๐‘๐ž๐ ๐ซ๐ž๐ญ - ๐‰๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ญ๐ฌ๐ฎ...

Por _agriagata

167K 26.4K 1.9K

Seorang gadis kecil yang selama 7 tahun hidup dalam sangkar emas dilepas begitu saja pada dunia bebas oleh or... Mรกs

00. Prolog
01. Kutukan
02. Sekolah
03. Penguntit
04. Bicara
05. Racun?
06. Muncul
07. Senpai
08. Pusaka terkutuk
09. Sukuna
10. Familiar
11. Murid baru
12. Merajuk
13. Peduli
14. Kerjasama
15. Bercanda
16. Salah
17. Wanita baik
18. Eksekusi
20. Ingatan
21. Orang bodoh
22. Raja
23. Daun
24. Tidak peduli
25. Yang dirindukan
26. Festival
27. Dimodifikasi
28. Bolos
29. Nilai nyawa
30. Mimpi aneh
31. Fana
32. Takdir
33. Pertarungan Persahabatan
34. Takut
35. Dehidrasi
36. Monster
37. Tak peduli
38. Bagaimana jika
39. "Maaf"
40. Mati
41. Ephemeral
42. Bukan lagi
Pengumuman
Info

19. Pantas

3.4K 622 83
Por _agriagata

Tw // akan ada sedikit spoiler manga Jujutsu Kaisen volume 0.

"Dia pasti akan memaafkan perbuatanmu meski kau tidak bisa memaafkan dirimu sendiri."

Ucapan Gojo memecahkan lamunannya.

"Aku pantas dimaafkan?"

Gojo tersenyum kecil lalu mengusap surai itu.

"Kau punya teman yang akan sedih jika kau tak ada, apalagi Yuuji. Ingat, sekarang kau tidak sendirian."

"Orang aneh ini ternyata bisa juga mengucapkan hal seperti itu."

"Baiklah, aku masih ada banyak urusan."

Gojo berdiri dan mengambil sesuatu dalam sakunya dan berjongkok lagi.

"Maaf," ucapnya singkat.

Kemudian menutup mulut gadis itu lagi dan menyegelnya dengan segel baru.

"Aku pergi."

Setelah itu dia hilang menggunakan kekuatannya.

"Apa dia seperti Yuuta?" tanya Maki.

"Kurasa. Tapi bedanya, dia sendiri yang memanggil kutukan itu, dan ada satu orang yang dia bunuh dengan tekniknya sendiri," jawab Megumi.

"Dari mana kau tahu semua itu?" tanya Maki lagi.

"Shake," sahut Inumaki yang juga ingin tahu.

"Hasil otopsi, ditemukan racun ditubuh satu korban. Gojo-sensei juga sudah cerita," jawab Megumi lagi.

"Jadi dia mewawancarai gadis itu?"

"Sepertinya iya." Kali ini yang menjawab adalah Nobara.

"Mungkin kasus ini akan lebih parah dari Yuuta," gumam Maki.

"Gojo-sensei!" panggil Yuuji ketika menyadari kehadiran sang guru dalam ruangan.

"Aku datang ke sini untuk memastikan latihanmu. Bagaimana?" tanya Gojo.

"Ah, baik. Boneka ini sudah kurang meninjuku," jawab Yuuji.

"Nah, bagus. Kau juga harus latihan fisik seperti olahraga."

"Kan aku selama ini selalu olahraga diawasimu."

"Hehe... Kalau begitu aku keluar dulu."

Gojo melangkah keluar.

"Gojo-sensei!"

Panggilan Yuuji membuat langkahnya berhenti dan dia menoleh.

"Bagaimana dengan [Surname]?" tanya Yuuji masih yang terdengar ragu.

"Dia baik-baik saja," jawab Gojo santai.

"Maksudku eksekusinya."

Gojo berbalik dan menatap Yuuji.

"Entah lah dia masih ingin hidup atau tidak," sahut Gojo.

"Aku ingin dia tetap hidup. Tanpa alasan," ucap Yuuji dengan suara pelan.

"Seperti Megumi yang ingin kau tetap hidup?" tanya Gojo.

"Mungkin iya. Lakukan sesuatu," pinta Yuuji.

Gojo tersenyum, berbalik, lalu melangkah keluar.

"Entahlah," ucapnya sebelum tubuhnya hilang dibalik tembok.

"[Name]-chan!"

Gojo mendekat. Lagi-lagi tak ada respon apapun.

"Kau tidur?" tanya Gojo.

Lagi-lagi tak ada pergerakan. Itu membuat Gojo menghela nafas.

"Eksekusimu tidak ditunda..."

"...tapi dicabut," ucap Gojo dengan riang.

Tangannya kemudian melepas segel di mulut muridnya dan juga perlahan membuka penutup mulut itu.

"Kau senang?" tanyanya.

Tapi tak ada respon.

"Hehe, merajuk atau apa?"

Gojo membuka perlahan lilitan kain putih di mata sang gadis. Matanya tertutup, tapi kemudian perlahan terbuka. Mata merah darah seperti iblis itu langsung menangkap sosok gurunya di depannya. Tapi penglihatannya buram.

Gojo melepas tali tambang yang mengikat kaki dan tangan muridnya menggunakan tekniknya. Tapi kemudian-

Bruk!

"[Name]-chan!"

Tubuh [Name] tiba-tiba ambruk ke depan. Untung segera di tangkap Gojo.

"Gojo-sensei," ucapnya lemah.

"Ada apa?" Gojo membenarkan posisi tubuh sang gadis agar erat ia dekap.

"Tubuhku... rasanya sangat lemah."

Gojo terdiam untuk berpikir. Tapi sedetik kemudian matanya membulat kaget.

Dia segera bergerak cepat menggendong sang gadis ala bridal style.

"Sejak malam itu kau belum makan?" Panik Gojo.

[Name] dalam gendongannya mengangguk lemah.

"Astaga."

"Tidak usah khawatir, dia hanya pingsan karena tubuhnya lemah akibat tidak makan dua hari lebih. Dia dehidrasi dan juga kurang tidur," ucap Shoko setelah selesai memeriksa tubuh [Name].

"Aku lupa," ucap Gojo yang duduk di ujung ruangan.

"Gadis ini seperti langganan saja, selalu ke sini," ucap Shoko lagi. "Cairan infus sudah masuk dalam tubuhnya, jadi hanya tinggal menunggu dia bangun."

Setelah itu Shoko keluar ruangan, meninggalkan Gojo dan [Name].

Gojo berdiri dan mendekat ke ranjang gadis itu, kemudian mengusap keringat yang ada di pelipis dan lehernya.

"Dingin. Kenapa tubuhnya dingin?!" panik Gojo.

Segera ia mengambil handphone dalam sakunya dan menghubungi temannya, Shoko.

"Apa lagi?" tanya Shoko saat baru mengangkat telponnya.

"Tubuh [Name]-chan dingin, bagaimana ini?!" panik Gojo.

"Tenang saja, itu hal biasa. Dia hanya berkeringat. Detak jantungnya normal dan takkan terjadi apa-apa," jelas Shoko.

Gojo menghela nafas lalu mematikan teleponnya tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Aku khawatir."

"Gojo-sensei..."

Suara lemah keluar dari tenggorokan sang gadis.

"Ada apa? Ada yang sakit?" Suara Gojo terdengar sangat khawatir.

[Name] yang masih memejamkan mata menggeleng.

"Aku mengantuk," ucapnya singkat.

"Tidurlah. Aku akan keluar mengambil makanan untukmu," balas Gojo.

"Aku tidur dulu."

[Name] memejamkan matanya perlahan. Padahal dia baru saja bangun dari pingsannya, tapi kelopak matanya rasanya sangat berat dan tubuhnya juga serasa sangat lemah.

Gojo tersenyum kecil lalu mengusap kening gadis itu, bergerak turun sampai mengusap rambutnya. Hal itu membuat telapak tangannya basah akibat keringat sang gadis.

"Mimpi indah," ucap Gojo sebelum berlalu pergi.

"Kabarnya eksekusi gadis itu dicabut."

Seorang pria keluar dari pintu yang langsung membawanya ke pantai.

"Pasti Gojo yang meminta kepada para petinggi," lanjutnya.

"Aku penasaran, apakah gadis itu punya teknik sepertimu, Geto," sahut pria berambut biru keabu-abuan yang duduk di kursi pantai.

"Entahlah. Tapi dia bisa memanggil roh kutukan tingkat spesial yang sekuat itu," sahut yang bernama Geto. "Aku ingin melihat kutukan itu. Ingin kumiliki," lanjutnya dengan senyum angkuh.

"Jadi incaran kita bertambah? Gojo, wadah Sukuna dan gadis racun itu?" tanya kutukan bermata satu yang kepalanya mirip gunung berapi. Hanya ada kepalanya, sih.

Geto terkekeh pelan.

"Aku tak tahu sekuat apa dia. Dia memiliki lebih dari satu roh terkutuk yang bisa dia panggil kapan pun, ditambah teknik kutukan racunnya yang jenisnya banyak," ucapnya.

"Apa aku bisa melawannya?" tanya kutukan barusan dengan nada percaya diri.

"Ayo lah, Jogo. Kau bahkan belum sembuh setelah dihajar habis-habisan oleh Gojo," sahut kutukan yang bertubuh seperti manusia, Mahito.

"Bagaimana kalau kita hajar dia saat Acara Pertukaran nanti?" saran kutukan lain, Hanami.

"Boleh saja. Tapi berhati-hati dengannya. Gojo kelihatannya overprotektif pada gadis itu. Ditambah kutukan tingkat spesial miliknya yang kita tak tahu kapan akan dia panggil," ucap Geto.

"Kami juga tingkat spesial, tahu! Kau bilang aku bahkan setara dengan sembilan jari Sukuna!" protes Jogo.

"Tapi menurutku roh kutukan miliknya setingkat di bawah Sukuna yang artinya setara dengan delapan belas atau sembilan belas jari Sukuna," balas Geto dengan santai.

"Kenapa sekuat itu?!"

"[Name]-chan!"

Gojo masuk ke ruang [Name]. Gadis itu sudah bangun dan hanya duduk bersandar pada dinding di belakangnya, melamun.

"Ini, makan segera."

Gojo meletakkan nampan yang ia bawa ke meja nakas. Lalu mengambil meja kecil dan dia letakkan di ranjang [Name]. Setelah itu nampan yang ia bawa tadi ia letakkan ke atas meja. Di atas nampan ada piring dan mangkuk yang berisi, nasi, salmon, tofu, salad bayam, natto, sup miso, dan susu. Makanan yang cocok untuk orang yang sakit.

"Kenapa tidak beli saja?" tanya [Name] sambil mengambil sumpit.

"Kalau kita beli kita tidak tahu itu sehat atau tidak. Jadi aku menyuruh orang untuk memasak ini," ucap Gojo dengan senyum lebarnya.

[Name] menghela nafas dan mulai menyuap makanannya.

"Enak. Terimakasih," ucap [Name].

"Ehehehe, sama-sama," balas Gojo dengan riang.

"Lalu itu apa?" [Name] menunjuk paper bag di tangan Gojo menggunakan sumpit.

"Ah, ini cemilan untukmu." Gojo mengulurkan paper bag itu.

[Name] meletakkan sumpitnya dan menyambut pemberian Gojo, lalu ia buka untuk melihat isinya.

"Eh? Gojo-sensei..." panggilnya pelan.

"Apa?" Gojo masih tersenyum ceria.

"Sudah beberapa bulan kau mengenalku dan kau masih lupa kalau aku tidak suka makanan manis," ucap [Name].

"A-ah, benar. Aku lupa. Maaf," sahut Gojo sambil menarik paper bag itu kembali.

"Tak apa, aku bisa memakannya." [Name] mengambil paper bag itu lagi. "Terimakasih," ucapnya pelan.

Senyum Gojo mengembang lagi menjadi sangat lebar. Kemudian ia usap surai hitam lembut itu.

"Setelah makan ganti baju. Shoko sudah menyediakan baju itu. Oh, dan juga di sebelah sana seragammu yang baru."

[Name] mengikuti arah telunjuk Gojo yang menunjuk ke ranjang kosong di sampingnya. Di sana ada baju kaos biasa berserta celana panjangnya, dan juga seragam berwarna putih dan juga rok hitam.

"Seragam baru?" gumamnya keheranan.

"Iya. Kau lupa? Kau siswi bermasalah sekarang. Kau seharusnya dieksekusi tapi batal karena permintaanku. Seragam putih itu gunanya agar kau terlihat mencolok jika hanya dilihat sekilas, karena kau siswi bermasalah," sahut Gojo dengan senyum bangganya.

"Bermasalah?" [Name] beralih menatap Gojo. "Ah, benar. Aku membunuh banyak orang." Gadis itu memegangi kepalanya sendiri. "Tapi kenapa Itadori-kun memakai seragam Jujutsu biasa?" herannya kemudian.

"Karena aku yang meminta desainnya begitu." Gojo mengacungkan jari telunjuk dan sedikit memiringkan kepalanya dengan senyum yang lebih lebar.

"Apa hanya aku yang memakai seragam itu?" keluh [Name] sambil melirik seragam barunya sekilas.

"Tidak, ada siswa laki-laki yang juga memakai seragam putih itu. Tapi dia di luar negeri sekarang untuk menjalankan misi dariku. Kau pasti ingat Okkotsu Yuuta, bukan? Dia sekarang bukan siswa bermasalah lagi karena sudah bisa mengendalikan kutukannya, tapi dia mengenakan seragam putih karena dia tingkat spesial," jelas Gojo.

"Dia yang dilindungi ratu kutukan dan hampir dieksekusi itu? Ah, nasibnya sedikit sama denganku," batin [Name]. Dia ingat bahwa di beberapa waktu kadang Megumi membahas tentang siswa kelas dua itu.

"Begitu... Baiklah. Sampaikan terimakasih juga pada Ieiri-san, aku banyak merepotkannya," ucap [Name].

"Baiklah. Oh ya, ini kartu pelajarmu." Gojo mengeluarkan kartu pelajar dari dalam saku celananya.

"Eh, punyaku masih ada," sahut [Name].

"Diperbaharui."

"Apa semua tentangku akan diperbaharui?" keluhnya dengan malas.

"Ya, hidupmu akan sedikit berubah mulai sekarang," jawab Gojo dengan entengnya.

[Name] mendengus, lalu menerima benda persegi itu, kemudian melihat apa saja yang diperbaharui di kartu pelajarnya.

"Eh?" kagetnya saat melihat tingkatnya.

"Ya benar, kau sekarang tingkat spesial." Gojo bersuara dengan senyum bangganya.

"Tapi siapa yang merekomendasikannya? Itu berarti aku harus menjalankan misi melawan kutukan tingkat spesial, bukan?" tanya [Name] dengan nada jengkel.

"Kau tidak direkomendasikan, tapi memang seharusnya kau adalah tingkat spesial. Kau tidak perlu melakukan misi untuk itu, kutukan yang kau miliki sudah cukup membuktikan bahwa kau pantas menjadi tingkat spesial," jelas Gojo.

"Tingkat spesial, ya?"

Kemudian Gojo izin keluar dan [Name] melanjutkan makannya masih sambil berpikir. Tapi tak lama kemudian Yuuji datang.

"[Surname]!" panggilnya ketika baru masuk.

"Ah, Itadori-kun," sahut [Name].

"Kau sudah sembuh?" tanya Yuuji yang sekarang berdiri di samping ranjang [Name].

"Iya, aku hanya pingsan biasa tadi. Tubuhku memang terlalu lemah," jawab [Name].

"Aku sangat bersyukur eksekusimu dicabut," ucap Yuuji yang kemudian menghela nafas lega.

"Apa kau memintanya? Gojo-sensei sempat bilang itu tadi," tanya [Name].

"A-ah, hehe... Habisnya aku tak ingin kehilangan rekanku." Yuuji menggaruk tengkuknya dengan senyum kaku.

"Tapi aku pembunuh. Kau tak suka itu, kan? Kau sangat terobsesi untuk membuat orang mati dengan cara yang benar," balas [Name], kemudian memasukkan tahu ke dalam mulutnya.

"Aku tahu kau pasti melakukannya karena sebuah alasan. Contohnya mungkin kau ingin melindungi seseorang," sahut Yuuji.

[Name] menunduk, lalu mengangguk pelan.

Setelah tubuhnya tidak lemah lagi, [Name] diizinkan pergi ke asramanya dan istirahat di sana.

Ia berjalan sendirian di lorong sepi itu. Sebenarnya dia ingin ke lapangan, tapi rasanya malu menemui teman-temannya. Takut yang lain akan membencinya. Jadi dia memutuskan untuk ke ruangan Yuuji yang biasanya untuk menonton film.

"Itadori-kun!" panggilnya di ambang pintu.

Yuuji menoleh lalu tersenyum.

"Masuk saja. Mau menonton bersama?" tanyanya.

[Name] mengangguk dan melangkah masuk. Kemudian dia duduk di karpet, di dekat kaki Yuuji yang duduk di sofa.

Yuuji yang tahu kebiasaan [Name] memaklumi dan kembali fokus pada film. Kata [Name], dia tidak ingin dipukul mayat kutukan jika duduk di samping Yuuji, takutnya boneka itu salah sasaran.

"Hei, bocah!"

Yuuji tersadar ketika mendengar panggilan itu. Itu suara Sukuna yang ada dalam tubuhnya.

"Bisa lakukan satu hal untukku? Tak sulit," ucap Sukuna.

Tidak dijawab Yuuji. Karena akan aneh jika [Name] mendengarnya berbicara sendiri.

"Coba tolong tanya pada gadis itu satu hal."

Mata Yuuji melirik [Name] yang matanya fokus pada film di depannya.

"Tanyakan, dari mana dia dapat luka di perut dekat pinggangnya. Bilang saja kau melihatnya tidak sengaja karena seragamnya yang pendek," ucap Sukuna.

"Ck!" decak Yuuji.

"Kenapa, Itadori-kun?" [Name] menoleh ke belakang.

"Ahaha, tidak ada," jawab Yuuji gugup.

[Name] mengangguk lalu lanjut menonton film.

"[Surname]," panggil Yuuji pelan.

"Hm?" sahut [Name] tanpa mengalihkan fokusnya.

"Aku tak sengaja melihat perut dekat pinggangmu, karena seragammu yang pendek dan tersibak ketika bertarung," ucap Yuuji.

"Oh, tak apa, kok," sahut [Name].

"Bukan itu. Aku ingin bertanya, dari mana kau dapat luka di perutmu itu?" tanya Yuuji dengan hati-hati.

"Ah, ini?" [Name] memegang perutnya. "Ini bukan luka," lanjutnya. "Tanda lahir. Memang terlihat seperti luka, sih. Tak perlu khawatir," ucap [Name] yang menoleh lalu tersenyum tipis.

"Ohh, begitu. Baguslah." Yuuji membalas senyumnya.

Tanpa dia tahu, Sukuna dalam domainnya yang melihat itu meronta ingin keluar.

"Hmmm, tanda lahir, ya?" gumam Sukuna yang sudah tenang kembali.

•••

TBC~

Tentang seragam aku liat di interview Gege-sensei.

Itu seragam Yuuta. Aku gak tau ada versi ceweknya atau gak. Bayangin aja gitu, tapi pakai rok hitam pendek.

Awalnya mau biarin reader pakai seragam biasa kayak yang lain, tapi kan dia sekarang udah tergolong bermasalah gitu

Seguir leyendo

Tambiรฉn te gustarรกn

59.4K 7.3K 34
[Completed] โ๐ƒ๐ข๐š ๐š๐๐š๐ฅ๐š๐ก ๐œ๐š๐ก๐š๐ฒ๐š ๐ค๐ž๐œ๐ข๐ฅ ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ข๐ค ๐ค๐š๐ฆ๐ขโž Cahaya kecil yang muncul di tengah-tengah gelapnya geng yang bernama To...
39.6K 7.4K 5
โ i'm feminist, so why? โž โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ”โ” ๐“๐จ๐ค๐ฒ๐จ ๐‘๐ž๐ฏ๐ž๐ง๐ ๐ž๐ซ๐ฌ ยฉ ๐Š๐ž๐ง ๐–๐š๐ค๐ฎ๐ข
32.8K 4.4K 19
Apakah aku akan mati di dunia yang aku impikan?
1.8M 144K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...