FIGURAN

By _agsdp

90.6K 1.9K 94

Ini semua tentang sang figuran yang di tarik seorang pangeran tak dikenal untuk menjadi pemeran utama di ceri... More

ANNYEONGHASEYOOO!!
PROLOG
CHAPTER 2
CHAPTER 3
CHAPTER 4

CHAPTER 1

5.4K 427 24
By _agsdp

    Entah sudah berapa helaan nafas keluar dari mulut Dira. Gadis itu rasanya sangat tertekan berada di antara segerombol manusia cromboloni lima rasa.

Duduk bersama para anak futsal andalan Bima Sakti yang terkenal tampan. Lagi-lagi sebuah klise semacam novel roman, belum cukup dengan ratu sekolah sekarang most wanted boy idaman semua ciwi. Kadang Dira sendiri bertanya-tanya, apa ia memang hidup dalam novel roman?

Tentu saja Dira bergaul dengan mereka karena ia sahabat Manda. Jika bukan, tidak mungkin Dira mengenal orang-orang bodoh itu.

Dira duduk di tengah antara Manda dan Yongki. Manda di sebelah kanan berhadapan langsung dengan sang kekasih, siapa lagi kalau bukan Awan Seano si ketua futsal. Yongki Komaladi si cerewet banyak tingkah di sebelah kiri Dira.

Di depan Yongki ada Hidan Galdhar dan Wibowo yang sedang berebut kursi. Tepat di depan Dira ada Guntur Aryo Abdi yang kemari hanya karena lapar saja.

"Yang kesini duluan gue sat!" Bowo mulai menaikan suaranya.

"Yang ambil kursi gue duluan anjing!" Hidan gak mau kalah.

"Dari awal gue udah niat duduk di sini, lo dateng-dateng main nyerobot aja!" sewot Bowo.

"Niat? Niat Lo bilang? Niat doang gak cukup! Kalo mau sesuatu ya langsung action lah goblok, ngarti action kagak Lo?" Maki Hidan emosi.

"Action pala Lo botak! Gak usah sok Inggris Lo tai! Minggir! Gue mau duduk!"

"Ogah, gue yang dudukin duluan."

"Lo tinggal ambil kursi lain apa susahnya sih?"

"Kenapa gak Lo sendiri aja yang ambil kursi? Gak usah ngusir-ngusir gue yang udah duduk!"

Dira ingin protes, tapi bertengkar sudah menjadi separuh dari hidup mereka. Tidak ada hari tenang setelah mengenal cowok-cowok cromboloni ini. Dira muak.

Bowo dan Hidan terlalu berisik, telinga Dira panas mendengar perdebatan tidak bermutu keduanya. Padahal hanya masalah kursi, bisa-bisanya sampai berdebat sepanjang itu.

"Heh!" Dira bersuara menginterupsi Bowo. Seperti biasa, nada gadis itu selalu saja tak bersahabat.

"Hah?" sentak Bowo tak suka perdebatannya di ganggu.

Mata tajam keduanya saling beradu membuat Manda dan kawan-kawan langsung menjatuhkan pandangan kepada mereka berdua.

"Duduk sini Lo! Gue cabut!" ucap Dira membuat Manda melotot.

"Lah belum juga pesen udah mau pergi, kenapa sih Dir?" Ujar Manda menyayangkan.

"Telinga gue pedes denger bacotan mereka," ujar Dira jujur tanpa basa-basi.

Bowo menaikan sebelah alisnya kesal, "Oh Lo keganggu? Yaudah sana pergi! Perlu apa Lo disini?" sarkas Bowo.

Ucapan tajam Bowo membuat atmosfer di sekitar mereka langsung mencekam. Yongki melirik Dira disampingnya, cowok itu kagum akan ekspresi datar Dira yang sama sekali tidak berubah karena profokasi Bowo.

Hidan sendiri panik, takut Dira marah. Ingat pepatah 'marahnya orang pendiam itu menyeramkan' Walaupun Hidan tidak pernah melihat Dira marah, tapi dari wajah gadis itu ia bisa memastikan bagaimana jika Dira marah. "Bicara aja nyeremin, apa lagi marah." Batin Hidan ketar ketir.

Awan sudah tidak peduli lagi, karena pada dasarnya Dira dahulu yang menyulut. Lagi pula Bowo mulutnya lemes tidak mau mengalah.

Lain dengan Guntur yang malah menikmati ketegangan yang terjadi di depannya. Entah kenapa amarah Dira menjadi hal yang menarik untuk di lihat.

"Gue cabut," ucap Dira tanpa ba-bi-bu langsung melenggak pergi. Ia malas berlama-lama menghabiskan energinya untuk Bowo. Dari awal emang gak ada gunanya ia terus duduk di antara manusia bodoh itu.

"Di-Dira!" Manda mencoba memanggil Dira, yang pastinya percuma. Di tahan sekalipun Dira tak akan kembali.

"Ck, gue gak suka ekspresinya." Dumel Bowo seraya duduk di tempat yang awalnya di duduki Dira.

Plak!!

Manda memukul Bowo. "Ish, elo sih! Jadi pergi kan dia." Geramnya.

Bowo menghela nafasnya panjang. "Elah man, dia sendiri udah gak nyaman. Biarin pergi lah!"

"Tur! Lo udah selesai makan kan? Susulin Dira gih, beliin roti sama es kopi. Kasian sedari pagi gak makan," pinta Manda pada Guntur tiba-tiba.

Guntur menyeringit heran, "Kenapa gue?" tanya cowok itu. Di antara temannya yang lain, harus banget dia yang jadi sasarannya?

"Berhubung gue belum makan gue gak bisa nyusul dia. Gue gak bisa nyuruh Hidan soalnya dia takut Dira, gak mungkin juga Yongki yang pawangnya se-serem macan. Kalo elo kan gak ada yang keberatan," tutur Manda panjang lebar di setujui Yongki.

"Yaudah gak usah disusul, repot banget." Julid Guntur, ia paling tak mau di repotkan.

"Tolong tur," ujar Awan.

Guntur menatap Awan seakan berkata, yang bener aja!

Tapi tetep aja tuh, dia berdiri.

"Beliin roti apa?" tanya Guntur setengah tak ikhlas.

"Sandwich aja, dia gak suka manis."

••••

Guntur menghela kesal, pada akhirnya ia yang jadi korban karena perdebatan bodoh Bowo dan Hidan. Dua manusia itu sudah sering berdebat, memang menyebalkan mendengarkan perseturuan mereka yang tidak ada ujungnya. Bagi Guntur yang sudah terbiasa menghadapi mereka, itu bukanlah masalah serius.

Yah, putri salju picik ya? Wahyu Adira. Dari tampangnya saja sudah kelihatan jika ia benci keributan, tidak heran perempuan itu memilih pergi.

Jika di pikir pikir, yang paling menyebalkan disini bukan Dira, Bowo atau pun Hidan. Satu-satunya yang menyebalkan adalah Manda. Untuk apa gadis itu menyuruhnya repot-repot seperti ini? Jika saja Awan tidak meminta tolong, tidak akan ia menuruti Manda. "Sialan, Awan bucin." rutuk Guntur kesal.

Guntur berjalan santai menuju kelas XI IPA 1, menenteng plastik putih berisi sandwich dan cup es kopi. Berharap perempuan itu ada dikelasnya, ia tak mau repot lagi jika harus pusing mencari keberadaan Dira.

"Gilaaaaa~ ada adek kelas nantangin Dira. Gue mau nonton anjir, kapan lagi bisa liat Dira cekcok?"

"Gilanya lagi si Dira dengan lantangnya nerima gitu aja. Apa iya dia bisa basket? Jam olahraga aja sukanya ngadem di GOR, yakali bisa? Gila gue penasaran!!"

"Gas ae lah gak sabar aing,"

Segerombol perempuan berbondong-bondong melewati Guntur dengan semangat. Mereka heboh membicarakan Dira.

Guntur menengok ke para perempuan itu, mereka menuju lapangan. Tak lama setelah mereka lewat, para laki-laki tak mau kalah berlarian menuju lapangan.

Guntur mencoba berfikir, Dira yang dimaksud mereka itu siapa? Apakah Dira yang sama dengan yang ia cari?

"Nama Dira ada dua ya?" tanyanya pada diri sendiri dengan bodoh.

Guntur berdecak merutuki dirinya sendiri, jelas jelas hanya ada satu Dira di SMA Bima Sakti, dan itu pasti si putri salju picik.

Guntur berbalik, berjalan cepat menuju lapangan menyaingi para siswa lain yang juga ingin melihat Dira. "Moodnya lagi jelek ya? Bisa bisanya ribut sama adek kelas." Rutuk Guntur mempercepat langkahnya.

Pada akhirnya Guntur berlari sampai lapangan. Disana ia langsung di sambut oleh banyaknya penonton di pinggiran lapangan.

Saat mengedarkan pandangannya menyusuri lapangan. Sosok yang di cari akhirnya ia temukan. Itu benar Dira, perempuan itu berdiri di tengah lapangan di hadapan lima anak kelas sepuluh yang bertampang angkuh.

"Kakak sombong gitu, beneran bisa ngelawan kita?"

"Bisa, one on one? Atau lima lawan satu?"


To be continued.....

Jaddiii? Menurut kalian itu potonya siapa huh? Alurnya dah ketebak dari sini kan? Iya kan? Jujur aja! Iya kan? Huh? Masih pura-pura gak tau? VOTE AJA LAH🌟

Komennya jangan lupa, mari kita cecar author agar semangat menulis, tumpahkan semua keluh kesah kalian DISINI!!!

i love you😚♥️

Continue Reading

You'll Also Like

180K 15K 19
🐇🐇🐇
967K 65.9K 52
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang sedikit terlibat dalam scene novel tersebut. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia novel...
900K 48.9K 49
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
5M 440K 51
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...