden merogoh sesuatu dalam saku celananya, menahan pinggang Alena agar gadisnya tidak terjengkang ke belakang.

Alena menaikan alis bingung saat Raiden menyemprotkan minyak wangi berkali-kali ke seragam nya. "Udah gak bau rokok lagi?"

Gadis itu memajukan tubuh mengendus seperti anjing. " Enggak." jawab nya.

"Udah boleh deket-deket?" tanya Raiden menaikan alis satu.

"Iya tapi aku duduknya enggak disini juga, kalo ada yang tiba-tiba masuk gimana?"

"Enggak bakal ada, udah jam segini." yakin Raiden.

Alena mengganguk mengiyakan, jujur ini pertama kali ia duduk dengan posisi seperti ini, aish sangat tidak baik untuk kondisi jantung Alena mana pipinya tidak bisa diajak bekerja sama. Pasti disaat salah tingkah pipinya otomatis berubah bak kepiting rebus.

"Kenapa merah gitu?" Raiden mengusap lembut pipi Alena.

ASTAGA PAKE DITANYA LAGI!

"Itu- mungkin karena panas." alibi Alena semakin memerah malu hazel matanya tak berani menatap Raiden.

"Kenapa tambah merah?" tanya Raiden lagi dengan tangan terus mengusap pipi merah Alena, dan tangan satunya beralih melingkar di pinggang gadisnya.

RAIDEN SIALAN! - author jadi salting.

"Enggak tuh." Alena memalingkan wajah mengontrol mimik wajah.

Alena menatap ke arah depan di atas sana langit biru terbentang indah di angkasa, begitu cantik. Gadis itu masih diam menikmati sapuan tangan Raiden membelai wajahnya.

Tidak berselang lama Alena memberanikan menatap mata elang Raiden. "Kamu kenapa enggak masuk ke kelas?"

Argh! pertanyaan sialan itu keluar rupanya.

"Telat tadi," jawabnya santai.

"Kenapa jadi keterusan sampai pelajaran terakhir? Baru hari kedua naik kelas 12 masa udah bolos sih!" decak Alena kesal.

"Bukan bolos sayang itu telat namanya." jawab lelaki tersenyum meledek.

Tidak Alena tidak mau baper dulu! tujuan nya kesini adalah memberi pencerahan untuk Raiden, lelaki ini pintar memanipulasi Alena.

JANGAN JADI SONGKANG YA DEN!

"Dengerin aku, kamu udah kelas 12 itu bukan waktu yang singkat, sebentar lagi mau lulus lho, ya walaupun otak kamu kayanya lancar kalo ujian. Tapi absen kamu bolong terus gimana?" Alena berbicara lembut sambil memainkan rambut Raiden di sela jari-jarinya.

"Hm."

"Kalo dikasih tau." gemas Alena menjawil hidung mancung Raiden.

"Iya." ucap Raiden malas kemudian mengecup pipi Alena sekilas.

"Ish main cium-cium, aku mau ke kelas sekarang lepas dong tangannya." Gadis itu menepuk tangan Raiden yang masih bertengger manis melingkar di pinggang nya.

"Gak."

"Aku mau masuk ke kelas ayo kamu juga, eh tapi kelas lagi kosong." ceplos Alena tanpa sadar semakin susah untuk keluar dari kurungan Raiden.

Raiden tersenyum miring semakin mendekap Alena erat. "Yaudah di sini sampai bel pulang."

"Enggak mau!" bantah Alena memajukan bibir satu centi.

"Harus mau!"

"Enggak! SAKIT RAIDEN!" jerit Alena menabok bahu lelaki itu kencang.

Merasa kesal karena Alena menolaknya Raiden mendapat ide jahil menggigit gemas pipi merah gadis itu.

Sangat-sangat not have akhlak lo den.

°🦋°


Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 2 menit lalu murid-murid bergerombolan memenuhi koridor dan parkiran. Saking tidak sabarnya kembali ke rumah dan beristirahat.

Alena menyamakan langkah dengan kaki besar Raiden menuju parkiran sekolah. Benar ucapan lelaki itu mereka stay di rooftop sampai bel pulang sekolah berbunyi.

"Langsung pulang?" tanya Raiden dari kaca spion.

"Iyalah emang mau kemana? Beli es-"

"Gak jadi." potong Raiden segera melajukan motor sebelum Alena menyebut kata es cream.

Gadis itu mendegus kesal ngapain juga tanya! kalo Alena meminta es cream selalu dilarang, padahal tidak ada larangan memakan es cream dari pemerintah.

Alena melingkarkan tangan memeluk lelaki itu erat, dengan sengaja Alena membuka kaca helm agar merasakan sapuan angin sore menerpa kulit wajahnya.

Alena selalu menikmati perjalanan pulang sekolah melirik kanan-kiri untuk melihat apa saja yang menarik mata nya.

Tidak terasa motor Raiden sudah berhenti di depan gerbang hitam rumah Alena. Tanpa lama-lama Alena turun dari motor kepunyaan Raiden. "Kamu enggak mau mampir dulu?"

Raiden menggeleng sebagai jawaban. "Enggak, mau langsung pulang istirahat."

"Oh ya nanti malem aku mau ke pasar malam sama bang Devan sama bang Samudra boleh kan?" tanya Alena.

"Boleh aja asal enggak sendiri." jawab Raiden mengacak rambut Alena.

Alena mengganguk sembari tersenyum girang. "Oke, bye aku mau masuk dulu! kamu langsung pulang jangan keluyuran lagi! dan istirahat biar enggak telat kaya tadi!" perintah Alena memicing mata galak.

Bukan nya terlihat menyeramkan namun sangat mengemaskan bagi Raiden. "Hm." Raiden berdehem pelan agar terlihat stay cool.

"Awas aja kalo bohong aku ngambek sama kamu! udah sana pulang bye! hati-hati!" teriak Alena cempreng kemudian masuk ke dalam rumah.

Jangan ditanya lagi seberapa tingginya sudut bibir Raiden terangkat, karena hanya Alena yang selalu berhasil membuatnya tersenyum.

Raiden memakai helm kemudian menarik gas motor kencang meninggalkan perkarangan rumah Alena.

°🦋°

Dengan senyum terukir di bibir, Alena berjalan masuk ke dalam rumah dengan perasaan girang, ia melirik arloji di tangan jarum menunjuk pukul 16.00 mungkin abang-abang nya akan pulang sebentar lagi.

Seperti biasa jam-jam segini rumah nya selalu sepi hanya dihuni dengan art dan para satpam-satpam penjaga yang semakin banyak, karena Devan semakin protektif akan ke keamanan Alena.

Alena melakukan ritual mandi lebih dulu membersihkan diri menghabiskan waktu sekitaran setengah jam. Alena sedang rajin untuk berkeramas, luluran atau semacam hal lainnya.

Setelah selesai Alena beralih membuka walk in closet. Memilih baju apa yang cocok untuk pergi ke pasar malam nanti. Akhirnya gadis itu memilih t-shirt putih bermotif bunga di tengahnya di senada 'kan dengan celana levis panjang.

Alena memekik senang saat melihat dari jendela atas kamarnya, mobil Devan dan Samudra datang bersamaan.

"Yeay!" girang Alena semangat.

°🦋°

Setalah selesai acara perdebatan panjang Devan sama Samudra memperebutkan siapa mandi duluan dan meminta untuk Alena memilih outfit keren untuk mereka berdua.

Akibat terlalu sering berhadapan di depan berkas-berkas cuma pergi ke pasar malam aja mau tebar pesonanya enggak maen-maen.

"Ayo." Devan merangkul bahu Alena masuk ke dalam Range rover miliknya.

"TUNGGUIN WOI!" teriak Samudra berlari keluar rumah.

Devan mengambil alih menyetir lelaki itu lebih mempercayai dirinya sendiri menyetir di malam hari, di bandingkan Samudra sepupunya. Bisa-bisa besok pagi arwah mereka bertiga mengambang bersamaan.

Sesampai di area pasar malam Devan harus memarkiran mobilnya di lapangan luas yang jaraknya cukup jauh dari arah pintu masuk. Tidak ada space untuk mobil disini kebanyakan berisikan motor yang terparkir rapih.

"Jangan jauh-jauh, pegang tangan abang jangan pernah di lepas atau enggak bang Samudra." peringat Devan memberitahu Alena.

Gadis itu mengganguk cepat tanpa melirik Devan ia fokus menatap semua wahana di depannya bola mata Alena berbinar sudut bibirnya terukir senyuman lebar, sepertinya ada yang tidak sabar mencoba semua wahana.

"Ayo!"

Sebelum bermain Alena meminta belikan gula kapas dan topi bermotif barbie. Devan menggeleng kepala heran ini benar adiknya berumur 17 tahun kehebohan nya mengalahkan bocah 5 tahun.

Bukan hanya Alena sendiri yang memakai topi kedua abangnya juga pake loh! atas paksaan dan pilihan Alena. Devan bermotif upin-ipin sedangkan Samudra bermotif thomas and friends.

Kalian tau topi yang sering di pakai sama anak kecilkan? Nah itu yang mereka pakai sekarang dengan bangganya mengelilingi pasar malam.

Mau taruh dimana muka kedua petinggi perusahaan itu jika bertemu karyawan atau klien mereka. Ah! hancur sudah harga diri.

"Bang Dev bang Sam naik bianglala yuk!" Alena menunjukan jejeran gigi lucu agar kedua lelaki itu mengiyakan ajakan nya.

"Jangan itu bahaya." sergah Devan cepat.

"Enggak, itu gak bahaya. Ada abang-abang penjaga juga jadi aman ayo! Alena mau lihat pemandangan dari atas sana." paksa Alena.

"Al lo enggak tau kasus yang katanya ada putih-putih terbang dari atas situ, serem Al kalo nyangkut di atas sana terus sebelah lo ada miss k?" saut Samudra mencari celah agar tidak jadi naik mainan sialan itu.

Itu semua hanya alibi Devan sama Samudra supaya Alena tidak memaksa naik biang lala. Mereka berdua sama-sama memiliki trauma naik mesin berputar itu, soalnya waktu kecil keduanya ada kenangan buruk sempat terjebak di atas sana hingga berjam-jam.

Melihat wajah tertekuk sang adik Devan menggaruk kepala tidak gatal. Tujuan mereka membawa Alena ke pasar malam agar gadis itu senang bukan mood yang hancur.

"Oke-oke ayo." Devan menarik bahu Alena menuju arena bermain bianglala mampu mengundang senyuman di bibir Alena.

Duduk saling berhadapan Alena memilih duduk sendiri di depan nya ada Devan dan Samudra muka keduanya sangat tegang. Tidak sadar dengan tangan yang saling menaut di genggam erat.

Alena menahan tawa meratapi wajah abang-abang nya. "Kalian takut ya?" ucap Alena menahan tawa ledek.

"Enggak!" jawab mereka serempak reflek menghempas tangan satu sama lain baru sadar ternyata gandengan.

"Gue enggak takut!" tangguh Samudra menarik kerah jaket sombong.

"Lo pikir gue takut? Ya enggak lah!" saut Devan tertawa sendat.

"Kita berdua mana takut beginian mah kecil-AAAAAAKH!!!" teriak Devan dan Samudra heboh saat semua lampu berubah padam.

"Anjir dark."

Devan merogoh saku mengeluarkan ponsel lalu menghidupkan flash. Bergerak lincah Devan segera berpindah ke samping Alena memeluk sang adik erat. Pergerakan gesit Devan membuat ayunan itu bergoyang oleng.

"Eh anjing kenapa goyang!" panik Samudra.

"Lo kenapa pindah! cemen lo cupu!" ledek Samudra pada Devan yang masih memejam mata menutupi takut.

"Berisik, Bacot!" ketus Devan.

"Tenang aja ih sebentar lagi pasti nyala kok lampunya, abang bianglala nya emang suka prank." ucap Alena santai.

Bagaimana Devan dan Samudra tidak panik posisi bianglala mereka terletak paling atas. Sangat-sangat memacu adrenalin.

Ctek!

Seketika lampu kembali nyala tidak berselang lama bianglala pun mulai bergerak turun ke bawah. "Jantung gue." Samudra memegang dada kiri dramatis.

"Lebay." cibir Devan mematikan flash hp yang menyala.

"NGACA LO!" balas Samudra ngegas tanpa rem.

Selesai bermain bianglala Samudra beralih ingin memainkan game yang berhadiah boneka. Di depan sana ada susunan kaleng tinggi kalau Samudra berhasil melempar koin menjatuhkan semua susunan kaleng itu ia akan menang mendapat hadiah boneka.

Samudra merenggang otot mengambil 1 koin lalu ia arahkan sesuai target. "Bismillah boneka!" ucap nya semangat tapi tidak ada satu kaleng pun yang terjatuh.

"Ayo bang Samudra semangat!!!" support Alena dibelakang Samudra dan Devan di sampingnya, lumayan kalo Samudra menang ada boneka little pony berukuran besar terlihat sangat lucu itu yang Alena incar.

Koin Samudra tersisa 5 lagi ada 7 buah kaleng yang masih bertahan tersusun rapi. "Kalo enggak kena berarti gue harus putus sama Jiso. Sorry beb Jiso demi boneka ini kita putus." ucap Samudra bersungguh.

Alena menaikan alis menggeleng heran apa Samudra capek? sampai menghalukan seseorang yang tidak akan bisa dicapai.

Enggak lah! harus percaya diri Alena juga sering halu kok. Bermimpi lah setinggi-tingginya hingga sadar diri jika kau memang tidak pantas untuk nya.

Canda sayang.

"YES! KENA 'KAN LO!" pekik Samudra histeris.

"Yah putus sama Beb Jiso." keluh Samudra galau.

Kelihatannya muka abang-abang pemilik game tidak enak di pandang. Mungkin hanya Samudra seorang yang memenangkan permainan ini.

"Silakan dipilih." ucap sang abang-abang tersenyum lebar selebar joker.

"Mau yang mana Al?" tawar Samudra menaikan alis berlagak.

"Yang little pony!" seru Alena girang.

Devan menggeleng kepala malu berjam-jam berdiri di sini menunggu Samudra memenangkan permainan itu. Beli juga bisa? kenapa harus susah-susah pikirnya.

Tapi, melihat Alena tertawa lepas seperti itu Devan menarik rasa malu demi sang adik kesayangan nya.

Sekitar pukul 21.00 Devan memerintah untuk pulang meski Alena terus merengek tidak mau pulang di bantu dengan Samudra yang juga tak mau pulang.

"Pulang besok Alena sekolah, lo juga Sam besok lo harus ke kantor." ucap Devan tegas.

"Sekali lagi ya bang main kuda berputar itu yah." pinta Alena memohon.

"Iya dong pan!" saut Samudra mengompori.

"Oke! sekali putaran langsung pulang!"

"Siap!!" jawab kedua nya kompak.

Devan tidak mau naik wahana lagi tadi sudah berbagai macam jenis wahana ia mainkan atas paksaan dua manusia itu. Rata-rata wahana nya cuma berputar begitu-begitu saja membuat kepala Devan ingin pecah, sangat pusing sekali.

Sekitar pukul 10.00 mereka tiba di rumah Devan menggendong Alena karena adiknya itu tertidur dalam perjalanan. Mungkin kelelahan karena terlalu aktif bermain banyak wahana. Alena tidak ada takut-takut nya semua wahana ia coba mainkan di pasar malam tadi.

Devan melepas kaos kaki dan sepatu Alena setelah nya, ia mengusap dan mengecup lama kening Alena.

"Good night my little sister."

°🦋°

° ° ° ° °

Hai hai ketemu lagi gak sabar ya buat ke depannya gimana?

Kalian tim happy/sad?!!!

See you the next part.




Disukai oleh Devandrndra_dan 10.598 lainnya. Alena_darendra Di fotoin abang devan jelek🌼
Lihat semua 489 komentar


Continue Reading

You'll Also Like

459K 50.1K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.5M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
3M 152K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...