Raiden. (SUDAH TERBIT)

By auraagsnnda_

6.2M 640K 82.6K

"Gengsi dan cinta di waktu yang sama." Bagaimana rasa nya di posisi seorang Alena Darendra, menjadi satu-sat... More

PROLOG.
Raiden-chapter 1
Raiden-chapter 2
Raiden-chapter 3
Raiden-chapter 4
Raiden-chapter 5
Raiden-chapter 6
Raiden-chapter 7
Raiden-chapter 8
Raiden-chapter 9
Raiden-chapter 10
Raiden-chapter 11
CAST☁️
Raiden-chapter 12
Raiden- chapter 13
Raiden-chapter 14
Raiden-chapter 15
Raiden-chapter 16
Raiden-chapter 17
Raiden-chapter 18
Raiden-chapter 19
Raiden-chapter 20
Raiden-chapter 21
Raiden-chapter 22
Raiden-chapter 23
Raiden-chapter 24
Raiden-chapter 25
Raiden-chapter 26
Raiden-chapter 27
Raiden-chapter 28
Raiden-chapter 29
Raiden-chapter 30
Raiden-chapter 31
Raiden-chapter 32
Raiden-chapter 33
Raiden-chapter 34
Raiden-chapter 35
Raiden-chapter 36
Raiden-chapter 37
Raiden-chapter 38
Raiden-chapter 39
Raiden-chapter 40
Raiden-chapter 41
Raiden-chapter 42
Raiden-chapter 43
Raiden-chapter 45
Raiden-chapter 46
Raiden-chapter 47
Raiden-chapter 48
Raiden-chapter 49
Raiden-chapter 50
Raiden-chapter 51
Raiden-chapter 52
Raiden-chapter 53
Raiden-chapter 54
Raiden-chapter 55
Raiden-chapter 56
Raiden-chapter 57
SELESAI
VOTE COVER🐥
RAIDEN PRE-ORDER

Raiden-chapter 44

72.6K 8.5K 1.8K
By auraagsnnda_

Hellow!

• • • • •

Happy reading!

°🦋°

2 minggu berlalu

Setelah sekian lama libur kenaikan kelas mulai hari ini para murid SMA Galantri kembali belajar seperti biasa. Sama dengan Alena gadis itu sudah naik ke kelas 12 sekarang.

Kejadian beberapa bulan lalu yang membuat trauma kecil dalam diri Alena di sebabkan oleh Kendra kini perlahan membaik.

Gadis itu kembali ceria serta senyum manis yang kembali. Sayangnya kenaikan kelas tahun ini kelas lama di acak murid-murid nya agar mendapatkan suasana dan teman baru.

Alena terlihat sedih karena tidak satu kelas bersama sahabatnya.

Alena berlari kecil menyamakan langkah kaki Raiden, cowok itu berjalan sangat cepat. "Kalo kita sekelas gimana?" tanya Alena.

"Semoga aja enggak." jawab Raiden menyebalkan, cowok itu berdiri di depan mading melihat namanya dan nama Alena masuk di kelas apa.

Raiden tersenyum miring kemudian menarik tangan Alena pergi dari hadapan manding. "Aku di kelas mana Raiden?"

"Ih ditanya juga!"

Tidak mengindahkan pertanyaan Alena cowok itu terus saja menarik tangan Alena mengikuti langkahnya.

Setibanya mereka berdiri di depan kelas 12 MIPA 2. "Ini kelas aku?"

Raiden mengganguk lalu mendorong tubuh Alena masuk ke dalam kelas. "Aku sekelas sama kamu?" tanya Alena melotot mata kaget.

"Kenapa gak suka?" ketus Raiden.

"Suka banget! jadi aku ada temen di kelas." Alena menyengir gemas.

"Gue bukan temen lo." ucap Raiden datar duduk di salah satu kursi.

Alena mendengus lalu ikut duduk di samping Raiden. "Bukan gitu maksud nya, aku gak ada temen soalnya sahabat aku beda kelas, aku seneng ada kamu jadi enggak kesepian, kamu tetep pacar aku kok." bisik Alena di telinga Raiden.

"Hm." cowok itu hanya berdehem pelan.

Alena menaikan alis bingung masa Raiden marah karena cuma Alena bilang senang ada Raiden jadi ada temen. Aish cemburuan sekali.

° ° ° ° °

Alena duduk di taman belakang sekolah seorang diri, sama Raiden sebenarnya tadi. Cowok itu sedang membeli air di kantin untuk Alena.

Dunia seakan milik berdua, waktu istirahat dan taman belakang seperti camping kecil-kecilan untuk mereka berdua.

"Kok lama sih?" gumam Alena.

Wajah Alena tertekuk kesal apa Raiden tidak balik lagi pikirnya. "Jahat kalo Raiden tinggalin aku sendiri disini!"

"AAAAKH!"

"Eh, kok gelap?"

"Ih Raiden jangan iseng! awasin tangannya!" kesal Alena menyingkirkan tangan yang menutup kedua matanya.

"Raiden takut ih! lepas, kenapa tangan nya dingin gini?" Alena menjadi was-was apa ini penjaga taman belakang sekolah?

Alena tersentak kaget merasakan bibir dingin mengecup pipi nya sekilas. "Kamu vampir ya, kok dingin semua sih."

Raiden terkekeh gemas masa cowok seganteng nya di bilang vampir. Ia kembali melayangkan kecupan di kedua pipi merah Alena, sangat menggemaskan.

"Ih, vampir jangan main cium-cium aja dong, nanti pacar aku marah. Dia galak lho nanti kamu di lempar pake kursi." ucap Alena dengan bibir dimajukan.

"Coba aja." jawab Raiden membedakan suara.

Alena menahan tawa mendengar suara Raiden yang seperti itu, lucu banget.

"Nanti kamu nangis, pacar aku ganteng nya gak ada obat!" ucap Alena beserta kekehan pelannya.

Raiden tidak kuat Alena begitu sangat menggemaskan sekarang, Raiden mengecup lama bibi ranum gadisnya.

"Eh." kaget nya.

"Raiden ini sekolah!" pekik Alena tertahan saat Raiden beralih duduk disamping nya dengan dua botol air mineral dingin.

"Gak ada orang juga." jawabnya santai tanpa dosa.

"Terserah kamu lah, susah di bilangin." Alena memasukan satu ciki rasa coklat ke dalam mulutnya.

"Bolos mau?" tawar Raiden.

Alena menoleh kearah lelaki itu mengerjap mata berkali-kali telinganya tidak salah mendengarkan? Emang Raiden gak ada akhlak!

Tangan Alena terulur mencubit perut kotak-kotak Raiden yang terbalut seragam sekolah. "Ini hari pertama sekolah lho, gak ada ajakan lain yang lebih baik?" sindir Alena kesal.

"Ayo nikah."

"Masih sekolah!" kesal Alena menabok otot bisep lelaki itu.

"Itukan niat baik." ceplos Raiden santai.

"Kamu kok ngeselin?" Alena menatap Raiden kesal wajah nya tertekuk mendengar celotehan asal Raiden.

"Biasa aja mukanya." Raiden meraup kasar wajah Alena.

"Diem kamu ih, nih makan semua nya." Keduanya menikmati waktu istirahat berdua di taman belakang sekolah ditemani cemilan dan semilir angin menerpa kulit wajah.

°🦋°

Ada senangnya ada kesalnya juga duduk sebangku dengan Raiden. Ada guru menjelaskan ia tidur kalau tidak menggangu Alena mencatat materi. Seperti sekarang ia terus mencoret tangan Alena menggunakan pulpen tinta Little Pony nya. Punya Alena lebih tepatnya.

"Awas ih." desis Alena menyenggol tangan Raiden.

Raiden tak mengindahkan ucapan Alena ia terus mencoret di meja, buku dan juga tangan Alena. Apa faedahnya coba? kenapa gak dengerin penjelasan guru di depan? Lebih berfaedah bukan.

"Raiden catat materi nya itu udah di tulis di papan tulis lho, bangun catat materi nya." perintah Alena pada Raiden yang tengah malas-malasan.

Alamat tidak bisa membolos sekolah lagi Raiden, lelaki itu tidak bisa sebebas dulu keluar masuk kelas seenaknya. Pastinya akan menjadi anak rajin ditahun kedepan akibat duduk bersama Alena.

Raiden mendegus kesal, ia benci mencatat sebanyak itu. "Gak perlu, udah gue rekam di otak." jawabnya sombong.

"Iya tuan muda Raiden yang pintar." ucap Alena memutar mata malas, sombong sekali lelaki itu, ia membiarkan Raiden bertingkah apa saja selama pelajaran berlangsung.

°🦋°

"Assalamualaikum!" teriak Alena menggelegar satu rumah, berjalan masuk ke dalam diikuti Raiden di belakangnya.

"Kayanya semua orang lagi di kantor deh, mereka udah sibuk lagi. Terus bang Sam udah lulus pasti sibuk di kantor juga." lirih Alena duduk di atas sofa.

"Sedih?" tanya Raiden.

"Ih pertanyaan kamu aneh banget! ya gak sedih sih kesepian aja." kesal Alena menendang kecil kaki Raiden.

"Kamu gak pulang?"

"Enggak." jawab Raiden datar.

"Sini." suruh Raiden agar Alena mendekat ke arahnya.

Alena menggeser duduk lalu memepetkan tubuh dengan Raiden memeluk lelaki itu erat.
Gadis itu mendusel-dusel di dada bidang Raiden. "Aku mau tidur." ucap Alena.

"Disini aja." kata Raiden mendekap tubuh Alena semakin erat dan tangan yang terus mengusap pelipis Alena agar cepat terlelap.

Gadis bersetelan seragam sekolah itu mengeliat perlahan mata nya terbuka mengerjap pelan. "Eh, kok di kasur?" bingung Alena seingatnya ia berada di ruang televisi bersama Raiden.

"Jam berapa ya," Alena mengambil ponsel yang terletak di atas nakas, jam menunjukan pukul 18.30 astaga Alena tertidur hingga malam. Pasti Raiden sudah pulang.

Tidak berlama-lama Alena beranjak dari kasur, berlari masuk ke dalam kamar mandi segera membersihkan diri. Bisa-bisanya ia tertidur berjam-jam tanpa sadar.

Raiden memang pelukable, Alena sangat nyaman tidur dalam dekapan lelaki itu.

Sekitar 25 menit Alena keluar dari kamar mandi menggunakan baju tidur setelan berwarna kuning bermotif bulan-bulan.

Berjalan menuruni anak tangga Alena berhenti di dapur dari siang perutnya belum di isi makanan. Harumnya masakan bi Marti semakin membuat cacing-cacing dalam perutnya meronta ingin di isi.

Percuma rumah mewah tapi tidak berpenghuni. Semuanya sibuk bekerja, tidak apa-apa Alena paham untuk memaklumi semua itu.

"Ngapain lo? tanya Samudra entah muncul dari mana.

"Ngagetin aja! aku lagi makan kalo keselek gimana?"

"Ya minum dong Alena yang lemot." ucap Samudra duduk di salah satu kursi.

"Bang Sam makan juga, dari tadi Alena sendiri terus." ucap Alena mencebik bibir sedih.

"Iya,iya gue makan. Maaf." sebelum mengambil nasi Samudra mengusap sebentar kepala Alena mampu menarik sudut bibir gadis manis itu.

"Bang Devan belum pulang juga?" tanya Alena pada Samudra yang baru saja ingin menyuapkan nasi masuk dalam mulut.

"Bentar lagi, palingan masih jalan." jawab Samudra hendak memasukan sesuap nasi kembali tertahan mendengar pertanyaan Alena.

"Ayah juga belum pulang?"

Samudra menggeram tertahan. "Belom Alena, gue dari tadi mau makan gak jadi lho ini." sabarnya.

Alena menyengir lucu melihatkan jejeran gigi rapinya, "Maaf hehe."

"Abang!" teriak Alena melihat Devan yang berjalan memasuki rumah.

"Kenapa adek gue?" bingung Devan karena Alena menyengir lucu kearahnya.

"Abang lupa janji abang? nilai Alena tinggi loh." sindir Alena menagih janji Devan.

"Apaan?" tanya Devan pura-pura lupa.

"Ih jalan-jalan sama abang!" Gas Alena.

Devan menghembus nafas pelan. "Ingat aja nih bocah." ucapnya seraya mengusap kepala Alena gemas.

"Besok kita jalan-jalan gimana?" tanya Devan pada Alena.

"Besok Alena sekolah, enggak mau main sebentar." bantah Alena.

"Ada pasar malem Al di pertigaan sana, besok masih ada." ucap Samudra memberi info.

"Pasar malam?" binar Alena senang. Sudah lama Alena tidak pergi ke pasar malam, bahkan jarang-jarang area komplek ada pasar malam kan?

"Oke, besok habis Alena pulang sekolah bang Devan sama bang Samudra udah harus ada dirumah!"

"Terus malam nya kita pergi ke pasar malam!" pekik Alena senang.

"Iya dah bocil." saut Samudra.

"Iya, abang mau mandi dulu." ucap Devan mengusap kepala Alena lalu naik ke atas kamarnya segera bersih-bersih.

Alena menjadi tidak sabar melihat pasar malam besok, sangat seru sekali pastinya.

Masih di atas kursi meja makan Alena betah duduk di situ, dan sibuk bermain hp.

Abang-abang nya mungkin masih bersih-bersih di atas sana. "Alena."

"Ayah? kapan sampai nya?" kaget Alena melihat Geno tiba-tiba di sampingnya.

"Kamu cuekin ayah, main hp terus." sindir Geno bercanda dengan Alena.

"Ayah kenapa baru pulang?" Alena memeluk Ayah nya erat.

"Biasalah kerjaan Ayah makin hari semakin banyak." Geno memijat pangkal pusing.

Alena menarik tangan Geno duduk di sampingnya tangan nya terulur memijat pelipis sang Ayah.

"Baik banget anak Ayah." ucap Geno serta kekehan nya.

"Iya dong." jawab Alena sambil memijat kepala Geno.

"Ada yang jahatin Alena lagi?" tanya Geno memejam mata sekilas menatap putri kesayangannya serius.

Gadis itu menggeleng kepala cepat. "Enggak ada kok yah."

"Kalo ada yang gangguin Alena langsung lapor ke Ayah jangan diem terus." peringat Geno.

"Siapa Ayah!" Deru Alena hormat ala tentara.

Geno mengganguk paham serta tersenyum tipis ia masih menimang sebuah permintaan kepada Alena, tunggu waktu yang tepat saja nanti pikirnya.

°🦋°

Di markas Raiden mempertimbangkan keputusan, ponselnya tidak berhenti berdering karena Clara terus-terusan menelfon nya.

Tidak dikenal

Temuin gue di gedung lantai atas apartemen hanian. Gue Clara, lo yang udah buat Kendra mendekam dalam penjara.

Lo dateng kesini atau gue lompat dari lantai atas? Lo tau gue enggak sendiri.

"Banyak banget tingkah tu anak kalo mau lompat ya, lompat aja kenapa lapor segala." ucap Panca menggeleng kesal.

"Si Clara lagi hamil tuh anak otak nya gak ada, siapa tau dia beneran mau bunuh diri gara-gara stress lakinya di penjara. Gue kasian sama anak dalam kandungan dia aja si." saut Doy.

"Bener, anak dalam kandungan Clara gak salah apa-apa kalo mati sekarang karena kebodohan mak nya." Althar ikut bersuara.

Raiden menghembus nafas lelah untuk apa dirinya harus kesana? buang-buang waktu.

Tapi ia masih memiliki hati nurani tentang anak yang ada dalam kandungan Clara, anak tak berdosa itu belum berhak mati karena kebodohan ibunya.

"Gue cabut." ucap Raiden lalu pergi meninggalkan markas.

Melajukan motor menuju apartemen yang dimaksud dengan Clara. Setibanya Raiden masuk ke dalam lift memencet tombol angka menuju lantai teratas apartemen.

Setibanya ia melihat punggung perempuan berhoodie besar, mungkin Clara memakai itu untuk menutupi perut yang mulai membesar.

"5 menit." ketus Raiden menjaga jarak 10 langkah dari Clara.

Clara berbalik badan menatap seseorang yang ia cinta, tapi tidak tahu untuk sekarang rasa cinta itu berganti dengan rasa benci yang menjalar.

"Aku seneng banget kamu datang." ucap Clara menarik sudut bibir miring.

"4 menit." ketus Raiden lagi.

Clara berjalan cepat berdiri dihadapan lelaki itu. "Oke kayanya lo gak suka basa-basi, gue cuman minta pertanggung jawaban lo."

"Kendra masuk penjara karena lo! dan Raiden Geordino ini yang akan tanggung jawab untuk anak dalam kandungan gue." kata Clara dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

"Otak lo disitu?" tunjuk Raiden kearah tempat sampah.

"Waktu gue habis, omongan lo basi dan cara lo sampah." ucap Raiden menatap Clara tajam.

"Berharap gue mau? bisa sadar diri Clara? lo udah nyerahin kebebasan sama Kendra. Gue gak akan tanggung jawab. Tidak akan pernah." desis Raiden menekan setiap katanya agar Clara mengerti bahasa manusia.

"LO JAHAT RAIDEN!" teriak Clara prustasi.

Raiden berbalik arah meninggalkan Clara, namun sesaat kemudian ia tertarik ke belakang saat Clara memeluknya paksa. Dengan kasar Clara menekan rahang Raiden agar berciuman dengannya.

Ada dua sisi yang mengambil gambar keduanya ada 3 orang yang berdiri di belakang pintu yang sedari tadi membuat video obrolan kedua nya. Dan orang suruhan Clara mengambil foto itu.

Raiden mendorong Clara kasar lalu mencengkram kuat leher perempuan itu. "Akh!" pekik Clara sakit.

"Ra-iden sak-it" rintihan Clara.

"I don't wanna touch a bitch." desis Raiden semakin kencang mencengkram leher Clara lalu ia hempaskan hingga perempuan itu terdorong ke belakang.

Dengan tangan mengepal rahang mengeras Raiden meninggalkan Clara, sial kalau ia tidak memiliki hati nurani sudah pasti akan ia lempar Clara dari gedung ketinggian itu.

Clara meraba leher yang terasa pedih kuku-kuku Raiden meninggalkan bekas luka di lehernya. "Sialan!"

Tidak berselang lama Clara tertawa lepas memanggil orang suruhan yang memotret posisi berciuman dengan Raiden tadi. "Akhirnya gue bisa rasain bibir lo, Raiden Geordino." walau sekarang ia tidak mencintai cowok itu karena rasa ingin membunuhnya lebih besar.

"Kirim ke email yang saya suruh!" perintah Clara tegas lalu pergi keluar dari apartemen.

Clara akan memanipulasi semuanya, menghancurkan kisah sampah Raiden dan juga gadis kesayangan lelaki itu Alena Darendra.

° ° ° ° °

Hai hai bertemu lagi🤗 maaf aku update lama sebenarnya aku mau banget up setiap hari tapi aku lagi dalam mode enggak percaya diri sama cerita aku sendiri. Kaya takut alur nya enggak sesuai ekspetasi kalian gais.

Jadi aku berusaha percaya sama cerita aku sendiri tanpa bandingin sama cerita orang lain<3

Thank u yang selalu nungguin cerita aku💗

See you the next chapter.

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 98.5K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
5.5M 396K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.5M 309K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.4M 102K 44
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...